Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Imbas Tarif AS, Gaikindo: Indonesia Bisa Jadi Pelampiasan Ekspor Mobil

Booth Toyota di GIIAS 2024 (PT. Toyota-Astra Motor/TAM)
Intinya sih...
  • Kebijakan tarif impor AS berpotensi mengganggu pasar otomotif Indonesia dan menimbulkan banjir produk impor.
  • Kebijakan proteksionis AS membuat pabrikan otomotif global beralih fokus ke pasar negara berkembang, termasuk Indonesia.
  • Dampak kebijakan tarif AS bisa menekan penjualan mobil dalam negeri, mempengaruhi stabilitas industri otomotif nasional, dan berdampak pada tenaga kerja.

Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) menyatakan kekhawatirannya terkait dampak dari kebijakan tarif impor baru yang diterapkan oleh Pemerintah Amerika Serikat.

Kebijakan ini, yang diberlakukan di bawah pemerintahan Presiden Donald Trump, berpotensi mengubah peta perdagangan otomotif global dan bisa berdampak pada pasar otomotif di Indonesia.

“Amerika menerapkan tarif baru, sehingga pabrikan-pabrikan dunia di luar Amerika mengalami kesulitan untuk masuk ke Amerika, sehingga produknya banjir,” kata Ketua Umum Gaikindo, Yohannes Nangoi, seperti dikutip dari ANTARA, Kamis 17 April 2025.

Ia khawatir Indonesia akan jadi pelampiasan ekspor mobil dari negara-negara yang kelebihan stok, apalagi Indonesia tidak punya hubungan ekspor langsung dengan AS dalam hal kendaraan.

1. Dampak tarif impor Trump

Booth Toyota di GIIAS 2024 (PT. Toyota-Astra Motor/TAM)

Pemerintahan Donald Trump kembali menggulirkan kebijakan proteksionis berupa kenaikan tarif impor kendaraan dan suku cadang dari luar negeri. Salah satu kebijakan yang menimbulkan efek domino adalah penerapan tarif tambahan hingga 25% untuk kendaraan yang diimpor dari luar Amerika Serikat, termasuk dari sekutu-sekutu dagangnya seperti Uni Eropa, Jepang, dan Korea Selatan.

Kebijakan ini bertujuan untuk melindungi produsen mobil dalam negeri Amerika, namun di sisi lain justru menyulitkan pabrikan otomotif global yang sebelumnya sangat bergantung pada pasar AS. Akibatnya, mereka kini mengalihkan fokus ke pasar lain, termasuk negara berkembang seperti Indonesia, yang dinilai masih punya potensi pertumbuhan.

Langkah ini juga menimbulkan kekhawatiran akan terjadinya banjir produk impor di pasar negara-negara lain, dan Gaikindo menilai Indonesia adalah salah satu yang berisiko terdampak. Dengan populasi besar dan pasar otomotif yang stabil, Indonesia bisa menjadi sasaran empuk bagi produk yang gagal masuk ke AS.

2. Pasar lokal juga terkena imbas mobil impor

Booth Daihatsu di GIIAS 2024 (PT Astra Daihatsu Motor)

Selama ini, Indonesia mengekspor kendaraan ke Meksiko, Kanada, dan beberapa negara di Amerika Latin. Namun, pasar AS masih belum tergarap secara langsung. Meski begitu, dampak kebijakan tarif AS tetap bisa terasa di sini. Mengapa? Karena negara-negara yang tidak bisa ekspor ke Amerika bisa saja membanjiri Indonesia dengan mobil-mobil mereka.

Yohannes Nangoi menjelaskan bahwa kondisi pasar otomotif Indonesia saat ini sedang lesu. Bila tiba-tiba masuk banyak mobil impor dari luar, apalagi dengan harga kompetitif, itu bisa menekan penjualan mobil dalam negeri dan mengganggu kestabilan industri otomotif nasional.

“Pasar kita sedang tidak baik. Pada Januari sampai Maret 2025 saja, pasar otomotif kita turun sekitar 4,8 sampai 4,9 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu,” ungkap Nangoi. Bila tidak diantisipasi, kehadiran mobil-mobil asing ini bisa membuat produsen lokal makin kesulitan, mulai dari penurunan penjualan hingga potensi pengurangan tenaga kerja.

3. GIIAS 2025 jadi harapan bangkitkan pasar

Pameran mobil GIIAS (GAIKINDO)

Di tengah situasi yang tidak menentu ini, Gaikindo berharap penyelenggaraan pameran otomotif seperti GIIAS (Gaikindo Indonesia International Auto Show) 2025 bisa menjadi momentum untuk mendorong penjualan kendaraan. Pameran ini tidak hanya menampilkan mobil-mobil baru, tapi juga memberikan pengalaman langsung kepada konsumen untuk melihat teknologi dan fitur-fitur terbaru dari berbagai merek.

“Pameran seperti GIIAS menjadi penting untuk menghidupkan kembali semangat pasar. Konsumen bisa datang, mencoba mobil, dan kami bisa mengedukasi mereka tentang produk baru yang lebih efisien, aman, dan ramah lingkungan,” kata Nangoi.

Dengan berbagai tantangan global, termasuk kebijakan tarif negara lain, industri otomotif nasional perlu dukungan dari berbagai pihak—termasuk pemerintah, pelaku industri, dan konsumen—agar bisa tetap tumbuh dan bersaing. Jangan sampai Indonesia jadi “pasar pelampiasan” dari negara lain, tapi justru menjadi tuan rumah yang kuat di negerinya sendiri.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Dwi Agustiar
EditorDwi Agustiar
Follow Us