TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Rupiah Kian Terperosok, Diperkirakan Sampai Besok

Rupiah makin tertekan oleh dolar AS

Ilustrasi uang. (IDN Times/Shemi)

Jakarta, IDN Times - Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar AS semakin terperosok. Di penutupan Selasa (22/12/2020), rupiah harus mengakui keperkasaan dolar AS dan turun 75 poin atau 5,3 persen menjadi Rp14.205 per dolar AS menurut data Bloomberg.

"Sedangkan untuk perdagangan besok pagi, mata uang rupiah kemungkinan dibuka melemah di level Rp14.190 - Rp14.230," kata Direktur PT. TRFX Garuda Berjangka, Ibrahim Assuaibi dalam keterangan tertulisnya, Selasa (22/12/2020).

Baca Juga: IHSG Tersungkur, Asing Lepas Saham BRI dan Mandiri 

1. Sebab pelemahan rupiah masih karena virus corona

Ilustrasi ekonomi terdampak pandemik COVID-19 (IDN Times/Arief Rahmat)

Ibrahim mengatakan melambatnya ekonomi Indonesia saat ini tak terlepas dari menyebarnya pandemik COVID-19 secara global dan Indonesia terkena imbasnya. Ia menilai, memasuki tahun 2021 Pemerintah akan fokus terhadap pemulihan ekonomi guna untuk mendongkrak dan memulihkan ekonomi paska COVID-19.

"Salah satu pendorongnya adalah program vaksinasi COVID-19, yang akan dimulai di awal 2021, sehingga akan meningkatkan kepercayaan masyarakat mengenai proses pemulihan dari pandemik COVID-19. Dengan begitu, masyarakat akan mendapatkan kembali rasa aman dan akan meningkatkan konsumsi rumah tangga," katanya.

Pelemahan rupiah juga disebabkan karena jenis virus COVID-19 B.1.1.7 baru yang ditemukan di Inggris telah menyebabkan negara-negara seperti Kanada dan Hong Kong melarang perjalanan ke dan dari Inggris. London dan tenggara Inggris sekarang berada di bawah penguncian Tier 4 penuh, dengan kekacauan perjalanan yang terjadi dan kemungkinan kekurangan makanan datang hanya beberapa hari sebelum Natal.

2. Tekanan rupiah dari luar

(Ilustrasi Brexit) ANTARA FOTO/REUTERS/Hannah Mckay

Menguatnya dolar AS tidak terlepas dari Dewan Perwakilan Rakyat yang mengesahkan paket bantuan virus korona 892 miliar dolar AS serta tindakan 1,4 triliun dolar AS untuk menjaga agar pemerintah tetap didanai selama satu tahun lagi.

"RUU itu akan menjadi undang-undang setelah disahkan oleh Senat, yang sekarang sedang ditinjau, dan ditandatangani oleh Presiden Donald Trump," ujar Ibrahim.

Sentimen menguatnya dolar lainnya adalah Inggris yang berpacu dengan waktu untuk mencapai kesepakatan perdagangan pasca-Brexit dengan Uni Eropa (UE), dengan hanya beberapa hari tersisa sebelum pengecualiannya dari tarif berakhir pada 31 Desember.

Baca Juga: 5 Hal yang Perlu Diketahui Tentang Deposito

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya