Freeport Investasi Rp19,3 Triliun untuk Tambang Bawah Tanah
Meski cashflow masih negatif, investasi tambang tetap jalan
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - PT Freeport Indonesia menggelontorkan US$1,3 miliar atau Rp19,3 triliun untuk investasi tambang bawah tanah di Papua. Kendati terdampak pandemik COVID-19, produksi tetap dilakukan.
"Produksi bisa dicapai sesuai target. Ini berhasil ditingkatkan karena tertolong harga emas dan tembaga yang kembali naik. Saat ini posisi produksi ada di sekitar 60 persen dari kapasitas penuh dan tentunya COVID-19 ini sangat berpengaruh," ujar Presiden Direktur PT Freeport Indonesia Tony Wenas dalam diskusi virtual, Senin (17/8/2020).
1. Cashflow masih negatif, namun investasi tambang tetap jalan
Tony menjelaskan, harga tembaga naik cukup tinggi karena pertumbuhan ekonomi Tiongkok pada kuartal II mencapai 3,2 persen. Tiongkok mengimpor tembaga cukup banyak dari Indonesia.
"Supply berkurang di dunia, permintaan Tiongkok bertambah, jadi harga naik. Penghasilan kami bertambah, produksi jalan sesuai rencana. Namun, kita tetap harus investasi tambang bawah tanah US$1,3 miliar. Memang posisi cashflow masih negatif, jadi belum bisa memberikan dividen. Dijadwalkan akan bagi-bagi dividen 2021 nanti," kata Tony.
Baca Juga: Tony Wenas: Produksi Tembaga Freeport 321 Juta Pon, Emas 341.000 Ons