Reportase Lintas Sumatra: Berburu Kuliner hingga Sunset di Padang

Tim Jalan Pulang sempat berkunjung ke batu Malin Kundang

Padang, IDN Times - Malam sudah larut ketika Tim Jalan Pulang akhirnya tiba di Kota Padang, Sumatra Barat, Minggu (25/2/2024). Perjalanan yang lumayan menguras tenaga dan karenanya cukup melelahkan. Kamu bisa membaca perjalanan kami menuju Kota padang dari Dharmasraya di sini.

Namun semua rasa lelah dan letih seolah langsung menguap begitu kami menginjakkan kaki di Kota Rendang ini. Rasanya gak sabar menunggu pagi untuk menikmati semua makanan enak di kota ini.

Oya, Kota Padang juga dikenal dengan alamnya yang indah, lho!   

1. Wisata religi di Masjid Raya Sumatra Barat

Reportase Lintas Sumatra: Berburu Kuliner hingga Sunset di PadangMasjid Raya Sumatra Barat, tempat ibadah umat Islam terbesar di Sumbar (IDN Times/Ridwan Aji Pitoko)

Setelah beristirahat selama beberapa jam di hotel, Tim Jalan Pulang memulai eksplorasi Kota Padang pada Senin (26/2/2024) pagi. Masjid Raya Sumatra Barat jadi lokasi pertama yang kami kunjungi.

Masjid Raya Sumatra Barat cukup unik. Sebab, tak seperti masjid pada umumnya di Indonesia, masjid ini tidak memiliki kubah. Desain masjid ini lebih menyerupai Rumah Gadang, rumah adat khas Sumatra Barat.

Masjid Raya Sumatra Barat dirancang oleh arsitek asli Minang bernama Rizal Muslimin. Karena keunikannya, masjid ini kemudian masuk dalam daftar masjid dengan arsitektur terbaik versi Abdullatif Al-Fozan Award, lembaga yang kerap memberikan review terhadap arsitektur masjid-masjid di dunia.

Masjid yang diresmikan pada 4 Januari 2019 ini memiliki luas 40 ribu meter persegi, membuatnya jadi masjid terbesar di Sumatra Barat. Masjid ini bisa menampung lebih dari 20 ribu jemaah.

Gak cuma cantik dan menawan, Masjid Raya Sumatra Barat juga dirancang tahan gempa hingga 10 magnitudo dan memiliki shelter evakuasi tsunami. Masjid Raya Sumatra Barat ini  gak hanya dipakai untuk tempat beribadah tapi juga menjadi salah satu destinasi wisata di Kota Padang yang cukup terkenal.

Baca Juga: Reportase Lintas Sumatra: Blusukan Cari Rute Alternatif ke Dharmasraya

2. Mencicip nikmatnya dendeng lambok di Talago Surya

Reportase Lintas Sumatra: Berburu Kuliner hingga Sunset di PadangSuasana rumah makan Talago Surya di Padang, Sumatra Barat (IDN Times/Wahyu Kurniawan)

Setelah puas menikmati arsitektur Masjid Raya Sumatra Barat dan menunaikan salat zuhur di dalamnya, Tim Jalan Pulang kemudian memacu Mazda CX-60 menyusuri lokasi ikonik lainnya di Padang.

Lantaran bertepatan dengan jam makan siang, Tim Jalan Pulang langsung menuju rumah makan Talago Surya yang mungkin menjadi hidden gem atau permata tersembunyi bagi wisatawan dari luar Sumatra Barat.

Talago Surya berada di Jalan Tamansiswa, Kecamatan Padang Utara, Kota Padang. Kami tiba di Talago Surya tepat ketika jam makan siang sehingga agak sulit mencari tempat parkir. Sebab banyak orang juga ingin makan siang di rumah makan yang sudah legendaris ini.

Menu andalan di rumah makan ini adalah dendeng lambok lada hijau. Menu ini menjadi favorit di sana lantaran rasanya yang enak dan dagingnya yang sangat lembut. Dimasak dengan cara diasap, dendeng lambok Talago Surya memberikan sensasi rasa smokey saat masuk mulut.

Rasanya yang gurih dan pedas bersatu padu dengan sopan di dalam mulut kami. Empuknya daging memudahkan kami mengunyah sebelum masuk ke dalam perut. Selain dendeng lambok, kami juga ikut memesan gulai jengkol yang rasanya juga menggunggah selera.

Kombinasi dendeng lambok, gulai jengkol, sambal hijau, dan nasi putih hangat terasa begitu nikmat di lidah. Selain itu, harganya pun terasa ringan di kantong sebab seporsi dendeng lambok lada hijau dibanderol dengan harga Rp30 ribu saja, murah kan?

3. Memacu adrenalin di Sitinjau Lauik

Reportase Lintas Sumatra: Berburu Kuliner hingga Sunset di PadangMazda CX-60 dapat dengan mudah melibas tanjakan ekstrem Sitinjau Lauik (IDN Times/Ridwan Aji Pitoko)

Setelah kenyang mencicip dendeng lambok lada hijau, kami melanjutkan perjalanan dengan memacu adrenalin di tanjakan/turunan curam Sitinjau Lauik. Tanjakan/turunan ekstrem ini berada di jalur Solok menuju Padang, persisnya di Kecamatan Lubuk Kilangan, Kota Padang.

Tanjakan ini sempat viral di media sosial karena banyak bus, truk dan kendaraan pribadi kecelakaan karena gagal menanjak. Kemiringan 45 derajat ke samping dengan sudut yang tajam membuat kendaraan kerap sulit melewati atau bahkan mundur saat melintasi jalur ini.

Tanjakan Sitinjau Lauik memang sulit ditaklukkan. Pertama, karena tanjakannya cukup curam. Kedua, ada tikungan yang sangat tajam di ujung tanjakan. Ketiga, tanjakannya juga sangat panjang sehingga sering kali truk, bus, dan kendaraan pribadi kehabisan napas di tengah tanjakan.

Sebenarnya kami sudah melewati Sitinjau Lauik pada malam tadi. Namun siang ini kami kembali ke sana karena ingin mewawancarai warga setempat yang sering merekam dan membantu para pelintas yang kesulitan menanjak. Mereka menjadi YouTuber yang secara khusus merekam kendaraan-kendaraan yang melintas di Sitinjau Lauik.

"Biasanya merekam buat satu video dan di-upload ke YouTube. Kalau view sih saya pernah dapat 9 juta views, ada juga yang sampai 30 juta views. Itu muter terus adsense-nya," kata salah seorang YouTuber di Sitinjau Lauik yang tidak mau disebutkan namanya kepada IDN Times, Senin (26/2/2024).

Selain itu, ada juga Jaya yang menjadi pengatur lalu lintas di tanjakan/turunan ekstrem Sitinjau Lauik. Berbeda dengan para YouTuber yang mendapatkan uang dari video, Jaya mendapatkan uang dari para pengendara yang memberikan uang saat melintasi Sitinjau Lauik.

Kepada IDN Times, Jaya mengaku bisa mendapatkan uang hingga Rp100 ribu per jam ketika menjalankan pekerjaannya di Sitinjau Lauik.

"Ya biasanya sejam sih dapat Rp100 ribu. Itu nanti dibagi-dibagi sama orang yang ada di sini," kata dia. Lumayan juga, ya!

Oya, Mazda CX-60 yang kami kendarai tidak mengalami kendala apapun saat melahap tanjakan Sitinjau Lauik. Sebab mobil ini dibekali mesin 3.300 cc yang bisa menyemburkan torsi hingga 450 Nm. Torsi besar tersebut bahkan sudah keluar di 2.000 rpm sehingga kami hanya perlu sedikit menginjak pedal gas untuk melahap tanjakan curam dan panjang di Sitinjau Lauik.  

4. Pantai Air Manis dan Malin Kundang

Reportase Lintas Sumatra: Berburu Kuliner hingga Sunset di PadangIDN Times/Dwi Agustiar

Dari Sitinjau Lauik, kami langsung menuju Pantai Air Manis. Di bibir pantai ini ada sebuah batu yang dipercaya sebagai perwujudan Malin Kundang. Menurut cerita, Malin adalah orang Minang yang durhaka terhadap ibunya. Ia dikutuk menjadi batu dan batu itulah yang kami kunjungi. 

Jarak Pantai Air Manis dari Kota Padang sekitar 13 kilometer dengan waktu tempuh kurang lebih 35 menit. Pantai ini berlokasi di Desa Air Manis, Kecamatan Padang Selatan, Padang dengan jam operasional setiap hari mulai pukul 09:00-17:00 WIB. Tiket masuk untuk pengunjung dewasa Rp10 ribu dan anak-anak Rp5 ribu.

Pantai Air Manis memiliki pantai berwarna coklat yang cukup luas sehingga banyak warga beraktivitas di sini, mulai dari bermain bola, berlari-lari, hingga bermain ATV. Harga sewa ATV Rp150 ribu per jam. Kami lebih memilih menikmati sunset sambil menyeruput secangkir kopi.

Oya, selain daya tarik pantainya, Pantai Air Manis juga punya magnet lain yakni objek batu Malin Kundang. Batu tersebut menyerupai wujud manusia yang tengah bersimpuh. Banyak warga berfoto di batu tersebut. Sayangnya beberapa dari mereka tidak membuang sampah pada tempatnya.

Baca Juga: Reportase Lintas Sumatra: Sensasi Melewati Tol Lampung-Palembang

https://www.youtube.com/embed/RUShL_JqP74

Topik:

  • Dwi Agustiar

Berita Terkini Lainnya