Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Deretan Mobil Ini Disuntik Mati Gegara Desainnya Gak Diterima Publik

Honda Jazz (honda-indonesia)
Honda Jazz (honda-indonesia)
Intinya sih...
  • Desain baru mematahkan ekspektasi
  • Jazz, Swift, dan Freed kehilangan daya tarik
  • Desain menentukan di Indonesia karena preferensi pasar, tren, dan nilai jual kembali
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Di Indonesia, desain mobil itu bukan sekadar cakep atau tidak. Sebab desain mencerminkan banyak hal, mulai dari mobil ini buat siapa, gaya hidup macam apa, dan seberapa pantas dipakai harian, keluarga, atau kerja.

Karena itulah ada beberapa model yang sempat kuat lewat beberapa generasi, tapi kemudian meredup dan akhirnya disuntik mati ketika arah desain terbarunya dianggap tidak nyambung dengan selera mayoritas konsumen.

1. Ketika desain baru mematahkan ekspektasi

Mobil hatchback Honda Jazz (Dok. honda-indonesia.com)
Mobil hatchback Honda Jazz (Dok. honda-indonesia.com)

Mobil yang sudah lama eksis memiliki penggemar dan ekspektasi yang terbentuk kuat. Begitu desain generasi baru berubah arah, publik sering menilai dengan kalimat sederhana: “kok jadi beda banget”. Perubahan ini bisa berupa wajah yang lebih “imut”, siluet yang lebih membulat, atau justru makin kotak dan fungsional. Di pasar yang sangat sensitif terhadap tampilan, pergeseran karakter desain seperti ini bisa menurunkan “daya tarik instan” saat pertama kali dilihat di showroom atau di jalan.

Kasus yang sering dibicarakan adalah hatchback populer seperti Honda Jazz dan Suzuki Swift. Keduanya punya reputasi sebagai mobil kompak yang sporty, lincah, dan anak muda. Ketika bahasa desain global bergerak ke arah yang lebih kalem dan aman, sebagian konsumen Indonesia merasa sensasi “fun dan sporty” itu menipis. Di titik ini, masalahnya bukan cuma bentuk lampu atau grille, melainkan identitas yang terasa bergeser.

2. Contoh nyata: Jazz, Swift, Freed

Suzuki Swift (suzuki.co.id)
Suzuki Swift (suzuki.co.id)

Honda Jazz pernah menjadi ikon hatchback. Daya tariknya kuat karena desainnya mudah diterima banyak orang: proporsi kompak, tidak aneh, dan gampang dimodifikasi. Ketika tren desain mengarah ke bentuk yang lebih “manis” dan tidak seagresif sebelumnya, penerimaan pasar tidak sekuat dulu. Akhirnya, tongkat estafet berpindah ke model lain yang dianggap lebih cocok dengan selera saat itu.

Suzuki Swift juga punya cerita mirip. Swift dikenal lewat citra hatchback yang gesit dan gaya. Namun ketika generasi berikutnya tampil dengan nuansa yang berbeda dari ekspektasi sebagian publik, momentumnya melemah. Pada akhirnya, strategi produk pun ikut berubah: pabrikan lebih memilih fokus pada model lain yang dianggap lebih sesuai preferensi pasar.

Di segmen MPV pintu geser, Honda Freed dan Toyota Sienta mengalami tantangan yang unik. Keduanya menawarkan fungsi tinggi, tapi desain “boxy” ala MPV Jepang tidak selalu cocok dengan selera Indonesia yang cenderung menyukai tampilan lebih gagah atau lebih premium. Saat orang membandingkan dengan MPV mainstream yang tampilannya lebih familiar, Freed dan Sienta sering dianggap terlalu “unik”, sehingga sulit menang di pembelian impulsif.

3. Kenapa desain begitu menentukan di indonesia

Suzuki Swift (marutisuzuki.com)
Suzuki Swift (marutisuzuki.com)

Pertama, konsumen Indonesia sangat visual. Banyak keputusan terjadi cepat: lihat tampang, duduk sebentar, lalu bandingkan dengan opsi lain. Jika desain terasa “nanggung” atau tidak sesuai citra yang diinginkan, orang mudah pindah ke kompetitor. Kedua, perubahan tren ikut memperkeras seleksi. Ketika SUV dan crossover makin dominan, hatchback dan MPV pintu geser harus bekerja ekstra untuk terlihat relevan. Pada kondisi seperti itu, desain yang terlalu berbeda sedikit saja bisa jadi alasan untuk “skip”.

Terakhir, desain berhubungan langsung dengan nilai jual kembali. Jika model terbaru kurang diterima, pasar bekas ikut ragu, lalu siklusnya makin berat. Jadi, “disuntik mati” jarang terjadi hanya karena desain semata, tetapi desain sering menjadi pemicu utama yang mempercepat penurunan minat di pasar yang sedang berubah cepat.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Dwi Agustiar
EditorDwi Agustiar
Follow Us

Latest in Automotive

See More

Mitos vs Fakta: Mobil Matic Tidak Bisa Dipakai Nanjak Curam

07 Des 2025, 13:05 WIBAutomotive