Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Sejarah Kerajaan Prusia, Punya Hubungan dengan UIPM Thailand?

Reichstag merupakan salah satu bangunan sarat sejarah yang ada di Berlin, Jerman. (commons.wikimedia.org/Norbert Nagel)

Bicara kekuatan besar di Eropa pada abad ke-17 hingga 18, mungkin nama Britania Raya dan Kerajaan Prancis jadi dua kerajaan yang paling dikenal. Memang, jika melihat catatan sejarah, keduanya jadi bangsa paling dominan yang pengaruhnya tak hanya meliputi dataran Eropa, tetapi juga dunia. Akan tetapi, hal itu tak membuat kekuatan lain di Benua Biru jadi jauh lebih inferior dari keduanya, salah satunya ada Kerajaan Prusia.

Kerajaan ini terletak di Eropa Tengah hingga Timur, tepatnya 2/3 wilayah yang saat ini menjadi negara Jerman. Dilansir Britannica, Kerajaan Prusia berdiri secara resmi pada 1701 di bawah naungan Dinasti Hohenzollern yang merupakan dinasti dari Jerman. Sama seperti Jerman pada masa modern ini, ibu kota Kerajaan Prusia adalah Berlin.

Beberapa hari ke belakang, nama Kerajaan Prusia sepertinya cukup sering dibicarakan di Indonesia. Namun, mungkin masih banyak di antara kita yang belum begitu mengetahui kerajaan yang nantinya akan jadi cikal bakal kekuatan baru di Eropa dalam 1—2 abad berikutnya. Karena itu, yuk, kita cari tahu sama-sama sejarah dari salah satu kerajaan dengan militer terbaik pada masanya ini!

1. Bagaimana proses terbentuknya Kerajaan Prusia?

ilustrasi peta kekuasaan Kerajaan Prusia yang diisi oleh berbagai etnis (commons.wikimedia.org/Ty's Commons)

Kerajaan Prusia bukanlah kerajaan yang berdiri dalam semalam atau berada tepat di tengah-tengah tanah kosong. Eropa pada abad pertengahan sangat padat akan suku, ras, dan budaya sehingga sangat sulit untuk mendirikan satu kerajaan baru, apalagi di Eropa Tengah, Eropa Timur, serta dekat Laut Baltik. Sebagai gambaran, wilayah yang nantinya akan menjadi bagian Kerajaan Prusia telah diisi oleh orang-orang Latvia, Lithuania, Polandia, beberapa etnis dari Baltik, Slavia, dan tentunya Jerman itu sendiri.

Dilansir The Collector, wilayah Kerajaan Prusia itu sendiri sebenarnya terfragmentasi sedemikian rupa karena perbedaan suku, ras, dan sistem politik. Akan tetapi, perbedaan-perbedaan itu terletak pada satu ruang lingkup kekaisaran besar yang sudah eksis selama berabad-abad sebelumnya, yakni Kekaisaran Romawi Suci. Terbentuknya Kerajaan Prusia di wilayah yang kental akan sejarah besar itu pastinya sudah melewati berbagai proses yang rumit dan panjang.

Akar dari Kerajaan Prusia berasal dari orang-orang Preussenorang-orang etnis Jerman termasuk di dalamnya—yang telah mendiami kawasan utara Polandia sejak 1200-an. Sekitar 1350-an, wilayah yang ditinggali orang-orang Prusia dikuasai oleh Kesatria Teutonik, tetapi wilayahnya terimpit oleh persemakmuran besar bernama Polandia-Lituania. Satu abad berselang, wilayah Preussen tersebut diambil oleh Polandia-Lituania, tetapi masih dalam kendali Kesatria Teutonik. Wilayah yang dicaplok Polandia-Lituania itu kemudian dikenal dengan nama Prusia Timur.

History Today melansir kalau sebelumnya, orang-orang Jerman sudah mengambil tempat tinggal lain yang bernama Brandenburg. Brandenburg sendiri kemudian masuk dalam bagian Kekaisaran Romawi Suci sampai akhirnya Perang Tiga Puluh Tahun akan mengubah arah Prusia. Usai salah satu perang terpanjang di dunia itu berakhir, Brandenburg berubah nama menjadi Brandenburg-Prusia dan wilayahnya terbagi menjadi lima bagian, yakni Prusia Timur, Brandenburg, dan tiga wilayah kecil lain yang saat ini ada di sekitar Jerman bagian barat dan Belanda.

