Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Bahlil Bantah Nikel Gak Laku: Jangan Sampai Bangsa Ini Ada Antek Asing

Menteri Investasi dan Kepala BKPM, Bahlil Lahadalia didampingi Ketua Tim Pemenangan Prabowo-Gibran, Rosan Roeslani di Djakarta Theater. (IDN Times/Santi Dewi)

Jakarta, IDN Times - Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia membantah klaim bahwa nikel tidak lagi diminati oleh investor untuk baterai kendaraan listrik.

Dia menegaskan bahwa nikel tetap menjadi bahan yang dikejar-kejar oleh para investor, terutama dalam pembuatan baterai kendaraan listrik. Bahlil mencatat nikel memiliki peran penting dalam komposisi bahan baku baterai, bersama dengan kobalt, lithium, dan mangan.

Dengan memiliki cadangan nikel terbesar di dunia, Bahlil menganggap nikel sebagai pintu masuk untuk menciptakan nilai tambah, pertumbuhan ekonomi, dan meningkatkan posisi tawar Indonesia di tingkat global.

“Ini sekaligus saya meluruskan berbagai macam pandangan dalam dinamika perkembangan debat pemimpin nasional kita baik dari debat capres maupun cawapres,” kata Bahlil dalam konferensi pers, Rabu (24/1/2024).

1. Pemerintah tak mau komoditas nikel dianggap remeh

IDN Times/Istimewa

Bahlil menekankan bahwa nikel, sebagai salah satu bahan baku utama dalam baterai, memiliki signifikansi strategis bagi Indonesia. Dia menyebutkan bahwa Indonesia memiliki cadangan nikel terbesar di dunia, dan nikel menyumbang 80 persen dari bahan baku baterai.

Dia berpendapat bahwa pengembangan sektor nikel tidak hanya menciptakan nilai tambah ekonomi dan lapangan kerja berkualitas, tetapi juga memperkuat posisi tawar Indonesia dalam diplomasi geopolitik.

Bahlil menekankan bahwa nikel menjadi komoditas kritis dunia, dan melibatkan Indonesia dalam ekosistem baterai merupakan pertaruhan penting dalam urusan diplomasi ekonomi global.

“Jadi, jangan dianggap remeh ini barang. Jadi, dalam pertarungan diplomasi geopolitik ini luar biasa sekali dan ini jangan dianggap hanya sekadar ekonomi, dan ini beberapa negara-negara maju tidak ingin Indonesia untuk melakukan ini,” tuturnya.

2. Bahlil bantah nikel ditinggalkan karena berpaling ke FLP

Penambangan bijih nikel PT Ceria Nugraha Indotama di Blok Lapaolap, Kecamatan Wolo, Kabupaten Kolaka, Sulawesi Tenggara. (dok. Ceria)

Bahlil menyatakan, ada sumber polemik terkait pernyataan bahwa nikel tidak lagi diminati oleh investor untuk baterai mobil. Dia menegaskan bahwa klaim ini tidak benar, mengingat pentingnya nikel sebagai bahan baku utama.

“Saya ingin mengatakan bahwa tidaklah benar kalau ada seorang mantan pejabat atau pemikir ekonomi atau siapapun yang menyatakan bahwa sekarang nikel gak lagi menjadi bahan yang dikejar-kejar oleh para investor untuk membuat baterai mobil,” ujarnya.

Bahlil menegaskan klaim bahwa nikel akan ditinggalkan sebagai bahan baku untuk baterai, terutama dalam konteks pembangunan baterai NMC (Nickel Manganese Cobalt), adalah kebohongan publik. Nikel disebut-sebut kalah pamor dengan Lithium Iron Phosphate (LFP) yang merupakan alternatif baterai kendaraan listrik berbahan baku fosfat.

“Apakah benar nikel ini akan ditinggalkan? Ini adalah kebohongan publik, kenapa saya katakan demikian? Karena LFP itu hanya dipakai oleh Tesla kepada mobilnya yang standar, karena kualitas jarak tempuhnya itu masih lebih bagus ke nikel. Dan itu Tesla sebagian juga masih memakai baterai mobil yang berbahan baku nikel. Jadi jangan omon-omon saja,” tuturnya.

3. Bahlil khawatir ada antek-antek asing yang menyudutkan nikel

ilustrasi tambang nikel (pexels.com/Aleksandar Pasaric)

Bahlil mempertanyakan mengapa ada warga Indonesia yang terkesan mempromosikan LFP, dan meragukan komoditas andalan Indonesia dalam membuat baterai kendaraan listrik, nikel.

“Nah, sekarang kita itu sebenarnya mau fokus untuk mau mengembangkan potensi sumber daya alam kita atau kita mempromosikan (bahan baku yang dimiliki) negara lain? Ini lucu nih negara ini,” ucapnya.

Dia juga mengaitkannya dengan rekomendasi IMF untuk Indonesia agar pertimbangan kembali kebijakan pelarangan ekspor barang mentah yang saat ini dijalankan. Bahlil mengingatkan bahwa hal itu perlu diwaspadai agar tidak ada pihak asing yang merusak tatanan dan memengaruhi kebijakan publik Indonesia.

“Hati-hati lho, ini saya menghubungkan nih, jangan sampai di bangsa ini ada antek-antek asing untuk merusak tatanan dalam memengaruhi kebijakan publik, bahaya ini. Jadi yang tahu tujuan bangsa ini adalah rakyat Indonesia dan pemerintah Indonesia,” katanya.

Share
Topics
Editorial Team
Jujuk Ernawati
EditorJujuk Ernawati
Follow Us