Talangan Dana dan Suntikan Modal, Cara BUMN RI Menyambung Nyawa
BUMN masih terus butuh bantuan untuk bertahan
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Di tengah pemulihan ekonomi nasional pada masa pandemik ini, bukan hanya pelaku usaha swasta yang megap-megap. Perusahaan pelat merah alias Badan Usaha Milik Negara pun turut terdampak kinerjanya.
Maka, salah satu alokasi anggaran program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) ialah untuk menyuntik BUMN yang dinilai sudah kepayahan kondisinya. Awalnya, direncanakan ada lima BUMN yang akan menerima bantuan dalam bentuk dana talangan senilai Rp19,65 triliun. Lima BUMN yang diusulkan awalnya adalah Garuda Indonesia, PTPN III, PT KAI, Krakatau Steel, dan Perum Perumnas.
Namun, anggota dewan tidak menyetujui seluruhnya. Dalam rapat dengan pendapat yang digelar oleh Komisi VI DPR 15 Juli lalu, DPR menyetujui bahwa hanya ada dua perusahaan BUMN yang mendapat dana talangan. Krakatau Steel akan diberi talangan senilai Rp3 triliun sedangkan Garuda Indonesia akan menerima Rp8,5 triliun.
"Dana pinjaman pemerintah kepada BUMN penerima diberikan dalam bentuk mandatory convertible bond (MCB) dalam jangka 3 tahun," kata pimpinan Komisi VI Aria Bima di DPR melalui siaran virtual, Rabu (15/7/2020).
Sementara itu, untuk tiga perusahaan BUMN yakni PTPN III, PT KAI, dan Perum Perumnas, DPR sepakat tetap memberikan bantuan tapi dalam bentuk penyertaan modal negara (PMN). PTPN III akan disuntik modal Rp4 triliun, PT KAI Rp 3,5 triliun, dan Perum Perumnas Rp650 miliar.
Bukan hanya mereka, sebelumnya, ada empat BUMN yang sudah direncanakan sejak awal akan menerima suntikan modal dalam bentuk PMN direct. Mereka adalah PT Bahana Pembinaan Usaha Indonesia yang memperoleh Rp4 triliun, PT Pengembangan Pariwisata Indonesia atau ITDC senilai Rp500 miliar, PT Hutama Karya Rp7,5 triliun, dan PT Permodalan Nasional Madani atau PNM Rp1,5 triliun.
Baca Juga: 5 BUMN Dapat Dana Talangan Rp19,65 Triliun, Ini Kata Erick Thohir
1. BUMN yang paling berdarah yang dipilih untuk dapat dana talangan?
Garuda Indonesia dan Karakatau Steel adalah BUMN yang akan menerima dana talangan dengan nilai tidak tanggung-tanggung, totalnya Rp11,5 triliun. Kementerian BUMN menepis isu bahwa pemilihan BUMN yang dikucurkan dana talangan ini berbau politik.
Staf Khusus Menteri BUMN, Arya Sinulingga mengatakan bantuan ini sama sekali tidak ada hubungannya dengan politik. Menurut dia, pihaknya telah memilih secara selektif siapa yang diajukan sebagai penerima dana talangan. Penentuan nominal dana talangan, Arya mengatakan itu merupakan usulan dari masing-masing direksi BUMN.
"Tergantung perusahanlah. Secara Good Corporate Governance (GCG) mereka punya hitungan sendiri," tegasnya. Dia juga mengatakan pemerintah hanya sebagai penjamin BUMN untuk mendapatkan dana talangan tersebut karena sumber pembiayaannya bukan dari APBN.
Menteri BUMN Erick Thohir menjelaskan, pemberian dana talangan ini harus dilakukan karena perusahaan-perusahaan tersebut terdampak COVID-19. Bantuan pemerintah, kata Erick, agar perusahaan ini dapat beroperasional normal. Tapi, dia memastikan bentuknya adalah dana talangan bukan penyuntikan modal seperti biasa.
"Dana talangan ini seperti pinjaman umumnya yang harus dikembalikan, bukan sesuatu plus bunga juga kalau bisa 1 persen memang ini yang harus dihadapi," kata Erick dalam rapat kerja dengan Komisi VI DPR RI, Selasa (9/6/2020).
Berdasarkan laporan keuangan perseroan, kinerja keduanya sangat terpukul oleh pandemik COVID-19. Contohnya saja PT Garuda Indonesia Tbk, membukukan rugi bersih 712,72 juta dolar AS atau setara Rp 10,65 triliun (kurs Rp 14.950 per dolar AS) sepanjang semester I-2020. Padahal, di periode sama tahun sebelumnya Garuda Indonesia mampu membukukan laba bersih sebesar 24,11 juta dolar AS atau setara Rp 349,5 miliar.
Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra mengatakan pandemik COVID-19 telah memberikan dampak signifikan terhadap kinerja perseroan. Dengan adanya pembatasan pergerakan dan penerbangan pada masa pandemi, rata-rata frekuensi penerbangan menurun drastis dari yang sebelumnya melayani lebih dari 400 penerbangan menjadi hanya berkisar 100 penerbangan per hari.
"Di samping itu, jumlah penumpang juga mengalami penurunan tajam hingga mencapai 90 persen," katanya melalui keterangan resminya, saat dikonfirmasi IDN Times Minggu, (2/8/2020).
Sementara itu, Krakatau Steel membukukan laba di semester I-2020, sebesar 4,51 juta dolar AS atau Rp67,45 miliar. Namun, laba itu muncul karena pada 2019 Krakatau Steel fokus melakukan restrukturisasi dan transformasi. Mereka telah merestrukturisasi utang sebesar 2,2 miliar dolar AS atau setara dengan Rp32,8 triliun per kuartal III 2019. Akhirnya setelah 8 tahun merugi, kinerja Krakatau Steel dapat berbalik menjadi laba pada kuartal I tahun 2020.
Namun, dari sisi penjualan bersih pada periode triwulan II, Krakatau Steel tetap mengalami penurunan dibanding triwulan I karena dampak dari pandemik COVID-29. Penjualan bersih turun 22,3 persen, dari 311,18 juta dolar AS pada triwulan I menjadi 241,63 juta dolar AS di triwulan II.
Pengamat BUMN, Toto Pranoto membenarkan bahwa bantuan dana talangan itu benar-benar penyelamat bagi Garuda Indonesia untuk melanjutkan bisnisnya yang terpukul pandemik COVID-19. "Sama dengan Airlines lain di seluruh dunia terhantam secara drastis karena PSBB secara global. Jadi tanpa suntikan pinjaman modal kerja dari pemerintah mustahil bisa meneruskan bisnisnya," ujarnya.
Sementara untuk Krakatau Steel mulai menjadi sehat karena program efisiensi dan rekturisasi besar-besaran. Untuk meneruskan program ini, kata Toto, tentu butuh modal kerja karena perusahaan juga terganggu akibat pandemik .
"Apalagi beberapa investasi besar mereka di masa lalu seperti project blast furnace juga tidak sesuai harapan. Jadi pinjaman modal kerja dibutuhkan supaya proses restrukturisasi bisa dilanjutkan," ujarnya.
Baca Juga: Dapat Dana Talangan Rp8,5 T, Garuda Akan Bayar ke Pemerintah 2023
Baca Juga: Tidak Jadi Dapat Dana Talangan, KAI dan Perumnas Disuntik PMN