Lima wilayah itu berhasil dikuasai oleh Dinasti Hohenzollern. Dinasti tersebut akan terus berkuasa di wilayah Prusia hingga nantinya baru akan berakhir setelah Perang Dunia I usai pada 1918. Frederick III jadi raja pertama yang mempersatukan wilayah-wilayah yang nantinya akan menjadi Kerajaan Prusia. Frederick III kemudian mengubah namanya menjadi Frederick I dan melaksanakan seremoni penobatan dirinya sebagai Raja Kerajaan Prusia di Königsberg (sekarang Kaliningrad, Rusia). 

Seremoni itu dilangsungkan pada 18 Januari 1701. Dengan demikian, tanggal itu sekaligus menjadi hari jadi bagi Kerajaan Prusia dengan segudang prestasi dan masalah yang akan timbul dari kerajaan ini selama beberapa abad setelahnya. Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, Berlin dipilih menjadi ibu kota Kerajaan Prusia. Suksesor Frederick I, yakni Frederick William I dan Frederick the Great, akan jadi pemimpin yang membawa Kerajaan Prusia menuju panggung dunia.

2. Sektor militer jadi kekuatan terbesar Kerajaan Prusia

Lukisan ini menggambarkan Frederick the Great menyambut pasukan Kerajaan Prusia setelah Pertempuran Hochkirch pada 1758. (commons.wikimedia.org/Carl Röchling)

Berdirinya Kerajaan Prusia pada awal 1700-an menandakan kemunculan satu raksasa baru yang berpotensi merusak dominasi Britania Raya, Kerajaan Prancis, dan Kekaisaran Rusia. Apalagi, kerajaan baru ini bisa dibilang cukup gemilang dalam hal militer. Pada beberapa peperangan besar yang terjadi dan melibatkan Kerajaan Prusia, kerajaan "muda" ini mampu memenangkan berbagai pertempuran yang dihadapi lewat taktik dan teknologi perang yang mumpuni.

Kegemilangan militer ini utamanya diraih sejak raja ketiga dari Kerajaan Prusia, yakni Frederick II atau lebih populer disebut Frederick the Great, mengambil alih takhta. Ia berkuasa sejak 1740 hingga 1786. Frederick the Great merupakan anak dari penguasa Kerajaan Prusia sebelumnya, Frederick Wilhelm I, yang sebelumnya berkuasa sejak 1713—1740. Berkat sosok Frederick the Great ini, wilayah Kerajaan Prusia jadi semakin luas yang ditandai dengan aneksasi maupun diplomasi. Latar belakang Frederick the Great sebagai orang militer berperan besar dalam upaya transformasi militer Kerajaan Prusia pada eranya.

Dilansir National Geographic, Frederick the Great merupakan orang yang sangat bertalenta dalam bidang musik, seni, dan puisi. Ia juga sangat mengagumi Prancis sehingga penggunaan bahasa sehari-hari dan budaya kesukaannya saat memimpin terpengaruh oleh kerajaan tersebut. Bahkan, kekuatan militer yang dibangun olehnya didasarkan pada kebolehan militer Prancis pada masa itu.

Perjalanan menakjubkan Frederick the Great dimulai saat ia menginvasi Silesia yang merupakan bagian dari Austria. Akibatnya, Kerajaan Prusia berkonflik dengan Austria untuk 8 tahun ke depan dengan Frederick the Great benar-benar menghancurkan lawannya, baik secara militer maupun diplomatik. Silesia kemudian jatuh ke tangan Kerajaan Prusia dan mata Frederick the Great mulai menuju target selanjutnya.

