Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Boeing (unsplash.com/ Sven Piper)

Intinya sih...

  • Kontrak senilai Rp45,3 triliun untuk pengembangan dan produksi dua satelit ESS

  • Teknologi canggih dari WGS-11, WGS-12, dan O3b mPOWER digunakan untuk keamanan komunikasi

Jakarta, IDN Times - Boeing Co mengumumkan pada Kamis (3/7/2025), keberhasilan meraih kontrak senilai 2,8 miliar dolar Amerika Serikat (AS) (Rp45,3 triliun) dari Angkatan Antariksa Amerika SerikatAS (US Space Force). Kontrak ini untuk pengembangan dan produksi dua satelit dalam program Evolved Strategic Satellite Communications (ESS).

Kontrak tersebut juga mencakup opsi untuk memproduksi dua satelit tambahan guna mendukung komunikasi nuklir, komando, dan kontrol (NC3) bagi Presiden AS serta pasukan strategis global.

1. Kontrak untuk sistem komunikasi strategis

Satelit ESS dirancang untuk memberikan kapasitas komunikasi yang lebih besar, fleksibel, dan tahan terhadap ancaman di lingkungan antariksa. Satelit ini akan beroperasi di orbit geostasioner, sekitar 35.700 kilometer dari Bumi, untuk menjamin cakupan komunikasi tanpa gangguan bagi operasi militer strategis.

“AS membutuhkan arsitektur keamanan nasional strategis yang bekerja tanpa kegagalan, dengan tingkat perlindungan dan kapabilitas tertinggi.” ujar Kay Sears, Wakil Presiden dan Manajer Umum Boeing Space, Intelligence and Weapon Systems, dilansir Defence Industry EU.

2. Teknologi canggih untuk keamanan komunikasi

Boeing memanfaatkan teknologi dari satelit Wideband Global SATCOM (WGS)-11 dan WGS-12 serta konstelasi komersial O3b mPOWER untuk mengembangkan satelit ESS. Teknologi ini memungkinkan sinyal terenkripsi yang tahan terhadap upaya gangguan atau intersepsi.

“Kemenangan ini memvalidasi investasi dan inovasi kami dalam teknologi satelit, menciptakan penawaran yang matang secara teknis dan berisiko rendah untuk pemerintah.” ujar Michelle Parker, Wakil Presiden Boeing Space Mission Systems, dilansir CoinCentral.

3. Dampak dan prospek program ESS

Program ESS diharapkan menjadi tulang punggung sistem komunikasi strategis senilai 12 miliar dolar AS (Rp149,2 triliun), menggantikan konstelasi satelit Advanced Extremely High Frequency (AEHF) yang telah usang. Program ini juga mencakup peningkatan kemampuan komunikasi di wilayah Arktik.

Angkatan Antariksa AS menyatakan bahwa pendekatan baru ini akan mengurangi biaya dan menghasilkan kontrak dengan risiko lebih rendah, dengan pekerjaan kontrak diperkirakan selesai pada 2033.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team