TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Jauhi Dolar, Rusia Pertimbangkan Jual Minyak dan Gas dalam Bitcoin

Rusia juga perimbangkan pakai rubel, yuan, dan lira

Presiden Rusia Valdimir Putin (Sergei Karpukhin/REUTERS/ANTARA FOTO)

Jakarta, IDN Times - Di tengah serangkaian sanksi ekonomi yang diterapkan negara-negara Barat atas invasinya ke Ukraina, Rusia mempertimbangkan menerima Bitcoin sebagai pembayaran untuk ekspor minyak dan gasnya.

Dalam video konferensi pers pada Kamis, 24 Maret lalu, ketua komite Duma Rusia tentang energi mengatakan, selain Bitcoin, mereka juga mempertimbangkan untuk menggunakan mata uang nasional rubel. Selain itu, untuk negara sahabat seperti China atau Turki, Rusia berencana lebih fleksibel dengan opsi pembayaran memakai uang negara asal pembeli energinya.

“Kami telah lama mengusulkan ke China untuk beralih ke pembayaran dalam mata uang nasional untuk rubel dan yuan,” kata Ketua Komite Energi Duma, Pavel Zavalny, dikutip dari CNBC, Sabtu (26/3/2022).

“Dengan Turki, itu akan menjadi lira dan rubel,” tambahnya.

Baca Juga: Putin: Negara yang Bukan Sahabat Rusia Harus Bayar Gas Pakai Rubel

1. Pertimbangan menggunakan Bitcoin

Pixabay/Pete Linforth

Zavalny juga mengatakan negara itu sedang mempertimbangkan pembayaran memakai mata uang kripto (cryptocurrency) Bitcoin.

“Anda juga bisa memperdagangkan Bitcoin,” katanya.

Nilai Bitcoin naik hampir 4 persen selama 24 jam terakhir pada Kamis, menjadi sekitar 44 ribu dolar Amerika Serikat (AS). Harga cryptocurrency itu melonjak tak lama setelah laporan berita tentang pernyataan Zavalny pertama kali dirilis.

Baca Juga: Pekerja Seks AS Banyak Beralih ke Bitcoin untuk Cari Cuan

2. Tekanan untuk Barat

Bitcoin (Pixabay/tom bark)

Dalam pernyataannya, Zavalny juga menegaskan kembali pernyataan Presiden Vladimir Putin pada Rabu sebelumnya, untuk meminta negara-negara yang “tidak ramah” membayar gas dalam rubel Rusia.

Pengumuman Putin itu telah menyebabkan harga gas Eropa melonjak, karena ada kekhawatiran langkah itu mungkin memperburuk pasar energi yang sudah di bawah tekanan.

“Jika mereka ingin membeli, biarkan mereka membayar dalam mata uang keras, dan ini adalah emas bagi kami, atau membayar sesuai kemauan kami, ini adalah mata uang nasional,” kata Zavalny, mengulangi pernyataan Putin.

Meskipun AS telah melarang impor minyak Rusia sebagai bagian dari tanggapannya terhadap invasi Rusia di Ukraina, sumber mengatakan kepada CNBC bahwa tidak mungkin Uni Eropa akan mengikutinya. Mengingat, ketergantungannya yang besar pada energi Rusia.

“Rusia jelas ingin melakukan diversifikasi ke mata uang lain,” kata Nic Carter, salah satu pendiri Coin Metrics.

Dia mengatakan kepada CNBC bahwa Rusia telah mempersiapkan transisi semacam itu sejak 2014, ketika mulai menjual semua obligasi pemerintah AS (US Treasury).

“Tetapi negara itu tidak sepenuhnya siap untuk aset devisa asing yang akan dibekukan,” kata Carter, yang juga merupakan mitra pendiri Castle Island Ventures, sebuah perusahaan tahap awal yang berfokus pada cryptocurrency.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya