Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi mobil wagon (pexels/Mario Amé)

Intinya sih...

  • Mobil wagon turun drastis secara global
  • Penurunan minat terhadap mobil wagon di Indonesia dan banyak negara lain
  • Pasar mobil penumpang di Indonesia didominasi oleh SUV dan MPV, bukan lagi wagon

Mobil wagon atau yang sering disebut station wagon adalah kendaraan dengan desain menyerupai sedan namun memiliki atap yang memanjang hingga ke bagian belakang untuk memberikan ruang bagasi ekstra.

Mobil jenis ini pernah sangat populer sebagai kendaraan keluarga karena menggabungkan kenyamanan sedan dan fungsionalitas bagasi luas. Namun, dalam beberapa dekade terakhir, popularitas mobil wagon di Indonesia dan banyak negara lain mengalami penurunan drastis.

Kini, posisinya tergeser oleh SUV (Sport Utility Vehicle) dan MPV (Multi Purpose Vehicle) yang dianggap lebih sesuai dengan kebutuhan dan selera masyarakat masa kini. Kenapa bisa begitu?

1. Penurunan penjualan mobil wagon

Kantor Nissan (nissan-global.com)

Penurunan minat terhadap mobil wagon terlihat jelas dari data penjualan beberapa tahun terakhir. Salah satu contoh paling mencolok adalah Suzuki Karimun Wagon R, yang pernah menjadi andalan di segmen LCGC (Low Cost Green Car). Pada tahun 2016, model ini terjual sebanyak 9.905 unit. Namun, angka tersebut terus menurun hingga hanya 1.591 unit pada tahun 2020. Akhirnya, Suzuki memutuskan untuk menghentikan produksinya di Indonesia pada 2021. Langkah ini menandai semakin mengecilnya ruang bagi mobil wagon di pasar domestik.

Sementara itu, SUV dan MPV justru mengalami lonjakan permintaan yang signifikan. Berdasarkan data penjualan Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) sepanjang tahun 2024, MPV seperti Toyota Kijang Innova mencatat penjualan hingga 63.676 unit. Toyota Avanza menyusul dengan 55.838 unit, dan Daihatsu Sigra menempati posisi ketiga dengan 54.709 unit.

Di segmen SUV, Toyota Rush mendominasi dengan 31.753 unit, diikuti oleh Daihatsu Terios (17.800 unit) dan Suzuki XL7 (15.388 unit). Angka-angka ini menunjukkan bahwa pasar mobil penumpang di Indonesia saat ini didominasi oleh SUV dan MPV, bukan lagi wagon.

2. Mengapa wagon kalah saing?

ilustrasi mobil wagon (pexels/Josh Hild)

Ada beberapa alasan utama mengapa mobil wagon kini kalah populer. Pertama, masyarakat Indonesia cenderung memilih kendaraan dengan kapasitas penumpang lebih banyak. Mobil wagon biasanya hanya mampu menampung lima penumpang, sedangkan SUV dan MPV menawarkan opsi tujuh penumpang yang lebih cocok untuk keluarga besar atau perjalanan bersama rombongan.

Kedua, kondisi jalanan di Indonesia yang tidak selalu mulus membuat banyak orang lebih memilih kendaraan dengan ground clearance tinggi, seperti SUV. Mobil wagon yang cenderung lebih rendah sering kali dianggap tidak cocok untuk jalan rusak, banjir, atau berkendara ke daerah pedesaan.

Ketiga, dari segi desain dan citra, SUV dinilai lebih modern, gagah, dan cocok untuk gaya hidup aktif. Wagon, di sisi lain, sering dianggap punya desain yang cenderung kaku dan kurang menarik bagi generasi muda. Hal ini membuat produsen otomotif lebih fokus mengembangkan SUV dan MPV, yang secara pasar lebih menjanjikan.

3. Ketersediaan model dan tren global

ilustrasi mobil wagon (pexels/Jess Loiterton)

Faktor lain yang membuat wagon kalah saing adalah minimnya pilihan model yang tersedia di Indonesia. Banyak pabrikan yang tidak lagi memasarkan mobil wagon secara resmi di Tanah Air, atau hanya menghadirkan modelnya di segmen premium seperti BMW 3 Series Touring atau Audi A4 Avant. Ini membuat konsumen kesulitan menjangkau wagon dari sisi harga maupun jaringan layanan purnajual.

Di tingkat global, tren yang sama juga terjadi. Penjualan SUV melampaui sedan dan wagon secara signifikan di pasar seperti Amerika Serikat dan Tiongkok. Kecenderungan konsumen untuk mencari kendaraan yang serba bisa dan tampil tangguh membuat wagon semakin tersisih.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team