Benarkah Penjualan Mobil LCGC Anjlok Drastis?

- Penurunan tajam penjualan LCGC
- Data Gaikindo menunjukkan penurunan distribusi LCGC sebesar 47% dari tahun sebelumnya, mencapai 8.270 unit pada Agustus 2025.
- Faktor penyebab anjloknya penjualan LCGC
- Daya beli masyarakat menengah ke bawah melemah, harga LCGC naik, dan pergeseran preferensi konsumen menjadi faktor utama penurunan penjualan.
- Dampak bagi industri otomotif dan konsumen
- Penurunan penjualan LCGC berdampak besar bagi industri otomotif nasional dan membuat pilihan mobil di segmen entry level semakin terbatas bagi konsumen.
Mobil Low Cost Green Car (LCGC) dibanderol dengan harga terjangkau, efisiensi bahan bakar tinggi, dan insentif pajak yang membuatnya lebih murah dibanding model lain. Pada awalnya mobil jenis ini laris manis namun data terbaru menunjukkan bahwa penjualan LCGC tengah mengalami penurunan tajam.
Tren penurunan LCGC ini tidak hanya terlihat dalam satu bulan, melainkan sudah terjadi secara konsisten sejak pertengahan 2024 hingga 2025. Produsen dan analis industri otomotif pun mulai menyoroti fenomena ini sebagai tanda perlunya strategi baru, baik dari sisi kebijakan pemerintah maupun inovasi produk.
1. Penurunan tajam berdasarkan data penjualan

Berdasarkan data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), distribusi mobil LCGC dari pabrik ke dealer pada Agustus 2025 tercatat hanya 8.270 unit. Angka ini turun sekitar 7 persen dibanding Juli 2025 yang mencapai 8.923 unit. Jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya (Agustus 2024), penurunannya jauh lebih drastis yakni mencapai 47 persen dari 15.693 unit. Fakta ini menegaskan bahwa tren penurunan bukan sekadar fluktuasi musiman, melainkan indikasi melemahnya permintaan.
Tidak berhenti di situ, data semester pertama 2025 juga mencatat total distribusi LCGC hanya 64.063 unit, lebih rendah 28,5 persen dibandingkan semester pertama 2024. Bahkan pada Juli 2025, penjualan LCGC anjlok sekitar 40 persen dibanding tahun sebelumnya. Dengan penurunan hampir di semua periode, jelas terlihat bahwa pasar LCGC sedang menghadapi tekanan besar.
2. Faktor penyebab anjloknya penjualan LCGC

Ada beberapa faktor yang diduga menjadi penyebab anjloknya penjualan mobil murah ini. Pertama, daya beli masyarakat menengah ke bawah melemah akibat tekanan ekonomi, inflasi, dan biaya hidup yang meningkat. Konsumen yang biasanya menjadi target utama LCGC lebih berhati-hati dalam mengambil keputusan membeli mobil baru.
Kedua, harga LCGC perlahan naik seiring kenaikan biaya produksi dan komponen. Meski tetap lebih murah dari mobil non-LCGC, daya tarik “mobil murah” mulai berkurang. Ketiga, pergeseran preferensi konsumen turut memengaruhi. Kini, banyak konsumen lebih tertarik pada mobil dengan fitur lengkap, desain modern, atau bahkan kendaraan listrik, meski harus menambah biaya. Hal ini membuat LCGC kehilangan sebagian daya tariknya.
Selain itu, faktor regulasi dan insentif juga ikut berperan. Meskipun LCGC masih mendapatkan keringanan pajak, tidak ada stimulus baru yang bisa menjaga minat beli tetap tinggi. Akibatnya, produsen harus bersaing lebih keras di tengah tren pasar yang berubah cepat.
3. Dampak bagi industri otomotif dan konsumen

Penurunan penjualan LCGC tentu berdampak besar bagi industri otomotif nasional. LCGC selama ini menyumbang porsi signifikan terhadap total penjualan mobil di Indonesia. Jika tren turun berlanjut, maka efek domino bisa terasa pada sektor produksi, penyerapan tenaga kerja, hingga kontribusi pajak.
Bagi konsumen, fenomena ini bisa berarti semakin sulitnya menemukan mobil baru dengan harga benar-benar terjangkau. Jika LCGC terus menurun, pilihan mobil di segmen entry level akan makin terbatas. Pada akhirnya, masyarakat menengah ke bawah mungkin harus mempertimbangkan opsi lain seperti mobil bekas atau menunda pembelian kendaraan.
So, berdasarkan data resmi Gaikindo dan laporan media seperti iNews, DetikOto, RMOL, dan Sindonews, penjualan mobil LCGC di Indonesia memang anjlok drastis sepanjang 2025. Dengan penurunan hingga 47 persen dibanding tahun lalu, kondisi ini menjadi sinyal serius bagi daya beli masyarakat dan arah pasar otomotif nasional. LCGC yang dulu menjadi primadona mobil murah kini menghadapi tantangan besar, baik dari sisi ekonomi maupun perubahan tren konsumen.