Tahun 1756 jadi momen bersejarah bagi Kerajaan Prusia dan Frederick the Great. Kerajaannya bersama dengan Britania Raya bersatu untuk melawan Kerajaan Prancis, Kekaisaran Rusia, dan Austria dalam Perang Tujuh Tahun. Hebatnya, kepiawaian Frederick the Great membawa Prusia menang atas ketiga lawannya. Sekalipun Kekaisaran Rusia sempat menghajar pasukannya hingga Berlin, Frederick the Great mampu memukul balik lawannya hingga membuat reputasi militer Kerajaan Prusia makin di atas angin.

Berkat kemenangan pada Perang Tujuh Tahun itu, Kerajaan Prusia bangkit menjadi salah satu kekuatan besar di Eropa. Britannica melansir kalau Kerajaan Prusia banyak mendapatkan wilayah baru yang kaya akan sumber daya dan ekonomi yang mapan setelah perang sehingga menambah kemakmuran kerajaan ini. Sejak saat itu pula, kerajaan-kerajaan besar yang ada di sekitar Prusia mengakui Kerajaan Prusia sebagai salah satu kekuatan besar Eropa dan berusaha agar tidak melakukan konflik skala besar dengan mereka.

Tak melulu soal perang, Frederick the Great juga meninggalkan sejumlah tinta emas selama dirinya menjadi penguasa Kerajaan Prusia. Sistem pengadilan dan pendidikan jadi sektor paling berubah drastis menuju arah yang baik. Selain itu, toleransi beragama dan pemerintahan berbasis keilmuan jadi hal lain yang melekat pada diri Frederick the Great selama memimpin.

3. Keruntuhan Kerajaan Prusia

potret patung Frederick the Great yang berada di Berlin (commons.wikimedia.org/Morn the Gorn)

Sebenarnya, sebutan "keruntuhan" bagi Kerajaan Prusia bukan berarti kerajaan ini hancur lebur. Kerajaan ini berubah nama dan kedudukan karena berbagai keadaan, tapi masih ada dalam kendali dinasti Hohenzollern. Namun, tentunya pergantian ini terjadi karena ada sejumlah masalah yang dihadapi Kerajaan Prusia pada 1800-an, baik dari eksternal maupun internal. Masalah eksternal yang dihadapi Kerajaan Prusia dimulai saat Napoleon Bonaparte bangkit dan berkuasa di Prancis pada November 1799.

Pada masa kemunculan Napoleon dan Perang Napoleon, Kerajaan Prusia dipimpin oleh Frederick William III. Konflik pertama antara Prusia dengan Prancis pimpinan Napoleon dimulai pada 1806. Dilansir Britannica, Pertarungan Jena jadi awal kekalahan Kerajaan Prusia atas pasukan Napoleon. Kemudian, pasukan gabungan antara Prusia dengan Saxon juga berhasil ditundukkan Little Corporal (julukan Napoleon) dengan relatif mudah. Akibat kekalahan ini, wilayah kekuasaan Prusia jadi berkurang dan kerajaan diwajibkan untuk membayar pajak kepada Napoleon.

Pada posisi terparahnya, wilayah Kerajaan Prusia hanya menyisakan Brandenburg, Silesia, provinsi di Pomerania, Prusia Barat, dan Prusia Timur. Wilayah selatan, Danzig, dan beberapa wilayah yang bersinggungan dengan Polandia terpaksa harus diserahkan pada Prancis sebagai bagian dari perjanjian damai. Bahkan, kekalahan ini membuat Kerajaan Prusia diokupasi oleh Prancis dan harus mengikuti beberapa kebijakan yang dibuat oleh Napoleon.

Beruntung, kehadiran Napoleon di Kerajaan Prusia tak berlangsung lama karena pasukan Koalisi kerajaan-kerajaan Eropa berhasil mengalahkannya pada 1815. Menariknya, pasukan Kerajaan Prusia bersama Britania Raya mengambil peran penting dalam kekalahan Napoleon di Waterloo. Dengan keruntuhan Napoleon dari kursi kepemimpinan Prancis, stabilitas politik monarki di kawasan Eropa kembali stabil.

