Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Kenapa Huruf Keyboard Disusun QWERTY Bukan ABCD?

ilustrasi keyboard QWERTY
ilustrasi keyboard QWERTY (freepik.com/daboost)
Intinya sih...
  • Supaya mesin ketik tidak macetZaman dulu, mesin ketik menggunakan typebars yang bisa macet jika huruf-huruf sering dipakai bersamaan. Susunan QWERTY dibuat agar proses mengetik tetap lancar.
  • Strategi bisnis yang menguasai pasarRemington melihat potensi bisnis dan pendidikan dengan sistem pelatihan mengetik QWERTY. Orang-orang jadi enggan pindah ke sistem lain, membuat QWERTY menjadi standar universal.
  • Belum ada sistem mengetik sentuh (touch typing)Saat tata letak QWERTY dirancang, teknik touch typing belum ditemukan. Meskipun dianggap kurang efisien, susunan ini tetap bertahan karena sudah menjadi kebiasaan.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Pernah kepikiran kenapa huruf di keyboard disusun QWERTY, bukan ABCD seperti urutan alfabet yang kita pelajari dari kecil? Padahal, kalau urutannya alfabet, pasti lebih gampang dihafal, apalagi buat pemula yang baru belajar mengetik. Tapi faktanya, justru QWERTY yang sekarang jadi standar di hampir semua perangkat, mulai dari komputer, laptop, sampai smartphone.

Ternyata, susunan QWERTY ini bukan asal pilih. Di baliknya ada sejarah panjang, mulai dari persoalan teknis mesin ketik zaman dulu, hingga strategi bisnis cerdik yang bikin QWERTY diadopsi secara global. Menurut Forbes, inilah sejumlah alasan kenapa susunan huruf di keyboard bukan ABCD, tapi QWERTY!

1. Supaya mesin ketik tidak macet

ilustrasi mesin ketik
ilustrasi mesin ketik (freepik.com/rawpixel.com)

Zaman dulu, mesin ketik masih memakai batang logam yang disebut typebars. Kalau kamu mengetik terlalu cepat dan huruf-huruf yang kamu tekan posisinya berdekatan, batangnya bisa saling menyangkut dan membuat mesin ketik macet. Untuk menghindari masalah itu, para penemu harus memikirkan cara agar huruf-huruf yang sering dipakai bersamaan tidak diletakkan terlalu dekat satu sama lain.

Itulah sebabnya huruf-huruf seperti “T” dan “H” atau “E” dan “R” sengaja dipisahkan dalam tata letak keyboard. Susunan ini dibuat agar mesin tidak cepat rusak dan proses mengetik tetap lancar. Meskipun sekarang kita tidak lagi memakai mesin ketik, sistem QWERTY ini sudah terlanjur populer dan menjadi kebiasaan.

2. Strategi bisnis yang menguasai pasar

ilustrasi mesin ketik
ilustrasi mesin ketik (freepik.com/freepik)

Christopher Sholes, penemu mesin ketik, awalnya merancang tata letak keyboard yang hampir mengikuti urutan alfabet. Tapi setelah bekerja sama dengan perusahaan senjata Remington, desain keyboard-nya mulai berubah. Remington melihat potensi besar di dunia bisnis dan pendidikan. Mereka bukan cuma menjual mesin ketik, tapi juga menjual sistem pelatihan mengetik yang memakai susunan QWERTY.

Menariknya, Remington bahkan memberikan mesin ketik secara gratis ke sekolah-sekolah dan lembaga pelatihan, asalkan mereka mau ikut kursus mengetik QWERTY. Strategi ini terbukti sukses besar. Orang-orang yang sudah terbiasa dengan sistem QWERTY jadi enggan pindah ke sistem lain. Lama-kelamaan, QWERTY pun menjadi standar universal, bukan karena paling efisien, tapi karena paling banyak dipakai dan diajarkan.

3. Belum ada sistem mengetik sentuh (touch typing)

ilustrasi tata letak keyboard
ilustrasi tata letak keyboard (freepik.com/nensuria)

Saat tata letak QWERTY pertama kali dirancang, teknik mengetik tanpa melihat keyboard alias touch typing belum ditemukan. Waktu itu, orang-orang masih menggunakan metode “buru dan patuk”, mengetik sambil mencari huruf satu per satu dengan mata tetap tertuju ke keyboard. Jadi, belum ada kebutuhan mendesak untuk menyusun huruf agar lebih efisien dan cepat seperti sekarang.

Dengan kata lain, Sholes dan timnya tidak memikirkan soal kecepatan mengetik seperti yang kita utamakan saat ini. Fokus utama mereka adalah fungsi mekanik, bagaimana caranya agar batang huruf tidak mudah macet saat dipakai. Ironisnya, ketika teknik touch typing akhirnya ditemukan, susunan QWERTY justru dianggap kurang efisien. Tapi karena sistem ini sudah telanjur diajarkan dan dipakai di mana-mana, mengubahnya pun jadi sangat sulit.

4. Efek domino dari standarisasi industri dan kebiasaan

ilustrasi pengguna sedang mengetik memakai keyboard QWERTY
ilustrasi pengguna sedang mengetik memakai keyboard QWERTY (freepik.com/freepik)

Begitu QWERTY ditetapkan sebagai standar di mesin ketik buatan Remington, sekolah-sekolah, kantor, hingga tempat pelatihan stenografi langsung mengikutinya. Dari sinilah muncul efek domino, semakin banyak orang terbiasa mengetik dengan QWERTY, semakin sulit pula untuk menggantinya. Saat teknologi komputer hadir, tata letak QWERTY tetap dipertahankan karena sudah dianggap “normal” oleh publik.

Fenomena ini mirip dengan kebiasaan kita sekarang yang tetap memakai aplikasi tertentu, padahal sebenarnya ada alternatif yang lebih baik. Kekuatan kebiasaan dan ekosistem membuat perubahan terasa mahal dan berisiko. Meski susunan alfabet ABCD mungkin terasa lebih logis, QWERTY tetap bertahan, bukan karena paling efisien, tapi karena sudah lebih dulu mencetak sejarah.

Setelah baca penjelasannya, sekarang kamu mungkin sudah lebih paham kenapa huruf di keyboard disusun QWERTY, bukan ABCD seperti urutan alfabet. Alasannya bukan cuma soal logika, tapi ada sejarah panjang, strategi bisnis, dan kebiasaan yang bikin QWERTY bertahan sampai sekarang, dan tetap kita pakai hingga hari ini.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Kidung Swara Mardika
EditorKidung Swara Mardika
Follow Us