Uni Eropa Siapkan Serangan Balik atas Tarif Trump

- Uni Eropa siap balas tarif AS untuk melindungi ekonomi kawasan, namun tetap membuka pintu negosiasi dengan Washington.
- Sejumlah negara seperti Kanada, China, Jepang, dan Korea Selatan bersiap mengimplementasikan langkah balasan terhadap kebijakan tarif AS.
- Tarif impor besar-besaran AS berpotensi mengguncang keseimbangan perdagangan global dan menimbulkan ketidakpastian di pasar.
Jakarta, IDN Times – Uni Eropa sedang menyusun strategi untuk membalas kebijakan tarif tinggi yang diumumkan Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump. Ketua Komisi Eropa, Ursula von der Leyen, menekankan bahwa Eropa memiliki rencana matang untuk merespons tindakan AS jika diperlukan.
Pernyataan tersebut disampaikan menjelang pengumuman resmi tarif impor besar-besaran oleh Trump pada Rabu (2/4/2025). AS sebelumnya telah menaikkan bea masuk pada baja, aluminium, dan mobil, sebuah langkah yang memicu kekhawatiran akan perang dagang yang semakin memanas.
1. Eropa tak akan tinggal diam

Von der Leyen menekankan bahwa Uni Eropa tidak akan tinggal diam menghadapi kebijakan AS yang dinilai merugikan ekonomi kawasan.
“Eropa tidak memulai konfrontasi ini. Kami tidak serta-merta ingin membalas, tetapi jika diperlukan, kami memiliki rencana yang kuat untuk melakukannya dan kita akan menggunakannya,” ujarnya dalam pidato, dikutip dari CNN Internasional, Rabu (2/4/2025).
Meski demikian, ia tetap membuka pintu negosiasi dengan Washington.
“Kami akan mendekati negosiasi ini dari posisi yang kuat. Eropa memegang banyak kartu, dari perdagangan hingga teknologi hingga ukuran pasar kita,” lanjutnya.
Von der Leyen menyatakan bahwa kekuatan Eropa juga didasarkan pada kesiapan mereka untuk mengambil tindakan tegas jika diperlukan, dengan semua instrumen tersedia sebagai opsi.
Meskipun belum merinci langkah spesifik, Uni Eropa sebelumnya telah merespons tarif baja dan aluminium Trump dengan bea masuk balasan senilai 26 miliar euro atau sekitar Rp464 triliun. Tarif ini menyasar berbagai produk ekspor Amerika, termasuk kapal, bourbon, dan sepeda motor.
2. Negara lain ikut bersiap menyerang balik

Tak hanya Eropa, sejumlah negara lain juga merancang respons terhadap kebijakan tarif AS. Kanada, China, Jepang, dan Korea Selatan sedang bersiap mengimplementasikan langkah balasan guna melindungi kepentingan ekonomi mereka.
Laporan CNN Internasional menyebutkan bahwa tiga negara Asia itu akan mengumumkan tarif balasan secara bersamaan. Mereka baru saja menggelar perundingan ekonomi pertama dalam lima tahun terakhir, dengan tujuan memperkuat perdagangan yang adil dan mempererat hubungan ekonomi sebelum kebijakan AS mulai berlaku.
Di sisi lain, Perdana Menteri Kanada, Mark Carney, menekankan bahwa negaranya tidak akan tinggal diam jika Washington tetap bersikeras dengan kebijakan tarifnya.
“Perdana Menteri memberi tahu Presiden bahwa pemerintahnya akan menerapkan tarif balasan untuk melindungi pekerja Kanada dan ekonomi kami, menyusul pengumuman tindakan perdagangan tambahan AS pada 2 April 2025,” demikian pernyataan dari Kantor Perdana Menteri Kanada.
3. Pergeseran besar dalam dinamika perdagangan global

Lonjakan tarif yang diterapkan Trump berpotensi mengguncang keseimbangan perdagangan global. Pada 2024, AS menjadi pasar utama bagi produk-produk Eropa, termasuk farmasi, otomotif, minuman beralkohol, dan perangkat telekomunikasi. Sementara itu, Uni Eropa tetap menjadi sumber impor terbesar bagi AS.
Von der Leyen menekankan besarnya skala hubungan dagang antara kedua ekonomi ini.
“Seluruh volume perdagangan antara kita adalah 1,5 triliun dolar AS,” katanya.
Ia juga menambahkan bahwa satu juta pekerjaan di Amerika bergantung langsung pada perdagangan dengan Eropa.
Dengan meningkatnya tensi perdagangan ini, pelaku pasar menghadapi ketidakpastian yang semakin besar. Negara-negara besar kini dihadapkan pada dilema: menyesuaikan kebijakan ekonomi mereka atau terperangkap dalam pusaran perang dagang yang berpotensi semakin merugikan semua pihak.