Strategi Zero COVID-19 Bikin China Ditinggal Investor AS
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Perusahaan-perusahaan Amerika Serikat di China telah memangkas investasi dan menurunkan proyeksi pendapatan setelah kebijakan lockdown diterapkan Pemerintah China. Melonjaknya kasus COVID-19 telah menghantam aktivitas pasar dan rantai pasokan.
Lebih dari setengah dari 121 perusahaan yang disurvei oleh Kamar Dagang Amerika Serikat di China telah mengurangi atau menunda investasi di negara Negeri Tirai Bambu. Sementara itu, hampir 60 persen dari mereka menurunkan proteksi pendapatan pada 2022 akibat situasi COVID-19 yang meningkat dalam beberapa minggu terakhir.
Baca Juga: Pertumbuhan Ekonomi RI di Atas Rata-Rata Dunia, Kalahkan China!
1. Kebijakan zero COVID-19 telah membuat para investor AS khawatir
Sebelumnya, Pemerintah China telah menjalankan strategi Zero COVID-19 dalam beberapa pekan terakhir. Namun, hal tersebut memberikan konsekuensi nyata terhadap perekonomian mereka.
“Kami memahami China memilih untuk memprioritaskan kesehatan dan keselamatan di atas segalanya, tetapi langkah-langkah saat ini membatasi kepercayaan bisnis AS di China,” Colm Rafferty, ketua AmCham China, mengatakan dalam pernyataan, dilansir Bloomberg.
“Situasi yang sangat menantang namun terus memburuk,” katanya. Dia mengibaratkan bahwa perusahaan di sana “tidak melihat cahaya di ujung terowongan”.
Klaster virus baru yang muncul di seluruh China sejak Maret telah menyebabkan tindakan lockdown yang ketat. Akibatnya, terjadi menyebabkan kontraksi pertumbuhan ekonomi tajam dan perlambatan pertumbuhan ekspor.
Baca Juga: 4 Sebab Pertumbuhan Ekonomi China Bisa Cemerlang di 2022
2. Perusahaan-perusahaan Eropa dikabarkan pesimis terkait investasi di China
Dalam sebuah podcast yang dirilis Financial Times, kepala biro FT di China, Tom Mitchell, mengatakan bahwa para investor sudah muak dengan situasi COVID-19 di China saat ini. " Nah, investor asing cukup muak. Maksud saya, sejujurnya, semua orang di China sudah muak," kata Tom.
Dia juga mengatakan bahwa Kamar Dagang Eropa merilis survei terhadap sekitar 370 perusahaan anggota, dan hasilnya sekitar 70 persen dari mereka mengatakan akan menghasilkan lebih sedikit uang daripada yang mereka proyeksikan.
Lapangan pekerjaan di China juga diprediksi akan berkurang menurut survei tersebut karena mereka akan mengurangi banyak karyawan. Ada juga yang mengatakan akan mengalihkan investasi dari China menuju Vietnam.
3. Yuan kembali melemah selama masa lockdown
Yuan China melemah ke level terendah dalam 18 bulan terakhir saat awal perdagangan pada Senin (9/5/2022). Hal ini menimbulkan kekhawatiran atas perlambatan ekonomi yang saat ini sedang dialami China.
Sebelum pembukaan pasar, People's Bank of China (PBOC) menetapkan tingkat titik tengah di 6,6899 per dolar, 567 pips atau 0,85 persen lebih lemah dari perbaikan sebelumnya yang sebesar 6,6332, dilansir Al Jazeera. Angka tersebut merupakan yang terlemah sejak 3 November 2020 lalu.
Kepala penelitian pasar global MUFG Bank. Li Lin, pihaknya telah memangkas perkiraan untuk pertumbuhan PDB pada 2022 di China menjadi dari 5,2 persen menjadi 4,3 persen. Sedangkan dari pihak Pemerintah China sendiri belum diketahui apakah merevisi target pertumbuhan PDB mereka.
IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.