Merasakan Eksklusivitas di Markas Lamborghini Bologna

Gak sembarangan orang yang beli Lambo

Bologna, IDN Times - Bologna menjadi salah satu pusat dari perkembangan otomotif Italia. Kota ini jadi saksi bisu lahirnya salah satu brand mobil termewah dunia, Lamborghini.

Feruccio Lamborghini, pendirinya, membangun bisnis dari nol. Semua berawal dari sakit hati Ruccio kepada Ferrari ketika sarannya ditolak oleh Enzo Ferrari soal mobil 250 GT miliknya.

Hingga akhirnya, Ruccio membangun mobil supernya sendiri. Pada 1964, Ruccio akhirnya berhasil merilis Lamborghini 350 GT.

Sebenarnya, 350 GT merupakan penyempurnaan 250 GT. Hanya saja, Ruccio memberikan sentuhan yang lebih nyaman dan mewah terhadap mobilnya.

Sukses membangun 350 GT, ternyata diimbangi dengan respons pasar. Publik puas dengan mobil rakitan Ruccio hingga akhirnya laku sebanyak 120 unit.

Dari sini, Ruccio mulai memproduksi mobil-mobil Lamborghini lainnya. Reputasinya mulai terangkat dan Ruccio menerapkan skema bisnis serta filosofi yang berbeda.

Eksklusivitas menjadi prinsip utamanya. Ruccio yakin, kenyamanan dalam mobil memang berbeda dan harus diimbangi dengan ekskusivitas. Hal ini dirasakan IDN Times ketika mengunjungi markas Lamborghini di Bologna. Mari ikuti perjalanannya.

Baca Juga: Sejarah Lamborghini, dari Traktor Berubah Jadi Supercar Eksklusif

1. Banyak mobil klasik terhampar di museum

Merasakan Eksklusivitas di Markas Lamborghini BolognaKoleksi Supercar dari masa ke masa di Museum Lamborghini, Bologna, Italia. (IDN Times/Satria Permana)

Dari pintu masuk museum, konsep simpel tapi mewah, terpancar jelas. Diorama terkait perjalanan Lamborghini menyambut penulis ketika masuk ke museum.

Kemudian, ketika masuk ke showroom, penulis disajikan dengan berbagai jenis mobil klasik Lamborghini. Itu termasuk varian 350 GT yang merupakan produk awal dari mobil berlambang banteng tersebut.

Selain 350 GT, terhampar pula mobil klasik lainnya seperti Miura, Espada, Countach, hingga LM002. Varian LM002 menjadi yang paling berbeda.

Bisa dibilang, ini adalah perintis dari SUV Lamborghini. Namun, kapasitas penumpangnya cuma empat orang.

LM002 diproduksi sebagai SUV yang diperuntukkan sebagai mobil berburu, adventure, bahkan kebutuhan militer. Kesan sangar dan seram terlihat dalam mobil ini.

Pun, di belakangnya, ada ruang untuk penyimpanan senjata. Mobil ini diproduksi pada 1986 hingga 1993 dengan ditanamkan mesin 5.2L Nat Aspirated V12. Tetap, mesin V12 terdapat di jantung mobil, karena ini karakter dari Lamborghini.

2. Melihat koleksi terlangka Lamborghini

Merasakan Eksklusivitas di Markas Lamborghini BolognaKoleksi Supercar dari masa ke masa di Museum Lamborghini, Bologna, Italia. (IDN Times/Satria Permana)

Bergeser ke lantai dua, ada berbagai line up dari mobil Lamborghini modern. Pada bagian ini, terdapat beberapa model yang begitu langka.

Salah satu model paling langka adalah Veneno. Jumlahnya hanya empat unit, termasuk satu yang ada di museum Lamborghini.

Ketika ditanya IDN Times, Lamborghini enggan membocorkan siapa saja pemilik Veneno. Mereka menyatakan pemesan Veneno identitasnya dirahasiakan karena berkaitan dengan prinsip eksklusivitas.

Selain Veneno, ada juga dua mobil hybrid pertama dari Lamborghini, Sian dan Revuelto. Keduanya merupakan mobil hybrid yang tetap ditanamkan mesin V12. Tapi, sistem pembakaran bensinnya sudah dikombinasikan dengan baterai sehingga diklaim lebih hemat.

Di lantai dua, ada pula berbagai koleksi Lamborghini terlaris seperti Huracan, Aventador, Gallardo, hingga yang paling populer sekarang, Urus.

3. Kaget banget pas masuk pabriknya

Merasakan Eksklusivitas di Markas Lamborghini BolognaKoleksi Supercar dari masa ke masa di Museum Lamborghini, Bologna, Italia. (IDN Times/Satria Permana)

Setelah puas berkeliling museum, penulis diajak masuk ke pabriknya. Kaget, itu kesan pertama yang dirasakan penulis.

Sebab, ketika melihat proses pembuatannya, ternyata semua masih dilakukan dengan tangan manusia. Robot hanya dipakai untuk mengangkat spare parts yang bebannya begitu berat.

Ketika dirakit, karyawan Lamborghini melakukannya dengan tangan. Sistem ini sudah diterapkan sejak awal pendirian Lamborghini.

Ruccio dulunya meyakini, sistem kerja tersebut lebih presisi ketimbang bantuan mesin. Ketelitiannya juga cukup tinggi. Karena campur tangan manusia begitu kental, makanya karyawan Lamborghini di pabriknya mendapat libur setidaknya tiga hari dalam sepekan agar pikiran mereka lebih segar ketika merakit mobil.

Proses perakitan juga diimbangi oleh dua kali quality check. Setelah sukses masuk ke quality check tahap pertama, mobil diantarkan ke proses pengecatan.

Di sini, konsumen akan diundang oleh Lamborghini untuk memeriksa kondisi mobil pesanannya. Oh iya, dari tadi penulis menyebut kata "Pesanan". Memang, Lamborghini hanya memproduksi mobil, jika ada konsumen yang memesan. Mereka tidak memproduksi secara massal seperti mobil-mobil Jepang.

Menariknya, ketika kamu memeriksa kondisi pesanan, bukan tak mungkin ketemu sejumlah pesohor dunia. Sebab, mereka memang sering berkunjung demi bisa memeriksa kondisi mobilnya.

Baca Juga: 8 Potret Museum Lamborghini di Bologna, Mimpi Banget!

Topik:

  • Satria Permana

Berita Terkini Lainnya