TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Kemenperin Bantah Hilirisasi Nikel Lebih Menguntungkan China

Kemenperin ungkap sejumlah fakta soal hilirisasi nikel

Presiden Jokowi resmikan Smelter Nikel di Konawe, Sulawesi Tenggara pada Senin (27/12/2021). (dok. Biro Pers Kepresidenan)

Jakarta, IDN Times - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) buka suara mengenai kebijakan hilirisasi nikel yang belakangan dituding tak menguntungkan Indonesia, melainkan China karena hasil hilirisasi nikel diekspor ke negara tersebut.

Juru bicara Kemenperin, Febri Hendri Antoni Arif, mengatakan sejak dilaksanakannya program hilirisasi sumber daya alam (SDA), terutama logam nikel di dalam negeri telah memberikan multiplier effect (efek berganda) pada ekonomi Indonesia.

Ekonom senior Faisal Basri sebelumnya mengkritik hilirisasi sumber daya alam (SDA) di Tanah Air. Dia menuding hasil hilirisasi lebih menguntungkan negara lain daripada industri di dalam negeri.

Baca Juga: Luhut: Kasus Ekspor Nikel Ilegal Diusut Berkat Digitalisasi Pelabuhan

Baca Juga: Deretan Negara Penghasil Nikel Terbesar di Dunia, Indonesia Masih No 1

1. Pembangunan smelter tingkatkan investasi dan lapangan kerja

apbi-icma.org

Berdasarkan data Kemenperin, saat ini ada 34 smelter yang sudah beroperasi dan 17 smelter dalam tahap kontruksi. Investasi yang telah mengucur di Indonesia sebesar 11 miliar dolar AS atau sekitar Rp165 triliun untuk smelter pyrometalurgi.

Investasi sebesar 2,8 miliar dolar AS atau mendekati Rp40 triliun juga mengalir untuk 3 smelter hydrometalurgi yang akan memproduksi Mix Hydro Precipitate (MHP) sebagai bahan baku baterai.

Keberadaan smelter juga menyerap banyak lapangan kerja, yakni 120 ribu orang tenaga kerja pada saat ini. Smelter tersebar di berbagai provinsi, yaitu Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Maluku Utara, serta Banten.

“Hal ini mendorong pertumbuhan perekonomian di daerah tersebut dengan meningkatnya PDRB di daerah lokasi smelter berada,” sebut Febri.

2. Hilirisasi nikel tingkatkan nilai tambah dan pemasukan negara

Produksi nikel PT Aneka Tambang Tbk (Antam). (dok. Antam)

Kemenperin menghitung nilai tambah yang dihasilkan dari nikel ore hingga produk hilir meningkat berkali-kali lipat apabila diproses di dalam negeri.

Dia menjelaskan, nilai nikel ore mentah dihargai 30 dolar AS per ton. Tapi, begitu menjadi Nikel Pig Iron (NPI), harganya naik 3,3 kali lipat ke 90 dolar AS per ton. Begitupun ketika menjadi Ferronikel, harganya naik 6,76 kali atau setara 203 dolar AS per ton.

Ketika hilirisasi berlanjut menjadi Nikel Matte, nilai tambahnya naik 43,9 kali atau menjadi 3.117 dolar AS per ton. Apalagi saat ini Indonesia sudah punya smelter yang menjadikan MHP sebagai bahan baku baterai dengan nilai tambah sekitar 120,94 kali atau sebesar 3.628 dolar AS per ton.

“Apalagi, jika ada ada pabrik baterai yang mengubah ore menjadi LiNiMnCo, maka nilai tambahnya bisa mencapai 642 kali lipat,” ujar Febri.

Peningkatan nilai tambah pada akhirnya meningkatkan Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP) dan pajak-pajak lain. Perolehan PNBP sektor logam nikel, dikatakan Febri mengalami kenaikan, terutama dari daerah-daerah penghasil nikel.

Pada 2022, PNBP dari daerah penghasil nikel mencapai Rp10,8 triliun, naik dibandingkan 2021 yang sebesar Rp3,42 triliun. Total PNBP dari lima provinsi penghasil nikel mencapai Rp20,46 triliun sepanjang 2021 hingga triwulan II-2023. Sulawesi Tenggara penyumbang terbesar PNBP (Rp8,73 triliun), disusul Maluku Utara (Rp6,23 triliun).

3. Hilirisasi nikel berkontribusi bagi PDB Indonesia

Presiden Jokowi resmikan Smelter Nikel di Konawe, Sulawesi Tenggara pada Senin (27/12/2021). (dok. Biro Pers Kepresidenan)

Febri menerangkan, produk domestik bruto (PDB) logam dasar di triwulan I-2023 tumbuh 11,39 persen. Logam dasar mencatatkan PDB sebesar Rp66,8 triliun pada semester I-2023.

Selama periode 2022, subsektor tersebut tumbuh di atas 15 persen dengan nilai Rp124,29 triliun, begitu pula pada 2021 tumbuh double digit setara Rp108,27 triliun. Bahkan pada 2020 dalam suasana pandemik COVID-19, industri logam dasar berhasil tumbuh positif.

“Indikator ini sangat jelas menunjukkan bahwa benefit smelter memberi manfaat bagi ekonomi nasional, bukan untuk negara lain. Hadirnya PMA merupakan pengungkit investasi untuk pertumbuhan ekonomi nasional,” ujarnya.

Produk domestik regional bruto (PDRB) juga terkatrol atas adanya industri hilirisasi nikel di provinsi tempat smelter nikel berada. Sulawesi Tengggara, sebagai produsen nikel terbesar di Indonesia mengalami pertumbuhan PDRB industri pengolahan sebesar 16,74 persen pada 2022, sebagian besar disumbang oleh industri pengolahan nikel.

Baca Juga: Daerah Penghasilnya Cuan, Larangan Ekspor Nikel Dilanjut

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya