Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi belanja barang bekas (freepik.com/freepik)

Intinya sih...

  • CEBR mencatat dua pertiga konsumen Inggris membeli barang bekas online pada 2024. Pengeluaran masyarakat terhadap produk bekas meningkat seiring inflasi.

  • Gen Z aktif membeli dan menjual barang bekas, terutama elektronik kecil dan perabot rumah tangga. Boomer menunjukkan minat pada pembelian furnitur bekas.

  • Platform seperti Amazon, eBay, dan Vinted memudahkan transaksi barang bekas. Kemudahan pengiriman serta penawaran diskon untuk produk return memperkuat daya tarik tersebut.

Jakarta, IDN Times - Centre for Economics and Business Research (CEBR) melaporkan pada Minggu (20/7/2025), peningkatan signifikan dalam transaksi barang bekas secara daring di Inggris. Riset tersebut mencatat adanya lonjakan pengeluaran masyarakat terhadap produk bekas di tahun ini.

Pada Senin (21/7/2025), Amazon.com Inc. mengonfirmasi bahwa transaksi barang bekas di ranah online diperkirakan akan mencapai 4,8 miliar poundsterling (Rp105,1 triliun) sepanjang 2025, naik dari 4,3 miliar poundsterling (Rp94,2 triliun) pada tahun sebelumnya.

1. Pertumbuhan pengguna barang bekas secara daring

CEBR mengungkapkan dua pertiga konsumen Inggris telah membeli barang bekas secara online pada 2024.

“Angka tersebut diproyeksikan terus naik seiring konsumen membatasi pengeluaran dan makin banyaknya produk pre-loved tersedia di pasar digital,” tulis laporan CEBR, dilansir Bloomberg.

Fakta ini disampaikan seiring pengaruh inflasi yang mendorong perilaku belanja lebih hemat. Pada Jum'at (18/7/2025), survei BRC-Opinium juga melaporkan kategori pakaian dewasa menjadi yang paling laris, meskipun terjadi penurunan ringan dari 45 persen pada 2024 ke 43 persen di 2025.

Sophie De Salis, penasihat kebijakan keberlanjutan British Retail Consortium, mengatakan banyak orang kini melihat barang bekas bukan lagi pilihan kedua, tapi justru menjadi preferensi utama karena alasan keberlanjutan dan harga terjangkau.

2. Kategori barang bekas paling populer dan dinamika pasar

Survei mendapati Gen Z menjadi kelompok usia paling aktif membeli serta menjual barang bekas, terutama di bidang elektronik kecil dan perabot rumah tangga. Sementara itu, tren di kalangan Boomer menunjukkan kenaikan minat pada pembelian furnitur bekas.

Khusus untuk kategori sepatu dan pakaian anak, terjadi sedikit penurunan porsi transaksi masing-masing dari 32 persen dan 22 persen pada 2024 menjadi 29 persen dan 20 persen pada 2025. Namun, kategori lain seperti furnitur dan elektronik kecil mengalami pertumbuhan.

“Kami melihat lonjakan permintaan sebagai respon pelanggan yang mencari produk terjangkau atau menjual ulang barang tak terpakai mereka untuk memperoleh penghasilan tambahan," ujar Neill O’Sullivan, direktur Post Office, dilansir Just Style.

3. Inovasi platform dan dukungan ritel daring

Data asosiasi perdagangan menunjukkan kemudahan platform daring seperti Amazon, eBay, dan Vinted memfasilitasi konsumen melakukan transaksi barang bekas. Kemudahan pengiriman serta adanya penawaran diskon untuk produk return dan open-box seperti di Amazon Spring Deal Days pada Maret 2025 memperkuat daya tarik tersebut.

Lonjakan minat terhadap pre-loved juga terjadi lantaran semakin beragamnya koleksi barang dan kolaborasi antara toko ritel ternama dengan platform daring.

“Asosiasi barang bekas dengan prinsip ekonomi sirkular, keberlanjutan, dan inovasi digital memberikan alternatif lebih luas bagi konsumen,” kata laporan CEBR.

Platform daring tak hanya memudahkan penjualan, tetapi juga turut memperbesar jangkauan pasar melalui promosi dan sistem pembayaran digital sehingga pertumbuhan pasar diperkirakan terus berlanjut hingga tahun-tahun mendatang.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team