Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Penjualan Tesla di Belanda Turun hingga 75 Persen Sepanjang April 2025

Ilustrasi Tesla (Pexels/Craig Adderley)
Intinya sih...
  • Tesla hanya menjual 382 unit di Belanda pada April 2025, turun hampir 75% dari tahun sebelumnya.
  • Penjualan global Tesla juga merosot drastis menjadi 3.825 unit dalam empat bulan pertama tahun ini.
  • Elon Musk teralihkan fokusnya ke urusan politik, menyebabkan kekhawatiran investor dan penurunan laba perusahaan sebesar 71%.

Tesla harus menelan pil pahit di Belanda. Di negeri Kincir Angin tersebut, Tesla hanya menjual sebanyak 382 unit pada April 2025 atau turun hampir 75 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang mencapai 1.457 unit.

Penurunan ini merupakan bagian dari tren yang lebih besar, di mana Tesla hanya mampu menjual 3.825 unit dalam empat bulan pertama tahun ini, merosot drastis dari 8.299 unit yang terjual pada periode yang sama tahun 2024, menurut data dari BOVAG, RAI Association, dan RDC.

Situasi ini mengindikasikan kalau Tesla tengah menghadapi tantangan serius, tidak hanya di pasar Belanda, tetapi juga dalam skala global. Berbagai tekanan ekonomi dan ketidakpastian perdagangan internasional menjadi faktor yang memengaruhi daya saing perusahaan milik Elon Musk tersebut.

1. Fokus Elon Musk terpecah

Ilustrasi Tesla (tesla.com)

Penurunan performa Tesla turut dikaitkan dengan perhatian Elon Musk yang dianggap mulai teralihkan dari perusahaan otomotif tersebut. Dalam beberapa bulan terakhir, Musk lebih sering terlibat dalam urusan politik, khususnya dukungannya terhadap Presiden Amerika Serikat Donald Trump. Ia bahkan dilaporkan turut membantu pemerintahan Trump dalam menyusun rencana pemangkasan pengeluaran federal, yang menyita cukup banyak waktu dan energinya.

Hal ini menciptakan kekhawatiran di kalangan investor, terlebih setelah Tesla merilis laporan keuangan kuartal pertama 2025 yang mencatat penurunan laba sebesar 71 persen. Dalam pernyataannya kepada investor pekan lalu, Musk mengakui adanya gangguan dan menyatakan akan segera kembali fokus ke Tesla. Namun, keraguan publik tetap muncul, terlebih karena gejolak ekonomi dan kebijakan perdagangan global belum menunjukkan tanda-tanda mereda.

2. Gejolak tarif dan ketidakpastian pasar Eropa jadi tantangan utama

Kantor Nissan (nissan-global.com)

Tesla bukan satu-satunya produsen otomotif yang terkena dampak. Raksasa otomotif Stellantis, yang berkantor pusat di Amsterdam, juga melaporkan penurunan kinerja pada kuartal pertama 2025. Pendapatan perusahaan itu turun 14 persen secara tahunan, menjadi 35,8 miliar euro atau sekitar 40,46 miliar dolar AS. Pihak Stellantis bahkan mengambil langkah tegas dengan menangguhkan pedoman keuangan mereka untuk tahun ini karena ketidakpastian seputar kebijakan tarif di Eropa.

Pernyataan resmi perusahaan menyebutkan bahwa mereka tengah berinteraksi secara intens dengan para pembuat kebijakan untuk membahas strategi mitigasi terhadap kemungkinan lonjakan tarif. Langkah ini menjadi penting mengingat adanya potensi tindakan proteksionis di Eropa terhadap produk impor, termasuk kendaraan listrik buatan China yang merambah pasar Eropa secara agresif dan menekan harga jual.

3. Persaingan ketat dan tekanan harga di pasar kendaraan listrik

Kantor Nissan (nissan-global.com)

Pasar kendaraan listrik di Eropa saat ini sedang memasuki fase kompetisi yang semakin ketat. Tidak hanya menghadapi tekanan dari kebijakan tarif dan geopolitik, Tesla juga mulai kewalahan bersaing dengan produsen kendaraan listrik asal China seperti BYD, Geely, dan Nio. Produk-produk asal China dinilai lebih terjangkau dengan fitur yang kompetitif, sehingga semakin banyak konsumen di Eropa yang beralih ke merek alternatif.

Tekanan harga juga menjadi tantangan tersendiri bagi Tesla. Di tengah kebutuhan untuk mempertahankan margin keuntungan, perusahaan harus menyesuaikan strategi harga agar tetap relevan di pasar yang mulai jenuh. Ditambah dengan keterlambatan peluncuran model-model baru serta meningkatnya biaya produksi di tengah ketidakpastian logistik, Tesla harus mengambil langkah strategis jika tidak ingin terus tertinggal.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Dwi Agustiar
EditorDwi Agustiar
Follow Us