TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Pulihkan Ekonomi, RI Mau Contoh Tiongkok-AS

Pertumbuhan ekonomi Tiongkok-AS untungkan Indonesia

Menteri Bappenas Suharso Monoarfa memberikan keterangan pers, di Kompleks Istana Negara, Jakarta Pusat, Senin 18 November 2019 (IDN Times/Teatrika Handiko Putri)

Jakarta, IDN Times – Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas Suharso Monoarfa mengatakan Tiongkok dan Amerika Serikat (AS) bisa dijadikan contoh untuk meningkatkan perekonomian Indonesia. Menurutnya, kedua negara tersebut telah menerapkan sejumlah kebijakan yang tepat untuk membuat ekonomi mereka tumbuh di tengah tekanan pandemik COVID-19 saat ini.

“Kita menghadapi tantangan yang luar biasa beratnya akibat pandemik COVID-19. Pertumbuhan ekonomi kita mengalami kontraksi. Pengangguran terbuka dan angka kemiskinan juga mengalami peningkatan,” katanya dalam Rapat Koordinasi Pembangunan Pusat 2021, Kamis (29/4/2021).

“Saat kita ingin belajar, kita lihat ada dua negara besar, saya kira ekonomi China dan ekonomi Amerika Serikat. Sebagai gambaran saja, karena kedua negara ini masing-masing memberikan kontribusi terhadap GDP dunia cukup besar,” tambahnya.

Baca Juga: Apa Penyebab Ekonomi Tiongkok Bisa Tumbuh 18,3 Persen di Q1 Tahun Ini?

1. Ekonomi Tiongkok tumbuh pesat

Presiden Tiongkok Xi Jinping tiba untuk upacara sambutan di Balai Agung Rakyat, di Beijing, Tiongkok, pada 25 Oktober 2019. (ANTARA FOTO/REUTERS/Jason Lee)

Dalam pemaparannya, Suharso mengatakan bahwa ekonomi Tiongkok menyumbang 16,3 persen dari perekonomian global. Pada kuartal I 2021, ekonomi Tiongkok juga tumbuh pesat, yaitu tumbuh 18,3 persen.

Ia lebih lanjut mengatakan bahwa ekonomi Tiongkok sudah tumbuh positif sejak Q2 tahun 2020 di tengah COVID-19.

“Ini kalau kita lihat adalah akibat dari kesuksesan mereka mengendalikan virus secara tepat,” katanya. “Meskipun beberapa lembaga internasional juga ada yang meragukan data-data seperti ini karena China kurang terbuka tetapi setidak-tidaknya itu pernah disampaikan.”

Baca Juga: Biden Desak Perusahaan Beri Cuti Berbayar ke Pekerja yang Divaksinasi

2. Faktor pendorong ekonomi Tiongkok

(Dok.Kementerian Luar Negeri)

Menurut Suharso, ada sejumlah faktor yang menyebabkan tingginya pertumbuhan ekonomi Tiongkok. Pertama yaitu output industri manufaktur yang 24,4 persen. Di sisi lain, sektor jasa juga telah mencatatkan pemulihan.

Pertumbuhan juga dipengaruhi oleh peningkatan investasi asing langsung (FDI) yang positif sejak kuartal ke-2 2020. Di mana pada Q1 2021 FDI masuk ke Tiongkok tumbuh hingga 43,8 persen, dengan penambahan investor baru sekitar 10.263 perusahaan.

“Dari sekitar 10.263 ini itu kira-kira sekitar 60 persen itu adalah dari negara-negara di ASEAN, bahkan diduga termasuk Indonesia,” katanya.

Hal lain yang mendorong pertumbuhan Tiongkok, menurut Suharso, yaitu karena menerapkan berbagai macam kebijakan penanganan pandemik yang sangat cepat dan tepat sehingga mengundang kepercayaan investor asing. Selanjutnya yaitu kemampuannya dalam memanfaatkan perjanjian perdagangan, termasuk perjanjian investasi bilateral, perjanjian perdagangan bebas, dan perjanjian perpajakan ganda.

Tiongkok juga melakukan reformasi dan peningkatan keterbukaan pasarnya, serta menerapkan strategi sirkulasi ganda yang menekankan pada sirkulasi internal domestik dan sirkulasi internasional sebagai dua sumber kemapanan ekonomi.

“Tentu terakhir adalah kebijakan moneter dan fiskal ekspansif. Kita ketahui bahwa China melebarkan defisit anggarannya hingga 11,4 persen terhadap PDB pada 2020. Kita ingat pada 2018 dan 2019 defisit anggaran China adalah 4,7 persen dan 6,3 persen terhadap PDB,” ujarnya.

“Selain itu Bank Sentral menyediakan juga 1,2 triliun atau sekitar 173 miliar dolar ke pasar keuangan.”

Baca Juga: Erick Thohir: Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Gak Akan Setinggi Tiongkok

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya