5 Kesalahan Mengartikan Simbol Jalan, Bisa Picu Kecelakaan!

- Simbol "Jalan Prioritas" sering diabaikan, padahal penting untuk mengatur lalu lintas di persimpangan tanpa lampu lalu lintas.
- Pengemudi sering mengabaikan simbol "Dilarang Mendahului", meningkatkan risiko tabrakan frontal di area terbatas.
- Kesalahan memahami simbol "Putar Balik" sering terjadi, bisa mengganggu arus lalu lintas dan meningkatkan potensi kecelakaan.
Berkendara di jalan raya bukan hanya soal memegang kemudi dan menekan pedal gas. Banyak aspek yang perlu dipahami agar perjalanan aman dan tidak membahayakan pengguna jalan lainnya. Salah satu aspek penting yang sering diabaikan adalah pemahaman terhadap simbol atau rambu jalan. Simbol jalan bukan sekadar pelengkap pemandangan. Setiap rambu memiliki arti dan fungsi spesifik yang dirancang untuk mengatur lalu lintas dan mencegah kecelakaan.
Sayangnya, tidak semua pengemudi benar-benar memahami atau memperhatikan arti simbol tersebut. Kesalahan mengartikan simbol jalan sering kali terdengar sepele, tetapi dampaknya bisa sangat serius. Bahkan, beberapa kasus kecelakaan fatal bermula dari pengabaian rambu atau kesalahan interpretasi terhadap simbol penting di jalan. Mulai dari salah jalur, masuk area terlarang, hingga pelanggaran prioritas jalan sering terjadi akibat kesalahan ini. Kondisi ini diperparah oleh kurangnya edukasi yang merata mengenai rambu lalu lintas.
Banyak pengemudi hanya mengenal simbol-simbol umum, seperti “STOP” atau “Dilarang Masuk”, tetapi bingung saat menghadapi simbol yang lebih kompleks atau kurang populer. Berikut lima kesalahan umum dalam mengartikan simbol jalan yang bisa berakibat fatal jika dibiarkan. Simak baik-baik agar tidak terjebak dalam situasi membahayakan.
1. Salah mengartikan simbol “jalan prioritas”

Simbol “Jalan Prioritas” sering kali diabaikan karena dianggap tidak sepenting rambu “STOP”. Padahal, rambu ini memiliki peran penting dalam mengatur kendaraan mana yang harus didahulukan saat persimpangan tidak memiliki lampu lalu lintas. Kesalahan paling umum terjadi saat pengemudi mengira semua jalur memiliki hak yang sama untuk melintas. Akibatnya, banyak kendaraan yang menerobos tanpa mengurangi kecepatan karena merasa berhak jalan duluan. Ini bisa menimbulkan tabrakan dari arah samping. Rambu “Jalan Prioritas” berbentuk segitiga putih dengan garis tebal kuning dan hitam.
Simbol ini menunjukkan bahwa jalan tersebut memiliki hak utama untuk melaju dibanding jalan dari arah lain. Ketidaktahuan terhadap rambu ini bisa mengakibatkan kendaraan dari jalan non-prioritas memaksa masuk tanpa berhenti, menciptakan kekacauan lalu lintas dan meningkatkan risiko tabrakan.
2. Mengabaikan simbol “dilarang mendahului”

Rambu ini sering ditemukan di jalan pegunungan atau tikungan tajam. Sayangnya, banyak pengemudi yang tetap memaksakan diri untuk menyalip karena merasa jalur kosong. Simbol “Dilarang Mendahului” biasanya berbentuk lingkaran putih bergaris merah dengan dua mobil sejajar berwarna satu hitam, satu merah. Mobil merah menunjukkan larangan mendahului.
Sayangnya, simbol ini dianggap tidak penting jika tidak ada polisi. Faktanya, aturan ini bukan soal hukum semata, tapi soal keselamatan. Menyalip di area terbatas bisa mengurangi jarak pandang dan meningkatkan risiko tabrakan frontal. Pengemudi yang mengabaikan simbol ini sering tidak menyadari bahwa jalur di depannya tidak cukup panjang atau aman untuk mendahului, terutama jika kendaraan besar melintas dari arah berlawanan.
3. Salah memahami simbol “putar balik”

Simbol “Putar Balik” yang bergambar panah melengkung ke arah berlawanan sering ditafsirkan sebagai izin untuk putar balik kapan saja. Padahal, simbol ini hanya berlaku pada titik tertentu, bukan sepanjang jalan. Kesalahan umum terjadi saat pengemudi memutuskan untuk memutar balik di area yang sebenarnya bukan lokasi yang ditentukan.
Akibatnya, kendaraan lain terganggu dan potensi kecelakaan meningkat. Banyak yang lupa bahwa simbol ini hanya berlaku jika disertai marka jalan yang mendukung. Tanpa marka, manuver putar balik bisa sangat berbahaya, terutama di jalan cepat seperti jalur tol atau arteri utama. Pengemudi yang salah memahami rambu ini kerap menghambat arus lalu lintas, bahkan membuat kendaraan lain berhenti mendadak demi menghindari tabrakan.
4. Mengira simbol “zona sekolah” tidak Berlaku di Luar Jam Belajar

Simbol “Zona Sekolah” biasanya ditandai gambar anak-anak menyeberang atau papan peringatan kecepatan rendah. Masalahnya, banyak pengendara mengira rambu ini hanya berlaku saat jam masuk dan pulang sekolah. Pemikiran ini sangat berbahaya. Zona sekolah adalah area rawan kecelakaan karena lalu lintas pejalan kaki terutama anak-anak sulit diprediksi. Anak-anak bisa menyebrang tanpa melihat kanan kiri, bahkan di luar jam pelajaran.
Kesalahan menafsirkan simbol ini membuat pengemudi tetap melaju kencang di zona rawan. Potensi kecelakaan meningkat drastis, apalagi saat kendaraan tidak siap melakukan pengereman mendadak. Penting untuk selalu menurunkan kecepatan di sekitar sekolah, terlepas dari waktu. Zona ini dirancang agar pengemudi lebih waspada terhadap kemungkinan pejalan kaki tiba-tiba muncul.
5. Mengabaikan simbol “jalan licin”

Simbol ini sering disalah artikan sebagai peringatan ringan, padahal bahayanya cukup besar. Simbol bergambar mobil tergelincir ini mengingatkan bahwa permukaan jalan rawan selip. Kesalahan terjadi karena pengemudi menganggap rambu ini tidak terlalu penting saat cuaca cerah. Padahal, jalan licin bisa disebabkan oleh minyak tumpah, material aspal, atau sisa hujan sebelumnya. Pengemudi yang tidak menurunkan kecepatan di jalur seperti ini berisiko tergelincir saat menikung atau mengerem mendadak. Mobil bisa kehilangan traksi dan meluncur keluar jalur. Simbol ini perlu ditanggapi serius karena area tersebut telah tercatat memiliki tingkat kecelakaan tinggi akibat kondisi permukaan jalan yang tidak stabil.
Simbol jalan bukan sekadar hiasan yang dipasang asal. Setiap tanda memiliki arti penting yang mendukung keselamatan dan keteraturan lalu lintas. Kesalahan dalam mengartikan rambu bisa berakibat fatal, mulai dari kecelakaan kecil hingga tragedi besar. Penting untuk memahami arti simbol secara menyeluruh dan menerapkannya setiap saat. Edukasi lalu lintas tidak boleh berhenti di bangku ujian SIM, tapi harus terus diperbarui agar pengemudi tetap sadar terhadap keselamatan bersama.