Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Benarkah Motor Kencang Pasti Boros Bensin?

ilustrasi motor sport (pexels.com/ClickerHappy)
ilustrasi motor sport (pexels.com/ClickerHappy)
Intinya sih...
  • Mesin kencang memang menenggak bensin lebih banyakSecara teknis, motor berperforma tinggi seperti motor sport 250cc ke atas membutuhkan lebih banyak bahan bakar untuk mengimbangi tenaga yang dihasilkan.
  • Gaya berkendara jauh lebih berpengaruhMeski motornya kencang, jika digunakan dengan gaya berkendara santai dan stabil, konsumsi bensin bisa tetap efisien.
  • Modifikasi mesin bisa membuat bensin lebih borosMengganti knalpot, mengatur ulang ECU, bore up, atau ganti karburator racing memang bisa membuat motor makin buas.

Setiap biker pasti pernah mendengar anggapan motor kencang pasti boros bensin. Di jalanan, asumsi ini jadi bahan obrolan klasik antar sesama rider, apalagi di komunitas pengguna motor sport atau motor matik yang sudah dimodifikasi. Tapi, apakah benar bahwa performa tinggi selalu berbanding lurus dengan konsumsi bahan bakar yang besar? Untuk menjawabnya, perlu dipahami dulu hubungan antara kecepatan, efisiensi mesin, dan gaya berkendara.

Pada dasarnya, motor dengan spesifikasi performa tinggi memang dirancang untuk menghasilkan tenaga besar. Mesin dengan kapasitas lebih besar, kompresi tinggi, dan putaran mesin cepat tentu membutuhkan suplai bahan bakar yang lebih banyak. Namun, faktor konsumsi bahan bakar tak hanya ditentukan dari spesifikasi mesin saja, tapi juga dari cara pengguna mengendarainya.

1. Mesin kencang memang menenggak bensin lebih banyak

ilustrasi mesin motor (pexels.com/Pixabay)
ilustrasi mesin motor (pexels.com/Pixabay)

Secara teknis, motor berperforma tinggi seperti motor sport 250cc ke atas memang membutuhkan lebih banyak bahan bakar untuk mengimbangi tenaga yang dihasilkan. Hal ini terjadi karena pembakaran yang terjadi di dalam ruang mesin jauh lebih intens. Ditambah lagi, motor-motor ini biasanya memiliki bobot lebih berat dan aerodinamika yang dirancang untuk kecepatan tinggi, bukan efisiensi bahan bakar. Maka tak heran jika dalam kondisi penggunaan normal pun, motor jenis ini cenderung lebih boros dibanding motor harian seperti skuter matik.

2. Gaya berkendara jauh lebih berpengaruh

Ilustrasi Touring (Pexels.com/Ene Marius)
Ilustrasi Touring (Pexels.com/Ene Marius)

Meski motornya kencang, jika digunakan dengan gaya berkendara santai dan stabil, konsumsi bensin bisa tetap efisien. Sebaliknya, motor kecil pun bisa sangat boros jika dikendarai dengan gaya agresif, seperti gas pol, rem mendadak, dan sering buka-tutup throttle secara ekstrem. Artinya, yang paling menentukan boros atau tidaknya bensin adalah cara berkendara, bukan semata-mata jenis motor.

Penggunaan gigi yang tidak sesuai, sering menggeber motor saat idle, atau terlalu sering stop and go di kemacetan juga bisa memperparah konsumsi bahan bakar, meskipun motor kamu bukan motor “kencang”.

3. Modifikasi mesin bisa membuat bensin lebih boros

ilustrasi mesin motor mati (freepik.com/bublikhaus)
ilustrasi mesin motor mati (freepik.com/bublikhaus)

Banyak pengguna motor melakukan oprek mesin agar tarikan makin responsif dan top speed meningkat. Mengganti knalpot, mengatur ulang ECU, bore up, atau ganti karburator racing memang bisa membuat motor makin buas. Tapi, konsekuensinya adalah konsumsi bensin juga melonjak karena pembakaran menjadi lebih besar dan intens. Jadi, jika kamu modifikasi motor untuk performa, jangan harap irit BBM.

Jadi, motor kencang belum tentu boros, tapi potensi borosnya besar tergantung pemakaian. Kalau kamu berkendara dengan bijak dan tidak sering memaksimalkan performa, bahkan motor 250cc pun bisa punya konsumsi bahan bakar yang masuk akal. Namun jika kamu doyan gaspol dan oprek mesin, siap-siap saja sering mampir ke SPBU. Jadi, mitos atau fakta? Jawabannya: fakta, tapi dengan catatan!

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Dwi Agustiar
EditorDwi Agustiar
Follow Us