3 Upaya PT Vale Indonesia Mewujudkan Zero Waste to Landfill 2025

- Pertambangan menghasilkan limbah berupa batuan sisa, tailing, dan air limbah yang ditempatkan di landfill.
- Landfill adalah lubang besar untuk menampung limbah padat yang tidak bisa didaur ulang, tapi harus dipantau agar tidak mencemari lingkungan.
- PT Vale Indonesia berkomitmen untuk Zero Waste to Landfill 2025 dengan memilah, daur ulang, dan bekerja sama dengan warga lokal.
Selama ini kita hanya tahu kalau aktivitas pertambangan menghasilkan nikel, gas, batu bara, bahkan emas. Tapi kami tahu gak, kalah ternyata aktivitas pertambangan juga menghasilkan limbah? Yup sama seperti industri lainnya, industri pertambangan juga menghasilkan limbah. Jenis limbahnya pun macam-macam, di antaranya adalah batuan sisa, tailing, dan air limbah. Untuk mengatasi limbah ini, mayoritas perusahaan akan menempatkannya di landfill.
Dilansir Environmental Protection Agency, landfill adalah sebuah lubang besar di tanah yang digunakan untuk menampung limbah. Bukan limbah biasa, limbah yang dibuang ke landfill adalah jenis limbah padat yang gak bisa di daur ulang. Kedengarannya memang sederhana, namun nyatanya landfill dirancang sebaik mungkin untuk melindungi lingkungan dari kontaminasi limbah. Setiap lubang landfill juga dipantau secara berkala untuk memastikan bahwa gak ada kontaminasi air tanah, dan gas.
Meski bisa jadi solusi, namun perlu diingat bahwa setiap landfill juga memiliki batasan. Semakin banyak limbah yang dihasilkan dari aktivitas pertambangan, maka beban landfill akan semakin berat dengan risiko terjadinya kontaminasi yang juga semakin besar. Menyadari hal ini, PT Vale Indonesia melalui kampanye #MenambangKebaikan berusaha keras untuk mengurangi beban landfill. Bukan hanya dikurangi, perusahaan bahkan berkomitmen untuk gak lagi membuang limbah alias Zero Waste to Landfill pada tahun 2025 mendatang. Gimana caranya?
1. Mengoptimalisasi pengelolaan timbulan limbah

Di PT Vale Indonesia, limbah yang dihasilkan dari aktivitas pertambangan gak langsung dibuang ke landfill. Sebelum dibuang, limbah dipilah menjadi dua kategori. Pertama, limbah berupa bahan berbahaya dan beracun atau B3, dan yang kedua, limbah non B3.
Untuk limbah B3 yang gak bisa didaur ulang seperti baterai, aki bekas, limbah yang mengandung logam berat, serta limbah khusus akan diserahkan ke pihak ketiga yang sudah mengantongi izin dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Adapun limbah B3 seperti oli dan gemuk bekas, seluruhnya akan dimanfaatkan sebagai substitusi bahan bakar. Terakhir, untuk limbah medis akan dibakar hingga menjadi abu di insinerator berizin (RS INCO), sebelum akhirnya dikirim ke pihak ketiga.
2. Mendaur ulang limbah non B3 agar bisa dimanfaatkan kembali

Limbah yang masuk ke dalam kategori bahan berbahaya dan beracun memang memerlukan penangan khusus sehingga dikirim ke pihak ketiga. Namun untuk limbah non B3, PT Vale Indonesia menanganinya dengan cara yang berbeda. Alih-alih disalurkan ke pihak ketiga, limbah non B3 akan didaur ulang serta pengambilan kembali (reduce, reuse, recycle, and recovery atau 4R). Limbah batuan, misalnya, digunakan kembali untuk pembangunan.
Gak tanggung-tanggung, pada 2023, PT Vale Indonesia menggunakan limbah batuan sebanyak 31.336 ton untuk pengerasan jalan tambang. Selain limbah batuan, tanah pucuk dan overburden digunakan kembali sebagai material timbun pada area bekas operasi pertambangan. Oh iya, PT Vale Indonesia sendiri sudah menggunakan teknologi Reduction Kiln Electric Furnace pada saat pengolahan nikel, sehingga gak lagi menghasilkan limbah tailing atau partikel mineral halus yang berasal dari proses pemilihan mineral.
3. Mengelola bank sampah bersama warga lokal untuk mengurangi timbulan landfill

Gak berusaha sendirian, PT Vale Indonesia juga bekerja sama dengan warga lokal untuk mengurangi timbulan landfill. Menerapkan semangat #StartsWithMe, PT Vale Indonesia melakukan pemberdayaan dan pembinaan masyarakat lokal mengenai bank sampah.
Alih-alih membuang sampah ke landfill, masyarakat termasuk karyawan PT Vale Indonesia mendonasikan sampah daur ulang mereka ke bank sampah. Untuk mempermudah, PT Vale Indonesia telah membangun 16 bank sampah yang tersebar di Kecamatan Nuha dan Kecamatan Towuti. Hasilnya, masyarakat lokal dan PT Vale Indonesia berhasil mengurangi total 18,4 ton sampah yang dibuang ke landfill per tahunnya.
Landfill memang bisa jadi solusi untuk mengatasi limbah hasil pertambangan. Termasuk limbah berbahaya dan beracun yang berpotensi merusak lingkungan. Namun hanya karena adanya landfill, bukan berarti kita berhenti mencari solusi yang lebih baik. Dengan adanya komitmen Zero Waste to Landfill 2025, PT Vale Indonesia bukan hanya berusaha mengurangi, namun juga menghentikan pembuangan limbah ke landfill yang sekaligus juga dapat mengurangi risiko terjadinya pencemaran lingkungan.