Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Kerugian Akibat Perang Tarif Impor Bisa Tembus Ribuan Triliun!

Pabrik mobil (honda.co.uk)
Pabrik mobil (honda.co.uk)
Intinya sih...
  • Kenaikan tarif AS-China bisa memicu kenaikan harga suku cadang dan mobil secara masif.
  • Koalisi Industri Otomotif AS memperkirakan kerugian ekonomi hingga 108 miliar dolar AS hingga tahun 2025.
  • Pemerintah China mengancam akan mengambil langkah balasan terhadap tarif tinggi yang diberlakukan oleh AS, terutama di sektor kendaraan listrik.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Banyak yang menentukan harga jual mobil, salah satunya adalah harga suku cadang. Kalau harga suku cadang naik, dipastikan harga jual mobil pasti akan ikutan naik. Hal inilah yang dikhawatirkan Koalisi Industri Otomotif Amerika Serikat (AS) saat Presiden Donald Trump menaikkan tarif impor sebesar 25 persen.

Kenaikan tarif tersebut, menurut Koalisi Industri Otomotif Amerika Serikat, akan memicu efek domino pada industri otomotif secara keseluruhan. Efeknya tidak hanya sebatas pada kenaikan harga mobil, tapi akan sangat masif dan merugikan.

1. Ancaman kerugian ribuan triliunan rupiah

Kantor Nissan (nissan-global.com)
Kantor Nissan (nissan-global.com)

Koalisi Industri Otomotif AS, seperti dikutip dari Financial Times, memperingatkan adanya potensi kerugian ekonomi yang besar. Mereka memperkirakan dampak dari tarif impor ini bisa menyebabkan kerugian hingga 108 miliar dolar AS sepanjang tahun 2025. Jika dikonversi ke rupiah, itu setara dengan lebih dari Rp1.700 triliun, angka yang sangat besar dan bisa berdampak pada banyak sektor lain seperti logistik, manufaktur, hingga tenaga kerja.

Kenapa bisa sebesar itu? Karena industri otomotif punya rantai pasok yang sangat luas. Saat harga suku cadang naik, produsen akan menahan produksi, dealer akan kesulitan menjual, dan akhirnya para pekerja di pabrik hingga showroom bisa terdampak. Jadi, kerugiannya tidak hanya hitungan angka di atas kertas, tapi juga berdampak langsung ke kehidupan banyak orang.

2. China siap balas tarif AS

byd-indonesia.co.id
byd-indonesia.co.id

Dalam perkembangan terbaru, pemerintah China memperingatkan akan mengambil langkah balasan terhadap tarif tinggi yang diberlakukan oleh AS, terutama di sektor kendaraan listrik (EV). Amerika Serikat saat ini telah menerapkan tarif hingga 145 persen untuk EV asal Tiongkok, dengan alasan melindungi produsen lokal dari banjir impor murah.

Menanggapi hal ini, Beijing menyebut kebijakan tersebut tidak adil dan diskriminatif, dan berpotensi memicu retaliasi terhadap produsen otomotif asal AS yang beroperasi di China. Jika ketegangan ini terus berlanjut, maka harga kendaraan, terutama jenis EV dan hybrid, bisa melambung tinggi di berbagai pasar global.

3. Dialog bisa jadi jalan keluar

ilustrasi kunci mobil (pexels.com/Karolina Grabowska)
ilustrasi kunci mobil (pexels.com/Karolina Grabowska)

Para pelaku industri berharap kebijakan tarif ini bisa ditinjau ulang atau setidaknya ada kebijakan kompensasi yang meringankan beban produsen. Tujuannya bukan hanya menjaga harga kendaraan tetap kompetitif, tapi juga menjaga kelangsungan industri otomotif dalam negeri itu sendiri.

Selain itu, ada juga dorongan agar produsen mulai memperkuat rantai pasok lokal. Jika bahan baku dan komponen bisa lebih banyak diproduksi di dalam negeri, maka ketergantungan terhadap barang impor bisa berkurang. Namun tentu saja, ini butuh waktu dan investasi besar.

Dengan situasi yang terus berkembang, publik dan para pelaku industri kini menunggu langkah selanjutnya dari pemerintah AS. Akankah mereka tetap pada kebijakan tarif tinggi, atau justru memilih untuk mencari solusi kompromi demi keberlangsungan industri otomotif dan ekonomi secara keseluruhan? Para pelaku industri mungkin tak bisa menunggu terlalu lama.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Dwi Agustiar
EditorDwi Agustiar
Follow Us