Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

6 Aturan Keamanan Mendaki Gunung saat Cuaca Buruk, Pendaki Wajib Tahu!

ilustrasi mendaki gunung (pexels.com/Corneliu Stefan Esanu)

Mendaki gunung bisa menjadi pengalaman yang sangat memuaskan, tetapi tantangannya pun gak main-main, terutama saat cuaca buruk datang tiba-tiba. Dalam situasi seperti ini, memahami dan menerapkan aturan keamanan mendaki gunung saat cuaca buruk sangat penting demi keselamatan kamu dan tim pendakianmu. 

Cuaca ekstrem seperti hujan deras, badai petir, atau kabut tebal bisa mengubah jalur pendakian menjadi sangat berbahaya, lho. Itulah mengapa kamu perlu memahami langkah-langkah penting untuk tetap aman selama mendaki, bahkan dalam kondisi cuaca yang tidak bersahabat. Jadi, simak baik-baik agar pendakianmu tetap aman dan berkesan, ya.


1. Lakukan perencanaan matang sebelum mendaki

ilustrasi mendaki gunung saat cuaca buruk (pexels.com/Beepin4)

Sebelum mendaki gunung, kamu wajib melakukan riset terhadap kondisi cuaca dan jalur pendakian. Gunakan aplikasi prakiraan cuaca seperti Windy, AccuWeather, atau Meteoblue untuk mengetahui kemungkinan hujan, badai, atau kabut. Dengan informasi ini, kamu bisa menyesuaikan waktu keberangkatan, jalur yang akan dilalui, dan bahkan memutuskan apakah pendakian perlu ditunda demi keselamatan.

Selain mengecek cuaca, kamu juga perlu membuat itinerary yang realistis. Tentukan titik istirahat, waktu tempuh, dan check-in secara berkala dengan tim pendakian atau petugas pos. Komunikasikan rencana pendakianmu kepada keluarga atau orang terdekat, serta daftarkan diri di pos pendakian resmi jika tersedia, ya. Ini akan sangat membantu dalam situasi darurat.


2. Bawa perlengkapan khusus untuk cuaca buruk

ilustrasi sepatu mendaki dengan cengkremannya yang kuat (pexels.com/Aa Dil)

Jangan pernah meremehkan pentingnya membawa perlengkapan yang tepat saat mendaki. Dalam kondisi cuaca buruk, kamu butuh jaket tahan air (waterproof), lapisan pakaian termal (thermal layers), dan sepatu dengan cengkeraman kuat. Pastikan juga membawa rain cover untuk tas dan pelindung ponsel agar alat komunikasi tetap bisa digunakan.

Selain itu, tenda dengan daya tahan tinggi terhadap angin dan hujan, groundsheet, dan sleeping bag hangat sangat diperlukan untuk bertahan di malam hari. Headlamp dengan baterai cadangan wajib ada karena jarak pandang sering kali terbatas dalam cuaca buruk. Jangan lupakan makanan tinggi kalori dan cairan elektrolit untuk menjaga energi.


3. Waspadai tanda-tanda cuaca memburuk

ilustrasi menggunakan trekking pole (pexels.com/Kampus Production)

Cuaca di gunung bisa berubah drastis dalam waktu singkat. Kamu perlu belajar mengenali tanda-tanda awal cuaca buruk, seperti awan gelap bergerak cepat, angin yang tiba-tiba bertiup kencang, atau penurunan suhu yang tajam. Kalau kamu melihat kilat atau mendengar petir, segera cari perlindungan dan hindari tempat terbuka atau pohon tinggi.

Jika terjadi kabut tebal, usahakan untuk tetap di jalur dengan menggunakan penanda visual seperti pita warna atau GPS. Jangan mencoba membuka jalur baru karena bisa berujung pada tersesat. Gunakan trekking pole untuk menjaga keseimbangan di jalur licin dan bergeraklah perlahan dengan koordinasi tim yang baik.

4. Hindari lokasi berbahaya saat cuaca ekstrem

ilustrasi membuat tenda di tempat yang aman (pexels.com/Роман Раскошный)

Selama cuaca ekstrem, hindari lokasi seperti puncak gunung, lereng curam, dan area terbuka. Puncak gunung adalah tempat paling rawan disambar petir. Jika kamu berada di ketinggian dan badai petir datang, segera turun ke lokasi yang lebih rendah, namun tetap waspadai potensi longsor atau jalur yang licin.

Selain itu, lembah sempit bisa menjadi jalur aliran air deras saat hujan lebat yang dapat menyebabkan banjir bandang. Pilih tempat berlindung yang aman, datar, dan jauh dari aliran sungai. Pastikan tenda kamu terpasang dengan kuat dan hindari tidur terlalu dekat dengan batu besar atau tebing yang bisa longsor.


5. Prioritaskan komunikasi dan keputusan kolektif

ilustrasi walkie talkie (pexels.com/Antaryami Das)

Dalam situasi cuaca buruk, komunikasi dengan anggota tim sangat penting. Gunakan walkie talkie jika sinyal seluler gak tersedia. Pastikan semua anggota mengetahui rencana cadangan dan titik berkumpul jika terjadi pemisahan. Keputusan untuk melanjutkan atau membatalkan pendakian harus dibuat secara kolektif dan rasional.

Kamu juga sebaiknya membawa peluit darurat untuk sinyal suara dan cermin sinyal untuk keperluan visual. Latih penggunaan alat-alat ini sebelum pendakian. Semangat tim dan ketenangan dalam membuat keputusan sangat menentukan keselamatan semua anggota selama menghadapi tantangan cuaca ekstrem, lho.


6. Ketahui teknik bertahan hidup darurat

ilustrasi jas hujan (pexels.com/Deekshyant)

Jika kamu terjebak dalam badai dan gak bisa melanjutkan perjalanan, gunakan teknik bivouac atau bertahan tanpa tenda di alam terbuka. Pilih lokasi berlindung alami seperti cekungan tanah, batu besar, atau semak rimbun yang bisa mengurangi terpaan angin. Bangun perlindungan sementara dengan poncho atau jas hujan.

Pertahankan suhu tubuh dengan mengenakan pakaian kering, tetap dalam posisi duduk atau meringkuk, dan konsumsi makanan kecil secara berkala untuk menjaga energi. Hindari tidur dalam kondisi basah karena risiko hipotermia sangat tinggi. Teknik bertahan ini bisa menjadi penyelamat saat semua pilihan lain tertutup.

Menghadapi cuaca buruk saat mendaki memang penuh risiko, tetapi dengan persiapan dan pengetahuan yang tepat, kamu tetap bisa menjelajahi alam dengan aman. Selalu ingat bahwa keselamatan jadi prioritas utama dalam setiap ekspedisi. Karena itulah memahami dan menerapkan aturan keamanan mendaki gunung saat cuaca buruk bukan hanya soal kewaspadaan, tapi juga bentuk penghargaan terhadap alam dan hidupmu sendiri, ya.




This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Febrianti Diah Kusumaningrum
EditorFebrianti Diah Kusumaningrum
Follow Us