Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IMG_6198.png
Penggunaan Tunnel Boring Machine (TBM) saat membangun jalur bawah tanah untuk menembus Stasiun MRT Thamrin. (dok. MRT Jakarta)

Intinya sih...

  • Pembangunan rel bawah tanah MRT Jakarta menggunakan tunnel boring machine (TBM) berdiameter 6,7 meter.

  • MRT Jakarta hanya melakukan pembongkaran lahan pada titik-titik pembangunan stasiun.

  • Rekayasa lalu lintas dilakukan di area jalur protokol Medan Merdeka Barat, Jalan Gajah Mada, dan sebagainya.

Jakarta, IDN Times - Di bawah padatnya lalu lintas di pusat Jakarta, pengeboran rel MRT Jakarta Fase 2A terus berlangsung. Berbeda dengan Fase 1, untuk Fase 2A rute Bundaran HI-Kota ini semua rel dibangun di bawah tanah (underground).

Pengeboran rel bawah tanah menggunakan alat bernama tunnel boring machine (TBM). Bor raksasa dengan diameter 6,7 meter itu melubangi bawah tanah Jakarta sepanjang 12 meter per harinya. Pembangunan dilakukan pada kedalaman hingga 20 meter. Direktur Konstruksi PT MRT Jakarta (Perseroda), Weni Maulina, mengatakan pihaknya berupaya melakukan pembangunan di bawah tanah tanpa mengganggu lalu lintas.

"Dengan adanya terowongan tunnel boring machine ini, itu tidak mengganggu lintasan, traffic yang ada di atas," kata Weni dalam fellowship media MRT Jakarta, di Jakarta, Kamis (17/7/2025).

1. Rekayasa lalu lintas dilakukan pada titik-titik pembangunan stasiun

Area pembangunan proyek CP 201 MRT Jakarta Fase 2A. (IDN Times/Vadhia Lidyana)

Weni mengatakan, pihaknya melakukan pembongkaran lahan pada titik-titik pembangunan stasiun. Sehingga, diperlukan rekayasa lalu lintas. Namun, dia memastikan, pada prosesnya MRT Jakarta tak mengurangi lajur di jalan, hanya melakukan penyempitan.

"Hanya saja, misalnya jarak lebarnya dipersempit, cuma secara jumlahnya masih tetap sama. Dan, Alhamdulillah sampai saat ini tidak ada yang sifatnya seperti jadi kayak bottleneck," ujar Weni.

Pada Kamis, (10/7/2025) lalu, MRT Jakarta mengumumkan adanya rekayasa lalu lintas selama pembangunan proyek Fase 2A. Dimulai dari penyempitan lajur di Jalan MH Thamrin dari dan menuju Jalan Budi Kemuliaan, penyesuaian jalur di Jalan MH Thamrin (depan gedung Menara Thamrin hingga Kementerian ESDM), dan penyesuaian jalur di Jalan M.H. Thamrin (depan gedung Sinarmas hingga Hotel Sari Pacific).

Lalu, ada pengalihan di Jalan Museum (menuju Jalan Medan Merdeka Barat) hingga April 2026, ke Jalan Abdul Muis, Jalan Tanah Abang Timur, Jalan Budi Kemuliaan, Jalan Medan Merdeka Barat, dan seterusnya.

Tak lupa pengalihan akses Jalan Gajah Mada (depan area Duta Merlin sampai Jalan Hasyim Ashari) hingga Oktober 2026, di mana akses ke Jalan Hasyim Ashari dari simpang Harmoni dialihkan via contraflow Jalan Hayam Wuruk, lalu putar balik di simpang Batu Ceper (depan Dunkin Donuts).

2. Bangun jalur keluar/masuk bawah tanah Stasiun MRT Monas di Medan Merdeka Barat tanpa tutup jalur protokol

Pembangunan jalur keluar/masuk Stasiun MRT Monas menggunakan metode box jacking. (dok. MRT Jakarta)

Tanpa disadari, ketika masyarakat melintasi Jalan Medan Merdeka Barat, tepatnya di dekat Museum Nasional dan kantor Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi), ada pembangunan jalur keluar/masuk (passageway) bawah tanah untuk Stasiun MRT Monas. Meski ada pembangunan terowongan sepanjang 65 meter dengan lebar 12,2 meter dan tinggi 6,1 meter, kendaraan tetap bisa berlalu-lalang di Jalan Medan Merdeka Barat.

Weni menjelaskan, tak ada penutupan pada Jalan Medan Merdeka Barat karena pembangunan passageway itu dilakukan dengan metode box jacking. Praktiknya dengan mendorong box beton secara horizontal menggunakan hydraulic jack yang secara simultan menggali tanah di bagian depan menggunakan eskavator.

Metode itu belum banyak digunakan di proyek infrastruktur di Indonesia. Bahkan, untuk pertama kali MRT Jakarta menggunakan metode itu pada salah satu area konstruksinya. MRT Jakarta hanya menutup Jalan Museum pada proses pembangunan passageway ini.

"Box jacking itu jadi kayak ada kotak, di-push pelan-pelan. Nanti, tanahnya digali keluar, tapi kerangkanya boksnya ini maju pelan-pelan. Ini kami bolongin tanahnya demikian," tutur Weni.

Stasiun Monas merupakan stasiun bawah tanah kedua di fase 2A MRT Jakarta. Panjang stasiun mencapai sekitar 280 meter dengan dua pintu masuk (entrance). Stasiun MRT Monas akan menjadi salah satu stasiun ikon Jakarta karena terkoneksi langsung dengan kawasan Taman Monas, sehingga menjadi daya tarik bagi masyarakat yang ingin berkunjung ke taman yang luasnya mencapai sekitar 80 hektare (ha) tersebut.

3. Manfaatkan pelat baja buat jaga arus lalu lintas di Gajah Mada

Direktur Konstruksi PT MRT Jakarta (Perseroda), Weni Maulina. (IDN Times/Vadhia Lidyana)

Upaya MRT Jakarta mengurangi dampak pada lalu lintas Jakarta juga dilakukan dengan penerapan membuat jalur sementara dari pelat baja pada kawasan Gajah Mada-Hayam Wuruk.

Jalur sementara itu digunakan sebagai rekayasa lalu lintas menyeberangi kanal di area tersebut. MRT Jakarta memastikan pelat baja itu tidak diletakkan pada badan air dan kapasitas kanal tetap dijaga.

"Nah, ini juga beberapa traffic diversion yang dilakukan. Jadi, kami ada kanal ya di Gajah Mada-Hayam Wuruk. Nah, kadang-kadang traffic ini harus berpindah, jadi kami membuat traffic decking dengan menggunakan pelat baja," ujar Weni.

Pihaknya juga membangun koridor penghubung bawah tanah pada konstruksi CP 202, tepatnya di area Gajah Mada-Hayam Wuruk tanpa mengganggu jalan.

"Walaupun stasiunnya mungkin berada mungkin di sisi Gajah Mada, tapi tetap ada koridor-koridor penghubung ke arah Hayam Wuruk. Nah koridor penghubung ini juga yang membuat tantangan tersendiri, karena kami harus bangun di bawah tanpa harus menutup jalan, dan tanpa boleh mengganggu jalan juga," tutur Weni.

Editorial Team