6 Alasan IPO Cinema XXI Menarik buat Investor

Poin pertama yang membuat IPO Cinema XXI menarik adalah karena perseroan merupakan market leader atau pemimpin pasar di industri bioskop dalam negeri. Itu menyebabkan kesadaran merek atau brand awareness masyarakat terhadap Cinema XXI juga lumayan tinggi.

Cinema XXI adalah operator bioskop terbesar di Indonesia berdasarkan pendapatan gross box office, jumlah penonton dan jumlah layar per tanggal 31 Desember 2022.

Menurut Euromonitor, Cinema XXI memiliki pangsa pasar sebesar 69,7 persen, 68,8 persen, dan 57,7 persen untuk pendapatan gross box office, jumlah penonton, dan jumlah layar bioskop.

"Dalam jumlah layar saja Cinema XXI mengoperasikan 225 bioskop dengan total 1.216 layar meawakili 58 persen suplai layar secara total. Ini membuat Cinema XXI pangsanya besar. Sementara jumlah pengunjung mewakili 69 persen total pengunjung bioskop nasional. Ini clear jadi market leader dari berbagai sudut," tutur Moelonoto The.

Poin kedua yang membuat IPO Cinema XXI menarik buat investor adalah karena bioskop XXI berada di lokasi strategis dengan arus pengunjung yang tinggi. Bioskop Cinema XXI berada di kota strategis dengan profil demografi yang memiliki pendapatan siap dibelanjakan dan gaya hidup semakin modern.

Bioskop Cinema XXI juga umumnya berada di pusat perbelanjaan di kota besar di Indonesia yang memiliki arus pengunjung tinggi.

"225 bioskop yang dikelola Cinema XXI ada di berbagai kota, bukan hanya terpusat di Pulau Jawa, melainkan ada di luar Jawa dan kota-kota tier 1,2, serta 3," ucap Moelonoto The.

Poin ketiga alasan IPO Cinema XXI menarik adalah karena bioskop XXI jadi platform hiburan yang menjual pengalaman menonton film. Menurutnya, Cinema XXI mwnawarkan pengalaman mulai dari penelusuran film yang akan ditonton dan lokasi bioskop, pemesanan dan pembelian tiket, pengalaman menonton film sampai dengan berbagi pengalaman pasca menonton film.

"Cinema XXI memberikan pengalaman menyeluruh bukan hanya nonton film, melainkan juga mendapatkan suguhan makanan dan minuman berkualitas serta tontonan dengan kualitas video dan audio premium," ucap Moelonoto The.

Cinema XXI beradaptasi guna mengakomodasi perilaku dan preferensi penonton yang dinamis. Selain itu, Cinema XXI juga menyediakan penawaran beragam untuk melayani segmen penggemar film yang berbeda.

Dari segi film, Cinema XXI menghadirkan konten film yang luas. Cinema XXI menawarkan berbagai film domestik untuk mengurangi ketergantungan pada konten film internasional. Cinema XXI percaya, konten domestik dapat menarik dan melayani segmen masyarakat yang lebih luas sehingga meningkatkan jumlah kunjungan ke bioskop.

Sebagai contoh, berdasarkan pengalaman operasional Cinema XXI di kota tier 2 dan 3, masyarakat setempat di kota-kota tersebut lebih memilih untuk menonton film domestik. Pada Mei 2022, ada satu film internasional yang diharapkan menjadi blockbuster dan ada satu film domestik dirilis dalam bulan yang sama.

Namun, jumlah penonton konten film domestik dan internasional masing-masing pada bulan tersebut memberikan kontribusi sebesar 65,2 persen dan 34,8 persen dari jumlah penonton di kota tier 2 serta 64,9 persen dan 35,1 persen dari jumlah penonton di kota
tier 3.

Poin kelima yang membuat IPO Cinema XXI menarik adalah keberadaan teknologi kekinian di setiap bioskop mereka. Inovasi, terutama dari sisi teknologi diyakini jadi cara bagi Cinema XXI untuk menjadi yang terdepan dalam persaingan, meningkatkan pengalaman menonton, dan pada akhirnya memberikan pendapatan bagi perseroan.

"Dari 1987, ketika pertama berdiri Cinema XXI memberikan kualitas video dan audio premium. Pada 2012, IMAX meluncur sehingga kita tahu mereka mengadopsi teknologi bioskop paling mutakhir," kata Moelonoto The.

Menurut Moelonoto The, salah satu hal yang membuat IPO Cinema XXI menarik adalah karena perseroan telah menunjukkan kinerja operasional dan keuangan yang solid. Cinema XXI berhasil bangkit setelah mengalami keterpurukan akibat pandemik COVID-19 tiga tahun lalu.

"Cinema XXI sudah recover dari pandemik COVID-19. Untuk 2022 saja, secara omzet bisnis saat semester satu masih pandemik bisnis relatif berjalan normal. Baru di semester dua, kinerja pendapatan 64 persen dari total pendapatan sebelum pandemik," ujar Moelonoto The.

Disclaimer: Artikel ini tidak bertujuan mengajak pembaca membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. IDN Times tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian dan keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.