TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Sri Mulyani Proyeksikan Ekonomi Indonesia Tumbuh 5,8 Persen di 2022

Upaya penanganan pandemik COVID-19 akan sangat krusial

ilustrasi ekonomi (IDN Times)

Jakarta, IDN Times - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia di kisaran 5,2 - 5,8 persen pada 2022. Angka itu menurutnya tak jauh berbeda dengan proyeksi berbagai lembaga riset kelas dunia.

Hal itu disampaikan Sri Mulyani dalam rapat kerja (raker) dengan Komisi XI DPR RI yang membahas asumsi dasar dalam Kerangka Ekonomi Makro dan Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal (KEM-PPKF) RAPBN 2022.

"Proyeksi ini relatif cukup konsisten dengan proyeksi yang dilakukan oleh berbagai negara, meskipun kita lihat range-nya masih cukup lebar. Ada yang 5,0 persen seperti Bank Dunia, ADB, dan OECD di 5,1 persen, Consensus Forecast di 5,6 persen, IMF 5,8 persen," kata Sri Mulyani dalam raker yang ditayangkan virtual, Rabu (2/6/2021).

Baca Juga: Sri Mulyani Sebut Pertumbuhan Ekonomi Kuartal II Bisa 8,3 Persen

Baca Juga: Jakarta Dapat Nilai Merah soal Penanganan COVID-19, Ini Kata Wagub DKI

1. Tergantung pada penanganan dan vaksinasi COVID-19

Ilustrasi ekonomi terdampak pandemik COVID-19 (IDN Times/Arief Rahmat)

Sri Mulyani mengatakan seluruh proyeksi ekonomi 2022 itu masih sangat bergantung pada penanganan dan vaksinasi COVID-19. Begitu juga dengan pemulihan kepercayaan masyarakat, serta ekonomi dunia.

"Jadi tidak semua subject to ini controllable bagi pemerintah. Namun yang controllable bagi pemerintah seperti vaksinasi, pengendalian akan coba ditingkatkan. Sehingga kepastian dari economy outlook 2022 akan relatively mendekati forecast kita," tutur dia.

Baca Juga: Sri Mulyani: Realisasi Anggaran PEN per 18 Mei Rp182,39 Triliun

2. Peran konsumsi rumah tangga akan sangat krusial

Ilustrasi Pasar (IDN Times/Besse Fadhilah)

Konsumsi rumah tangga, lanjut Sri Mulyani, akan tetap menjadi komponen penting yang berkontribusi besar terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia di 2022. Oleh sebab itu, pemerintah harus mampu meningkatkan permintaan masyarakat.

"Konsumsi (diproyeksi) akan tumbuh antara 5,1-5,3 persen. Ini sesuatu yang sangat sebetulnya cukup berat untuk dicapai. Karena kita semua tahu konsumsi sangat tergantung pada COVID-19. Kalau COVID-19 terkendali, vaksinasi sukses, pasti permintaan naik, dan konsumsi bisa kembali lagi," ungkap dia.

Baca Juga: Ekspor Nonmigas Indonesia Catatkan Rekor pada April 2021

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya