Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Dampak Tarif Trump: Pabrikan Otomotif hingga Konsumen Kena Getahnya

ilustrasi mobil Tesla. (unsplash.com/Tesla Fans Schweiz)
Intinya sih...
  • Presiden AS Donald Trump memberlakukan tarif 25% untuk kendaraan impor mulai 3 April 2025
  • Tarif juga berlaku untuk suku cadang otomotif per 3 Mei 2025, dampaknya signifikan bagi industri otomotif global
  • Produsen mobil global akan mengalami dampak serius, beberapa sudah berencana memindahkan produksi ke AS

Jakarta, IDN Times - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump resmi memberlakukan tarif 25 persen untuk seluruh kendaraan impor mulai Kamis (3/4/2025). Kebijakan ini menjadi bagian dari strategi Trump untuk mendorong produksi kendaraan di dalam negeri dan mengurangi defisit perdagangan AS.

Tarif tersebut berlaku untuk semua kendaraan yang tidak diproduksi di AS, sementara tarif untuk suku cadang otomotif akan mulai diterapkan pada 3 Mei 2025. Kendaraan dari Meksiko dan Kanada yang memenuhi persyaratan perjanjian dagang USMCA bisa mendapat tarif lebih rendah, tergantung kandungan komponen buatan Amerika.

Dilansir CNA, penerapan tarif ini diprediksi akan berdampak signifikan pada industri otomotif global karena rantai pasokan yang kompleks dan saling terkait. Baik produsen mobil asing maupun domestik AS dipastikan terkena imbasnya. 

1. Produsen mobil global terpukul

Produsen mobil global yang banyak mengekspor ke AS diprediksi mengalami dampak paling serius. Saham Toyota, Honda, dan Hyundai anjlok segera setelah pengumuman tarif. Ketiga merek ini secara kolektif menguasai 33,9 persen pasar AS pada 2024, menurut data Cox Automotive.

Beberapa pabrikan global sudah mulai mengambil langkah antisipasi. Hyundai, Volvo, Audi, dan Mercedes-Benz berencana memindahkan sebagian produksi ke AS. Ferrari yang memproduksi mobilnya di Italia akan menaikkan harga beberapa model hingga 10 persen. Pemasok suku cadang asal Prancis, Valeo, juga terpaksa menaikkan harga produknya.

"Anda tidak akan mencapai keseimbangan selama bertahun-tahun, bahkan dekade, karena butuh waktu puluhan tahun untuk membangun sistem yang ada sekarang," kata Steven Okun, CEO APAC Advisors dan penasihat senior McLarty Associates, dilansir CNA.

Keputusan membangun pabrik di AS membutuhkan waktu hingga dua tahun dengan investasi sangat besar. Belum lagi adanya ketidakpastian apakah tarif akan tetap berlaku setelah masa jabatan Trump berakhir. Banyak perusahaan menghadapi pilihan sulit: menerima penurunan keuntungan, menaikkan harga, atau berinvestasi miliaran dolar memindahkan produksi ke AS.

Tarif ini juga memicu kekhawatiran penurunan permintaan, pengurangan produksi, dan PHK di negara-negara seperti Jepang dan Korea Selatan. Hal ini mengingat ekonomi kedua negara ini sangat bergantung pada sektor otomotif.

2. Industri otomotif AS ikut terdampak

Meski Trump meyakini tarif ini akan mendorong pembangunan pabrik mobil di AS, kenyataannya produsen Amerika juga bisa terkena dampak negatif. General Motors (GM) mengimpor 46 persen mobil yang dijualnya, sementara Ford mengimpor 21 persen. Keduanya juga mengandalkan komponen dari luar negeri.

Tesla yang seluruh produksi dan perakitannya dilakukan di AS pun mengakui akan terkena dampak.

"Untuk memperjelas, tarif ini akan mempengaruhi harga komponen dalam mobil Tesla yang berasal dari negara lain. Dampak biayanya cukup signifikan," tulis Elon Musk di media sosial X.

Dr. Tibor Besedes, profesor ekonomi di Georgia Institute of Technology menjelaskan bahwa hampir tidak ada rantai pasokan mobil yang sepenuhnya berada di AS.

"Banyak rantai pasokan industri mobil tersebar di negara-negara NAFTA, USMCA seperti Kanada, Meksiko, dan AS. Komponen dan mobil setengah jadi harus melintasi perbatasan beberapa kali sebelum akhirnya selesai diproduksi," ujarnya.

Cox Automotive memperkirakan terjadi gangguan pada seluruh produksi kendaraan Amerika Utara mulai pertengahan April. Produksi bisa berkurang sekitar 20 ribu mobil per hari atau 30 persen dari total produksi.

Bank of America menyatakan bahwa hampir mustahil memindahkan produksi sebagian besar komponen mobil ke AS. Hal ini sulit karena biaya tenaga kerja yang tinggi dan keterbatasan tenaga kerja terampil, dilansir CNN.

3. Konsumen Amerika harus bayar lebih mahal

Dampak langsung tarif ini adalah kenaikan harga kendaraan. Para ahli memperkirakan harga mobil di AS bisa naik hingga 5 ribu dolar (sekitar Rp82 juta) per unit. Konsumen juga akan menghadapi pilihan model yang lebih terbatas karena beberapa produksi model tertentu mungkin dihentikan.

"Mulai dari sekarang, konsumen akan melihat kendaraan baru yang sudah mahal menjadi lebih mahal lagi, naik ratusan hingga ribuan dolar. Harga akan terus meningkat ketika pasokan banyak model utama menipis," ujar Sam Fiorani, analis di AutoForecast Solutions.

Banyak keluarga Amerika kemungkinan tidak mampu membeli mobil baru dan terpaksa mempertahankan kendaraan lama mereka. Pasar mobil bekas juga akan terpengaruh karena peningkatan permintaan akibat konsumen beralih dari mobil baru yang mahal.

Fenomena serupa pernah terjadi pada 2021 saat kekurangan chip komputer menghambat produksi mobil. Saat itu, harga mobil baru melonjak 17 persen dalam setahun, sementara harga mobil bekas naik lebih tinggi hingga 32 persen.

Trump berencana memberikan insentif bagi pembeli mobil berupa pengurangan pajak penghasilan untuk bunga pinjaman pembelian mobil produksi AS. Namun, realisasi kebijakan ini masih belum jelas, sementara kenaikan harga akibat tarif akan dirasakan segera.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Anata Siregar
EditorAnata Siregar
Follow Us