Perang Harga Mobil di China Semakin Brutal, Ini Penyebab dan Dampaknya

- Kelebihan pasokan dan persaingan ketat jadi pemicu utama
- Para pemain besar terlibat perang harga
- BYD, Geely, Leapmotor, Great Wall Motor, Changan, hingga Xpeng terlibat dalam perang harga mobil di China.
Pasar otomotif China sedang mengalami dinamika yang sangat keras. Dalam beberapa bulan terakhir, perang harga antarprodusen mobil kian brutal. Diskon besar-besaran terjadi hampir setiap minggu, terutama di segmen mobil listrik (EV) dan hybrid. Situasi ini cukup mengkhawatirkan karena bisa berdampak sangat negatif terhadap industri otomotif secara keseluruhan.
Apa sebenarnya yang memicu perang harga mobil ini, siapa saja yang terlibat, dan bagaimana dampaknya terhadap dunia otomotif global? Yuk, kita kulik!
1. Kelebihan pasokan dan persaingan ketat jadi pemicu utama

Penyebab utama perang harga ini adalah kelebihan kapasitas produksi yang signifikan di pasar otomotif China. Banyak produsen berlomba-lomba memproduksi kendaraan, terutama mobil listrik, demi mengejar pertumbuhan pasar EV yang dianggap menjanjikan. Sayangnya, pertumbuhan permintaan tidak mampu mengimbangi laju produksi. Akibatnya, stok menumpuk dan membuat produsen harus memangkas harga untuk menarik konsumen.
Ditambah lagi, sektor EV juga mendapatkan dukungan masif dari pemerintah Tiongkok selama beberapa tahun terakhir, mulai dari subsidi hingga insentif pajak. Hal ini membuat banyak pemain baru bermunculan, termasuk perusahaan rintisan (startup), yang akhirnya memperketat persaingan. Saat subsidi mulai dikurangi, para produsen pun mulai mengandalkan diskon harga ekstrem untuk mempertahankan pangsa pasar mereka.
2. Para pemain besar terlibat perang harga

Beberapa produsen otomotif terbesar di China ikut terlibat langsung dalam perang harga ini, termasuk BYD. BYD merupakan raksasa mobil listrik yang sangat dominan di China. Saati ini BYD memangkas harga berbagai model hingga 20–34 persen untuk menjaga dominasi mereka.
Pemain besar lain yang terlihat dalam perang harga adalah Geely, Leapmotor, Great Wall Motor, Changan, hingga Xpeng. Dalam satu minggu di akhir Mei 2025 misalnya, lebih dari 70 model mobil dikabarkan mendapat potongan harga besar. Bagi konsumen, situasi ini tentu saja sangat menguntungkan. Tapi perang harga jelas akan merugikan, bahkan mematikan, produsen.
3. Efek perang harga: penjualan naik, tapi industri tertekan

Secara jangka pendek, perang harga memang berhasil mendongkrak penjualan. Banyak konsumen yang sebelumnya menunda pembelian jadi tergiur karena harga kendaraan turun drastis. Namun, efek jangka panjangnya cukup mengkhawatirkan. Sebab, margin keuntungan produsen tertekan hingga ke level terendah.
Beberapa laporan menyebutkan margin rata-rata industri mobil China hanya di kisaran 3,9% pada awal 2025. Banyak perusahaan menghadapi tekanan likuiditas serius, bahkan ada yang kesulitan membayar supplier dan cicilan investasi. Beberapa produsen juga mulai menunda peluncuran model baru atau bahkan mengurangi jumlah produksi.
Lebih dari sepertiga perusahaan otomotif publik di China kini dilaporkan memiliki liabilitas melebihi aset, dan ini bisa mengarah pada gelombang kebangkrutan jika tidak segera diatasi. Pemerintah pun mulai turun tangan, mendorong agar produsen berhenti melakukan perang harga yang merugikan industri secara keseluruhan.