Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Kenapa Harga Mobil Mewah Bekas Terjun Bebas?

Ilustrasi mobil BMW (pexels/Joshua Köller)
Intinya sih...
  • Harga mobil mewah bekas turun drastis karena tingginya depresiasi dan pajak PPnBM yang tinggi di Indonesia.
  • Biaya perawatan dan suku cadang mobil mewah yang tinggi membuat pembeli cenderung memilih mobil dengan biaya pemeliharaan lebih terjangkau.
  • Teknologi terbaru pada mobil mewah bisa cepat usang, sulit diperbarui, dan biaya perbaikannya mahal, sehingga menurunkan permintaan dan harga.

Mobil mewah identik dengan kenyamanan, teknologi canggih, dan performa tinggi. Namun, ada satu fenomena yang membuat banyak orang heran: harga mobil mewah bekas bisa anjlok drastis hanya dalam beberapa tahun setelah keluar dari showroom.

Penurunan nilai ini jauh lebih tajam dibandingkan mobil biasa. Mengapa hal ini bisa terjadi? Berikut adalah beberapa alasan utama mengapa harga bekas mobil mewah bisa terjun bebas.

1. Depresiasi cepat akibat biaya pajak dan perawatan

ilustrasi pajak mobil (pexels.com/Саша Алалыкин)

Alasan utama harga mobil mewah bekas cepat turun adalah tingginya depresiasi. Mobil-mobil mewah dikenakan pajak barang mewah (PPnBM) yang cukup besar di Indonesia, membuat harga barunya melambung tinggi. Namun, saat dijual kembali sebagai mobil bekas, komponen pajak ini tidak lagi diperhitungkan, sehingga harganya langsung anjlok.

Contohnya, Mercedes-Benz E300 AMG Line yang dibanderol sekitar Rp1,4 miliar saat baru, bisa dijual bekas dalam kondisi 3 tahun pakai dengan harga sekitar Rp750 juta–Rp 800 juta. Artinya, nilainya sudah turun hampir 50 persen. Hal serupa juga terjadi pada BMW 740Li yang saat baru dihargai lebih dari Rp2 miliar, namun dalam 5 tahun bisa turun menjadi sekitar Rp900 juta–Rp1,1 miliar saja.

Selain itu, biaya perawatan dan suku cadang mobil mewah yang tinggi juga menjadi pertimbangan bagi calon pembeli mobil bekas. Mereka cenderung memilih mobil dengan biaya pemeliharaan yang lebih terjangkau.

2. Teknologi cepat usang dan ketersediaan sparepart

Ilustrasi bengkel mobil (Pexels/Artem Podrez)

Mobil mewah umumnya dilengkapi teknologi terbaru seperti fitur semi-autonomous, sistem infotainment canggih, hingga sistem suspensi aktif. Meskipun mengesankan, teknologi ini bisa cepat usang dan sulit diperbarui. Ketika teknologi tersebut tidak lagi relevan atau mulai rusak, biaya perbaikannya bisa sangat mahal. Ini membuat konsumen mobil bekas berpikir dua kali, sehingga permintaan turun dan harga ikut menyesuaikan.

Sebagai contoh, mobil seperti Jaguar XF 2.0 keluaran 2015 yang dulu dijual sekitar Rp 1,2 miliar, kini bisa ditemukan di pasaran dengan harga sekitar Rp 300 juta–Rp 400 juta. Penyebab utama penurunan tajam ini adalah biaya perbaikan dan ketersediaan suku cadang yang terbatas, serta minimnya bengkel spesialis yang mampu menangani teknologi rumit di mobil tersebut.

3. Pasar mobil mewah bekas relatif sempit

ilustrasi kunci mobil (pexels.com/Negative Space)

Berbeda dengan mobil kelas menengah yang punya banyak peminat, pasar mobil mewah bekas jauh lebih sempit. Pembeli mobil mewah biasanya lebih memilih beli baru karena gengsi dan jaminan garansi. Di sisi lain, pembeli mobil bekas cenderung lebih memperhatikan biaya operasional dan efisiensi.

Hal ini menyebabkan supply mobil mewah bekas yang cukup banyak tidak sebanding dengan demand-nya. Akibatnya, harga harus ditekan agar mobil tersebut laku dijual. Bahkan mobil seperti Lexus LS 460L, yang saat baru bisa mencapai Rp 2,5 miliar, kini dijual di bawah Rp 700 juta di pasar mobil bekas.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Dwi Agustiar
EditorDwi Agustiar
Follow Us