Uni Eropa dan Inggris Turunkan Batas Harga Minyak Rusia

- UE dan Inggris turunkan batas harga minyak Rusia.
- UE targetkan pengangkutan dan asuransi untuk tekan pasar Rusia.
- UE blokir investasi pipa dan ratusan kapal tanker Rusia.
Jakarta, IDN Times – Uni Eropa (UE) dan Inggris resmi memangkas batas harga minyak mentah Rusia yang dikirim lewat laut dari 60 dolar AS menjadi 47,60 dolar AS per barel. Langkah ini bertujuan menekan pendanaan Kremlin dalam perang Ukraina, terutama setelah pendapatan minyak Rusia anjlok 35 persen secara tahunan hingga Mei lalu.
Kepala kebijakan luar negeri UE, Kaja Kallas, menyebut kebijakan ini sebagai salah satu paket sanksi terkuat yang pernah dijatuhkan terhadap Rusia.
“Kami menambah tekanan pada industri militer Rusia, bank-bank China yang memungkinkan penghindaran sanksi, dan memblokir ekspor teknologi yang digunakan dalam drone,” ujar Kallas, dikutip dari The Guardian.
1. UE targetkan pengangkutan dan asuransi untuk tekan pasar Rusia

UE memastikan batas harga baru selalu 15 persen lebih rendah dari rata-rata pasar untuk minyak mentah Urals, yang merupakan produk ekspor utama Rusia. Aturan ini berlaku mulai 3 September dan melarang perusahaan UE dan Inggris, termasuk pengangkut dan broker asuransi, memfasilitasi transaksi di atas ambang batas tersebut. Sepanjang 2024, nilai impor minyak dan gas Rusia oleh negara-negara UE mencapai 21,9 miliar euro.
Menteri Keuangan Inggris, Rachel Reeves, menyampaikan langsung kebijakan ini saat menghadiri pertemuan Kelompok Dua Puluh (G20) di Afrika Selatan.
“Inggris dan sekutu-sekutu EU-nya sedang memperketat tekanan pada kas perang Kremlin dengan membendung aliran pendanaan paling berharga dari perang ilegalnya di Ukraina lebih jauh,” ujarnya, dilansir dari Anadolu Agency.
Langkah tersebut juga dimaksudkan menjaga kestabilan pasar energi global, meskipun Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, menolak mendukung batas harga baru ini. Padahal batas harga pertama telah diberlakukan sejak Desember 2022 oleh Kelompok Tujuh (G7), yang terdiri dari Kanada, Prancis, Jerman, Italia, Jepang, Inggris, dan Amerika Serikat.
2. UE blokir investasi pipa dan ratusan kapal tanker Rusia

UE turut memperluas sanksi dengan melarang investasi di proyek pipa gas Nord Stream 1 dan Nord Stream 2, yang menghubungkan Rusia dan Jerman. Nord Stream 1 telah rusak akibat ledakan bawah laut pada September 2022, sementara Nord Stream 2 belum pernah diaktifkan sama sekali. Larangan ini mencegah investor Eropa menghidupkan kembali proyek energi Kremlin yang masih diincar.
Blok Eropa juga menyasar armada bayangan Rusia, yakni kapal-kapal tanker tua yang menjual minyak ke negara seperti India tanpa mengikuti pembatasan negara Barat. UE menambahkan 105 kapal baru ke daftar hitam, yang mencakup larangan masuk pelabuhan dan akses terhadap layanan seperti asuransi. Jumlah total kapal yang kini disanksi mencapai 447 unit.
3. Dunia beri dukungan, Rusia tetap lawan sanksi sepihak

Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy, menyambut baik sanksi baru ini dan menganggapnya tepat waktu. Ia melihat kebijakan tersebut sebagai respons atas serangan Rusia yang meningkat ke berbagai kota dan desa Ukraina.
Juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov, menyebut sanksi tersebut sebagai langkah ilegal.
“Kami telah berulang kali mengatakan bahwa kami menganggap pembatasan sepihak seperti ini ilegal, kami menentangnya,” katanya. Ia menambahkan bahwa Rusia telah terbiasa hidup di bawah tekanan sanksi.
Pemerintah Inggris mengklaim telah menjatuhkan sanksi pada lebih dari 250 kapal yang terlibat dalam pengangkutan energi milik Rusia. Inggris juga berkomitmen memberi bantuan militer senilai 3 miliar pound sterling per tahun kepada Ukraina selama dibutuhkan, dan ikut menjatuhkan sanksi terhadap operasi intelijen Rusia yang dianggap menebar kekacauan atas perintah Presiden Rusia, Vladimir Putin.
Presiden Komisi Eropa, Ursula von der Leyen, juga memberi dukungan terhadap langkah ini.
“Saya menyambut baik kesepakatan atas paket sanksi ke-18 kami terhadap Rusia,” katanya dalam pernyataan kepada CNBC International.
Sanksi terbaru ini juga menyasar kilang terbesar milik perusahaan minyak Rusia, Rosneft, yang berlokasi di India, karena Rusia kini lebih banyak mengekspor ke China dan India. Senator AS, Lindsey Graham, bahkan mengusulkan tindakan terhadap negara-negara yang masih membeli minyak Rusia agar Trump memiliki “palu godam kongres” untuk menghentikan perang.