Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Ilustrasi Bendera AS (freepik.com/wirestock)

Intinya sih...

  • Pencabutan pembatasan lisensi ekspor etana AS ke China.

  • Dampak pada industri petrokimia dan produsen energi AS.

  • Konteks gencatan senjata perdagangan antara AS dan China.

Jakarta, IDN Times - Amerika Serikat (AS) melonggarkan pembatasan ekspor etana ke China, menandai kemajuan dalam gencatan senjata perdagangan kedua negara. AS mencabut kewajiban lisensi ekspor bagi perusahaan energi, memungkinkan kembali aliran komoditas strategis tersebut.

Langkah ini dikonfirmasi melalui surat kepada dua produsen utama, Enterprise Products Partners dan Energy Transfer, yang menjadi sinyal positif di tengah hubungan dagang yang sempat tegang. Dikutip Bloomberg, kebijakan ini menunjukkan upaya bersama dalam meredakan ketegangan dan menstabilkan hubungan ekonomi bilateral.

1. Pencabutan pembatasan lisensi ekspor

Pada Rabu (2/7/2025), Departemen Perdagangan AS melalui Biro Industri dan Keamanan (BIS) secara resmi menginformasikan kepada Enterprise dan Energy Transfer bahwa lisensi ekspor etana ke China tak lagi dibutuhkan. Hal ini memungkinkan pengangkutan langsung ke pelabuhan China tanpa prosedur tambahan. Dalam pengajuan resminya, Enterprise menyambut baik kebijakan ini.

“Kami sangat menghargai langkah ini karena memungkinkan kami memenuhi permintaan pasar China yang signifikan,” ujar juru bicara perusahaan, dikutip dari Bloomberg.

Sebelumnya, AS hanya mengizinkan pemuatan etana ke kapal tujuan China, tetapi masih melarang pembongkaran tanpa otorisasi. Hal ini menyebabkan antrean kapal di pelabuhan Teluk AS. Kini, pencabutan penuh lisensi diperkirakan memperlancar arus ekspor.

2. Dampak pada industri petrokimia

Data Kpler mencatat ekspor etana AS ke China turun dari 257 ribu barel per hari menjadi nol pada Mei 2025 akibat pembatasan. China menyerap hampir separuh ekspor etana AS untuk kebutuhan bahan baku petrokimia, yang dinilai lebih ekonomis dibanding naptha.

Analis Vortexa, Samantha Hartke, memperkirakan volume ekspor akan kembali ke kisaran 240 ribu barel per hari pada Juli 2025. “Ini adalah kembalinya bisnis seperti biasa,” ujarnya, dilansir TradingView.

Kebijakan baru ini juga memberi kelegaan bagi produsen energi AS yang sangat bergantung pada pasar China untuk menyalurkan kelebihan pasokan. Sejak 2018, China menjadi pembeli utama etana AS.

“Kepastian ini sangat penting bagi kami untuk menjaga hubungan jangka panjang dengan pelanggan di China.” ujar seorang eksekutif Energy Transfer, dilansir OilPrice.

3. Konteks gencatan senjata perdagangan

AS dan China mengumumkan kesepakatan awal terkait ekspor mineral tanah jarang pada Jum'at (27/6/2025). Kesepakatan ini tercapai usai pertemuan tingkat tinggi di London pada 9-10 Juni, dan diikuti konfirmasi dari Kementerian Perdagangan China untuk mempercepat izin ekspor.

“China telah berkomitmen untuk memasok mineral tanah jarang, dan kami akan mencabut langkah balasan kami sebagai respons.” ujar Menteri Perdagangan AS Howard Lutnick, dilansir CNN.

Sehari sebelumnya, AS sempat memberi izin terbatas untuk pemuatan etana ke kapal tujuan China. Namun, larangan bongkar muat masih berlaku hingga akhirnya dicabut penuh pada Rabu (2/7/2025).

“Tren ini menunjukkan jeda sementara dalam ketegangan AS-China, tetapi kedua belah pihak tetap waspada terhadap potensi kemunduran.” ujar analis Eurasia Group, Jeremy Chan.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team