Akses Putus di Aceh, 8 Jembatan Darurat Sudah Berdiri

- Pemasangan Bailey untuk pulihkan konektivitas
- Kebutuhan 18 unit jembatan Bailey tersebar di ruas strategis yang menghubungkan wilayah pesisir, dataran tengah, dan pedalaman Aceh.
- Mobilisasi dari berbagai daerah dan BUMN Karya
Jakarta, IDN Times - Kementerian Pekerjaan Umum (PU) mencatat 8 unit jembatan Bailey telah terpasang di sejumlah lokasi prioritas di Aceh, sementara 10 unit lainnya masih dalam proses pemenuhan dan mobilisasi dari berbagai daerah di luar Aceh.
Jembatan Bailey adalah jembatan rangka baja modular yang dapat dirakit dan dipasang dengan cepat sebagai solusi darurat untuk memulihkan akses jalan dan konektivitas wilayah, terutama di daerah terdampak bencana.
Upaya itu dilakukan setelah bencana hidrometeorologi menyebabkan 15 jembatan pada ruas jalan nasional putus. Kemudian, kebutuhan jembatan Bailey untuk penanganan darurat ditetapkan sebanyak 18 unit.
1. Pemasangan Bailey untuk pulihkan konektivitas

Kementerian PU mempercepat penanganan jalan dan jembatan pascabencana banjir dan longsor di Aceh dengan memasang jembatan Bailey sebagai solusi darurat, untuk menjaga kelancaran akses logistik, pelayanan publik, dan mobilitas masyarakat.
Menteri PU Dody Hanggodo menyampaika, pemulihan konektivitas menjadi prioritas karena berdampak langsung pada aktivitas sosial dan ekonomi.
“Atas arahan Bapak Presiden, seluruh sumber daya Kementerian PU bergerak maksimal untuk memastikan akses darat dapat segera pulih. Kami terus bekerja karena ini menyangkut mobilitas warga, distribusi bantuan, dan aktivitas pemulihan di lapangan,” katanya dalam keterangan resmi, Sabtu (13/12/2025).
2. Sebaran lokasi jembatan Bailey

Kebutuhan 18 unit jembatan Bailey tersebar di ruas strategis yang menghubungkan wilayah pesisir, dataran tengah, dan pedalaman Aceh. Di koridor Bireuen-Bener Meriah-Aceh Tengah, kebutuhan mencakup titik Teupin Mane, Alue Kulus, Weihni Enang-enang, Weihni Rongka, Timang Gajah, Weihni Lampahan, dan Jamur Ujung.
Pada lintas Aceh Tengah-Nagan Raya hingga Lhok Seumot-Jeuram, jembatan Bailey dibutuhkan di Jembatan Krueng Beutong. Kebutuhan juga terdapat di lintas Pameue-Genting Gerbang-Simpang Uning pada Jembatan Krueng Pelang, Jeurata, dan Titi Merah, serta ruas Simpang Uning-Uwaq di Jembatan Lenang.
Sementara itu, di wilayah Gayo Lues-Aceh Tenggara-Kutacane, jembatan Bailey diperlukan di Jembatan Lawe Penanggalan dan Lawe Mengkudu, serta dua titik badan jalan putus pada ruas Blangkejeren-batas Gayo Lues/Aceh Tenggara.
3. Mobilisasi dari berbagai daerah dan BUMN Karya

Kementerian PU memobilisasi 10 unit jembatan Bailey dari berbagai sumber, yakni 1 unit BPJN Riau ke Kutacane, 6 unit BBPJN Kalimantan Timur, 2 unit dari Depo Citeureup, dan 1 unit BPJN Jambi. Dukungan juga datang dari BUMN Karya, meliputi 5 unit Adhi Karya, 3 unit Hutama Karya, dan 1 unit Nindya Karya.
Salah satu progres berjalan adalah mobilisasi dari Balikpapan menuju Lhokseumawe. Hingga 13 Desember 2025 pukul 09.00 WITA, di Gudang BPJN Kalimantan Timur dilakukan pemilihan tiga set jembatan Bailey; dua set disusun di atas delapan truk dan satu set lainnya dimobilisasi ke Pelabuhan Kariangau menggunakan empat truk.
Di Pelabuhan Kariangau, rangka jembatan disusun ke dalam dua kontainer 40 feet dan 10 kontainer 20 feet, dengan dukungan alat berat seperti crane, flatbed truck, excavator, hiab crane, dan forklift di workshop maupun pelabuhan.
“Kementerian PU terus berusaha agar akses ini kembali fungsional secepat mungkin. Jalan dan jembatan merupakan urat nadi pergerakan masyarakat dan distribusi logistik,” ujar Dody.


















