Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Apa Itu Cost Overrun yang Terjadi di Proyek Kereta Cepat?

Depo Kereta Cepat Jakarta-Bandung Whoosh. (IDN Times/Yogi Pasha)

Jakarta, IDN Times - Proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung (Whoosh) menghadapi pembengkakan biaya atau cost overrun yang menyebabkan Indonesia harus menarik utang lagi ke China.

Cost overrun itu mencapai 1,2 miliar dolar Amerika Serikat (AS), atau setara Rp18,76 triliun.

Nah, apa sebenarnya pembengkakan biaya atau cost overrun itu? Apa penyebabnya? Simak ulasan berikut!

1. Pengertian cost overrun

Antrean kendaraan yang hendak menurunkan penumpang Kereta Cepat Jakarta Bandung Whoosh di Stasiun Halim, Jakarta Timur, Senin (25/12/2023). (IDN Times/Vadhia Lidyana)

Dikutip dari jurnal Politeknik Negeri Jakarta (PNJ), Kamis (15/2/2024), cost overrun adalah biaya dalam pengerjaan proyek yang telah melebihi perencanaan awal. Dalam pengerjaan proyek, proses pengendalian biaya menjadi penting untuk mencegah cost overrun.

Cost overrun adalah permasalahan yang muncul dari faktor-faktor internal atau eksternal proyek itu sendiri.

2. Penyebab terjadinya cost overrun

Potret keramaian dalam gerbong Kereta Cepat Jakarta-Bandung Whoosh. (dok. Sabri Ella Afni untuk IDN Times)

Peneliti Henry Wattimury mengatakan, kerap kali masalah cost overrun disebabkan oleh faktor teknis dan nonteknis. Misalnya, ada kesalahan pada penjadwalan, penempatan personel proyek yang tak cocok, dan sebagainya.

Di Indonesia, cost overrun yang terjadi di proyek Kereta Cepat Whoosh disebabkan karena perbedaan biaya pembangunan kereta cepat di China dan Indonesia, yang berasal dari pembebasan lahan, biaya persinyalan, dan sebagainya.

3. Indonesia kembali tarik utang ke China buat tutupi cost overrun

Kereta Cepat Jakarta-Bandung Whoosh. (dok. KCIC)

Seperti yang disebutkan di atas, proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung Whoosh mengalami pembengkakan biaya hingga Rp18,76 triliun. Untuk menutupi cost overrun, PT Kereta Api Indonesia (Persero) atau KAI kembali menarik pinjaman dari CDB sebesar 448 juta dolar AS atau setara Rp6,99 triliun.

Selain pinjaman dari China, KAI juga sebelumnya telah mendapatkan penyertaan modal negara (PMN) senilai Rp3,2 triliun untuk menambal pembengkakan biaya proyek Kereta Cepat.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Anata Siregar
EditorAnata Siregar
Follow Us