Polemik LPG 3 Kg, Idrus Marham: Ada Upaya Adu Domba Golkar-Gerindra

- Hubungan Golkar-Gerindra tetap harmonis meskipun polemik LPG 3 kg
- Kedua partai menyatakan hubungan solid, terbukti dari Bahlil dan Dasco yang produktif
- Bahlil Lahadalia berani menghadapi persoalan LPG 3 kg, pemerintah kesulitan mengontrol harga dan pasokan
Jakarta, IDN Times – Wakil Ketua Umum Partai Golkar Idrus Marham menegaskan, hubungan partainya dengan Partai Gerindra tetap solid, meskipun sempat muncul polemik terkait kebijakan penyaluran LPG 3?kilogram atau gas melon.
Idrus meyakini ada upaya pihak tertentu untuk mengadu domba kedua partai. Namun, menurutnya hal itu akan sia-sia.
"Saya katakan apa pun usaha mereka untuk mengadu domba, apalagi mau memecah antara Gerindra dengan Golkar, saya punya keyakinan, itu tidak mungkin dilakukan dan pasti orang itu kecewa," kata Idrus di Jakarta, Jumat (6/2/2025).
1. Hubungan Golkar dan Gerindra harmonis

Idrus menambahkan, hubungan antara Ketua Umum Golkar Bahlil Lahadalia dan Ketua Harian DPP Partai Gerindra Sufmi Dasco Ahmad tetap harmonis, meskipun kebijakan terkait penyaluran LPG sempat menjadi sorotan publik.
"Saya katakan tadi, antara Pak Dasco dengan Pak Bahlil hubungannya, suasana kebatinannya tidak hanya cair, ya, tidak hanya cair, tetapi juga produktif dan sudah dibuktikan," ujarnya.
2. Bahlil dinilai sesuai dengan karakter kabinet Prabowo

Dia juga menilai Bahlil yang merupakan Menteri ESDM, memiliki karakter kepemimpinan yang sesuai dengan kriteria Presiden Prabowo Subianto, yakni berani menghadapi persoalan dan bertanggung jawab atas kebijakan yang diambil.
Idrus mengatakan, Bahlil sosok pemimpin yang tak cuci tangan dalam polemik LPG 3 kg. Bahkan, Bahlil langsung menemui rakyat dan pasang badan terhadap kebijakan yang diputuskan.
"Nah, ini juga ciri karakter yang sering disampaikan oleh Pak Prabowo, kan, begitu," ungkapnya.
3. Kebijakan larangan pengecer jual LPG 3 kg sempat jadi sorotan

Sebelumnya, kebijakan Menteri ESDM Bahlil Lahadalia melarang pengecer untuk menjual LPG 3 kg menuai polemik. Namun, kebijakan tersebut dibatalkan Prabowo dengan menginstruksikan agar pengecer tetap diperbolehkan menjual LPG 3 kg.
Bahlil sendiri sempat mengaku, pemerintah kesulitan mengontrol harga gas LPG tiga kilogram.
Bahkan, ia mendapat laporan ada warung eceran yang menjual gas LPG 3 kg seharga Rp25 ribu. Padahal seharusnya, dengan bantuan subsidi pemerintah, harga jual ke masyarakat cuma Rp15 ribu.
"Harga di tingkat masyarakat harusnya per kilogram tidak lebih dari Rp5 ribu. Artinya, satu tabung harusnya cuman Rp15 ribu karena subsidi negara per tabung itu Rp36.000," ucap Bahlil saat sidak ke pangkalan LPG di kawasan Palmerah, Jakarta Barat, Selasa (4/2/2025) pagi.
"Artinya, kalau (dijual) Rp25.000 kan berarti subsidi kita berpotensi besar untuk tidak tepat sasaran," sambungnya.
Oleh sebab itu, saat ini pemerintah berupaya melakukan penataan terkait sistematis pasokan dan pembelian dari Pertamina, agen, pangkalan, hingga ke masyarakat.
Menurut Bahlil, pasokan dari Pertamina hingga agen masih bisa dikontrol oleh pemerintah. Baik dari segi konsumen maupun harga jual.
Namun yang menjadi masalah, pemerintah kesulitan mengontrol gas LPG subsidi itu saat terdistribusi ke warung pengecer. Oleh sebab itu, pemerintah saat ini berupaya membenahi regulasi agar subsidi gas LPG 3 kg bisa tepat sasaran.
"Kalau dari pangkalan ke pengecer, nah pengecer ini yang nggak bisa Pertamina kontrol, harganya dan siapa yang beli. Bahkan ada sebagian yang dioplos untuk dijual ke industri. Masa barang subsidi dijual ke industri, itulah lahir aturan ini untuk pengecer. Sementara kita waktu kemarin aturannya kita batasi beli di pangkalan. Tapi apakah kemudian pengecer ini tidak kita libatkan? Kita libatkan karena mereka garda terdepan yang menghubungkan pangkalan dan masyarakat," ungkap dia.