Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi mengganti air radiator motor (pexels.com/cottonbro studio)
ilustrasi mengganti air radiator motor (pexels.com/cottonbro studio)

Air radiator berperan dalam menjaga suhu mesin motor agar tetap stabil. Kalau dibiarkan terlalu lama tanpa diganti, cairan ini bisa kehilangan efektivitasnya dan berpotensi bikin mesin cepat panas. Nah, buat kamu yang rutin pakai motor untuk aktivitas harian, penting banget tahu ganti air radiator motor berapa bulan sekali.

Jika tidak diganti dalam kurun waktu tertentu atau kilometer sudah sangat tinggi, motormu bisa mengalami banyak masalah. Berikut detail pembahasan air radiator yang perlu kamu ketahui.

Ganti air radiator motor berapa bulan sekali?

Secara umum, air radiator motor disarankan untuk diganti setiap 6 hingga 12 bulan sekali. Namun, kalau kamu sering menempuh perjalanan jauh atau melalui jalan ekstrem, sebaiknya ganti tiap 10.000 hingga 12.000 kilometer. Selain itu, jenis coolant yang kamu gunakan juga bisa memengaruhi jarak atau waktu penggantian, lho. Jadi, pastikan memahami kondisi kendaraan untuk tahu waktu penggantian yang tepat.

Lebih lanjut, beberapa produsen bahkan menyarankan penggantian cairan radiator setiap 24.000 km. Aturan ini berlaku khusus untuk motor dengan spesifikasi tertentu dan coolant berkualitas tinggi.

Meski begitu, pemakaian di jalanan Indonesia yang sering panas dan macet bisa mempercepat penurunan kualitas air radiator. Oleh karenanya, pengecekan rutin setiap 2—3 bulan bisa jadi langkah pencegahan terbaik. Kalau warna cairannya sudah berubah atau volumenya berkurang, jangan ragu untuk menggantinya lebih cepat, ya.

Apa tanda-tanda air radiator motor perlu diganti?

ilustrasi mengganti air radiator motor (pexels.com/Gera Cejas)

Ada beberapa tanda-tanda air radiator motor perlu diganti yang bisa kamu cek sendiri. Berikut ciri-cirinya:

  • Indikator suhu mesin naik, lampu menyala merah, dan keluar asap putih

Salah satu tanda paling jelas air radiator bermasalah adalah indikator suhu mesin naik tajam atau lampu indikator menyala merah. Ini artinya sistem pendinginan tidak berjalan dengan baik karena cairan radiator tidak lagi bekerja optimal. Selain itu, keluarnya asap putih dari knalpot atau bagian mesin juga bisa jadi sinyal bahwa mesin mengalami overheating.

  • Warna air radiator berubah jadi keruh atau cokelat dan volume airnya berkurang

Tanda lainnya adalah warna cairan radiator berubah menjadi keruh atau cokelat. Warna seperti ini menunjukkan adanya endapan atau kontaminasi karat dalam sistem pendingin. Jika kamu melihat cairan berwarna gelap atau seperti lumpur, itu tanda bahwa air radiator harus segera diganti. Di luar itu, level cairan yang turun secara drastis juga bisa menunjukkan adanya kebocoran atau penguapan berlebihan.

  • Performa motor menurun dan konsumsi bahan bakar membengkak

Selain gejala langsung dari mesin, kamu juga bisa merasakan performa motor menurun dan konsumsi bahan bakar jadi lebih boros. Ini karena mesin bekerja lebih keras saat sistem pendinginan tidak berfungsi maksimal. Bila dibiarkan, mesin bisa mulai terasa tidak stabil dan timbul suara kasar saat dijalankan. Jadi, kalau kamu mulai merasa motor gak seenak biasanya, jangan cuma fokus di oli atau busi saja, cek juga radiatornya!

Apa risiko utama jika air radiator tidak diganti tepat waktu?

Salah satu risiko paling serius adalah mesin overheat. Kalau kamu terus-menerus membiarkan air radiator kotor atau habis, mesin bisa panas berlebihan dan mati mendadak di tengah jalan.

Overheating juga bisa bikin komponen mesin lain ikut rusak, mulai dari piston, silinder, sampai gasket kepala silinder. Kalau sudah begini, kamu bisa mengeluarkan biaya perbaikan yang sangat mahal, bahkan bisa sampai turun mesin.

Risiko lainnya adalah terjadinya karat dan korosi pada bagian dalam sistem pendingin, termasuk radiator, selang, dan pompa air. Karat ini akan menyumbat jalur cairan dan bikin aliran pendingin tidak lancar. Akibatnya, suhu mesin gak bisa dijaga optimal dan kerusakan akan meluas. Bahkan dalam kasus ekstrem, radiator bisa jebol karena tekanan panas yang tidak terkendali.

Selain itu, penurunan performa motor juga jadi risiko nyata. Mesin yang terlalu panas akan bekerja lebih keras dan tidak efisien sehingga kamu mungkin merasa motor jadi loyo dan akselerasinya berat. Dalam jangka panjang, hal ini juga bisa bikin konsumsi BBM makin boros. Nah, demi menjaga motor tetap awet dan nyaman dikendarai, jangan pernah sepelekan urusan ganti air radiator secara rutin.

Itulah jawaban ganti air radiator motor berapa bulan sekali. Hal ini memang sering diabaikan karena terlihat sepele, padahal dampaknya besar kalau kamu lalai.

Idealnya, penggantian dilakukan setiap 6—12 bulan atau mengikuti jarak tempuh sekitar 10.000—24.000 km. Terlepas dari itu, perhatikan juga tanda-tanda seperti warna coolant berubah, mesin cepat panas, atau performa motor menurun, ya. Dengan begitu, kamu bisa tahu motormu butuh perawatan.

Editorial Team