TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

4 Faktor yang Dapat Memengaruhi Kurs Valuta Asing 

Inflasi dapat memengaruhi kurs valuta asing alias valas

Ilustrasi kurs dolar AS menguat terhadap rupiah. (IDN Times/Arief Rahmat)

Jakarta, IDN Times - Valuta asing atau biasa disingkat menjadi valas merupakan mata uang yang diterima dan diakui sebagai alat pembayaran sah dalam perdagangan internasional.

Atas dasar definisi tersebut, valas biasa dikenal sebagai mata uang sebuah negara yang berperan besar dalam perekonomian negara terkait.

Berbagai macam valas di antaranya yuan, yen, won, dolar, poundsterling, euro, ringgit, peso, dan masih banyak lainnya.

Nilai tukar atau kurs valas pun bisa berbeda-beda setiap harinya. Hal tersebut lantaran beberapa faktor yang sanggup memengaruhinya.

Berikut ini 4 faktor yang dapat memengaruhi kurs valas.

Baca Juga: Istilah Perpajakan Rumit? Ini Perbedaan PPN dengan PPh

Baca Juga: Mengenal Bea Cukai: Fungsi, Pengertian dan Tugasnya

1. Inflasi

Ilustrasi Inflasi. IDN Times/Arief Rahmat

Faktor pertama yang dapat memengaruhi kurs valas adalah inflasi. Secara sederhana, inflasi diartikan sebagai kenaikan harga barang atau jasa di sebuah negara dan ini bisa jadi salah satu faktor yang mampu membuat kurs valas menguat atau melemah.

Berdasarkan Badan Pusat Statistik (BPS), inflasi adalah kecenderungan naiknya harga barang dan jasa pada umumnya yang berlangsung secara terus menerus. Jika harga barang dan jasa di dalam negeri meningkat, inflasi mengalami kenaikan.

Naiknya harga barang dan jasa tersebut menyebabkan turunnya nilai uang. Dengan demikian, inflasi dapat juga diartikan sebagai penurunan nilai uang terhadap nilai barang dan jasa secara umum.

Inflasi mesti dijaga dalam level yang tidak terlalu rendah dan tidak terlalu tinggi. Jika terlalu tinggi, inflasi akan menekan daya beli masyarakat, sedangkan jika terlalu rendah maka inflasi membuat pedagang enggan menaikkan harga dagangannya.

Hal itu kemudian secara simultan dapat memengaruhi kurs valas pada perdagangan internasional.

2. Minat konsumen

Ilustrasi Belanja Online/Belanja di e-commerce. (IDN Times/Aditya Pratama)

Faktor kedua yang dapat memengaruhi kurs valas adalah minat konsumen.

Jika konsumen menyukai sebuah produk dari suatu negara, maka negara tersebut bakal melakukan banyak ekspor untuk memenuhi minat konsumen.

Hal itu kemudian membuat permintaan terhadap mata uang negara tersebut meningkat lantaran negara lain mesti membayar biaya impor.

Di sisi lain, kecenderungan konsumen membeli produk dari sebuah negara juga akan meningkatkan angka impor negara itu.

Imbasnya, kurs mata uang negara yang melakukan ekspor akan naik terhadap kurs mata uang negara pengimpor.

3. Pendapatan masyarakat

Ilustrasi gaji (IDN Times/Arief Rahmat)

Faktor ketiga yang mampu memengaruhi kurs valas adalah pendapatan atau income masyarakat.

Semakin tinggi pendapatan masyarakat, maka semakin tinggi pula daya belinya. Semakin tinggi daya beli, maka transaksi alias pertukaran uang akan semakin sering terjadi.

Hal itu secara langsung membuat permintaan akan sebuah komoditas, baik barang maupun jasa juga akan meningkat. Dengan demikian, produksi lebih banyak diharapkan dapat memenuhi permintaan tersebut.

Komoditas barang atau jasa yang mengalami permintaan pun tak selamanya datang dari dalam negeri, melainkan juga dari luar negeri.

Jika dari luar negeri, maka mau tak mau sebuah negara harus melakukan impor dan itu tentunya bakal diikuti dengan meningkatnya permintaan terhadap valas.

Meningkatnya permintaan terhadap valas berarti membuat kurs terhadap mata uang lokal akan melemah.

Maka dari itu, jika sebuah komoditas bisa diproduksi dan dipenuhi dari dalam negeri, maka hal itu akan baik bagi mata uang lokal karena nilainya bisa terjaga dan bahkan mengungguli valas.

Baca Juga: Kenali 8 Perbedaan Bank Syariah dan Bank Konvensional Ini

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya