Jakarta, IDN Times - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia, mengatakan, pihaknya harus mengambil kebijakan pengecer dijadikan sub pangkalan karena melihat kerugian besar dari gas liquefied petroleum gas (LPG) 3 kg yang telah disubsidikan negara.
Ia menjelaskan, negara selama ini telah mensubsidi tiga kebutuhan energi untuk rakyat Indonesia, yaitu BBM, listrik, dan gas LPG. Khusus gas LPG, dalam satu tahun negara menyubsidi hingga Rp87 triliun.
Bahlil mengatakan, ada tiga titik celah oknum bisa melakukan cawe-cawe permainan gas LPG, salah satunya dengan penentuan harga dari pangkalan ke pengecer yang tidak terpantau. Ia memprediksi, potensi kerugian yang dialami negara dari kasus subsidi gas LPG 3 kg tidak tepat sasaran mencapai Rp26 triliun.
"Jika kita asumsikan loss-nya, total ada 25 sampai 30 persen, kali Rp87 triliun, itu sama dengan Rp25 sampai Rp26 triliun, bayangkan! Inilah, dalam rangka implementasi apa yang diarahkan oleh Presiden Prabowo, memastikan yang dikeluarkan pemerintah harus tepat sasaran. Itu niatnya," kata Bahlil dalam keterangan persnya, Sabtu (8/2/2025).
"Perintah Presiden Prabowo ke semua orang di kabinet adalah memastikan uang negara satu sen pun harus pasti sampai ke masyarakat. Penggunaannya harus tepat sasaran sampai ke rakyat," sambungnya.