Akan tetapi, status Kerajaan Prusia justru akan mulai memudar seiring dengan adanya kesadaran unifikasi dari masyarakat Jerman kala itu. Didorong oleh gerakan diplomatis yang dilakukan oleh Otto von Bismarck dan rangkaian kemenangan dalam perang yang mengiringi proses unifikasi, Kerajaan Prusia akhirnya bersatu dan berganti nama menjadi Kekaisaran Jerman di bawah pimpinan Wilhelm I pada 18 Januari 1871.

Meski sudah bersatu menjadi Kekaisaran Jerman, identitas Kerajaan Prusia setidaknya masih bertahan hingga akhir Perang Dunia II. Monarki Prusia di bawah kendali dinasti Hohenzollern masih jadi tanda kalau Kerajaan Prusia tetap hadir dalam pemerintahan Kekaisaran Jerman. Kemudian, runtuhnya Kekaisaran Jerman pasca-Perang Dunia I menandakan akhir dari dinasti Hohenzollern di sana pada 1918. Meski begitu, nama Kerajaan Prusia masih bertahan di bawah kekuasaan Adolf Hitler yang masih menganut sistem administrasi Prusia.

Kerajaan Prusia baru resmi berakhir setelah wilayah Jerman berada dalam kekuasaan Sekutu pasca-Perang Dunia II. Oleh karena wilayah Jerman dibagi-bagi atas empat negara pemenang perang—Amerika Serikat, Britania Raya, Prancis, dan Uni Soviet—Kerajaan Prusia harus dihapuskan di sana. Secara formal, Dewan Kontrol Sekutu membubarkan Prusia secara de jure pada 25 Februari 1947. Menariknya, kanselir Jerman sebelum Adolf Hitler, yaitu Franz von Papen, sebenarnya sudah membubarkan Kerajaan Prusia secara de facto pada 1932.

4. Apakah Kerajaan Prusia memiliki hubungan dengan UIPM Thailand?

ilustrasi bendera Kerajaan Prusia (commons.wikimedia.org/David Liuzzo)

Kita sudah tahu secara garis besar tentang sejarah Kerajaan Prusia. Pembahasan topik ini tentu tak lepas dari nama Kerajaan Prusia yang sedang ramai dibicarakan belakangan ini, terutama tentang keterkaitannya dengan Universal Institute of Professional Management (UIPM) Thailand. Dalam warta yang ramai didiskusikan, UIPM Thailand disebut diakui oleh Kingdom of Prussia atau Kerajaan Prusia berdasarkan Surat Pernyataan No. 01./SP.UIPM/IX/2024 yang diterbitkan melalui akun media sosial UIPM Thailand. Lantas, apakah hal tersebut benar?

Tentunya cukup sulit untuk membuktikan klaim pengakuan Order of Kingdom Prussia seperti yang disebutkan oleh UIPM Thailand. Pasalnya, Kerajaan Prusia sendiri secara resmi sudah bubar yang membuat segala peraturan, kebijakan, maupun ketetapan hukum yang dikeluarkan jadi tak berlaku lagi. Apalagi, tak diketahui soal bagaimana UIPM Thailand bisa memperoleh pengakuan tersebut, padahal Kerajaan Prusia sendiri sudah bubar sebelum universitas tersebut terbentuk.

Dengan demikian, perlu klarifikasi lebih lanjut dari UIPM Thailand atas klaim ini. Klarifikasi itu tentunya juga harus disertai oleh bukti otentik tentang pengakuan Order of Kingdom Prussia sebagaimana yang disebutkan. Jika hal itu sudah dilakukan, harapannya bola liar soal klaim pengakuan ini dapat segera direda di tengah-tengah publik.

Yang jelas, eksistensi Kerajaan Prusia sebagai salah satu kekuatan besar Eropa pada masanya memang dapat dibuktikan dalam tinta sejarah. Kepiawaian Kerajaan Prusia dalam bidang militer dan hadirnya sejumlah tokoh militer maupun diplomat kelas dunia membuat kerajaan ini hampir menjadi kerajaan adidaya di bawah panji Kekaisaran Jerman. Soal kiprah Kekaisaran Jerman di panggung dunia akan dibahas secara lengkap pada kesempatan berikutnya.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Anjar Triananda Ramadhani
EditorAnjar Triananda Ramadhani
Follow Us