Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (IDN Times/Ridwan Aji Pitoko)
Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (IDN Times/Ridwan Aji Pitoko)

Jakarta, IDN Times - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah di level 7.227 atau turun 0,2 persen pada akhir perdagangan pekan lalu. Equity Analyst PT Indo Premier Sekuritas (IPOT), Dimas Krisna Ramadhani menyatakan, saat ini IHSG sedang membuat tren baru dengan konsolidasi dengan rentang support 7.180 dan resistance 7.280.

Ada dua top gainers selama 15-19 Januari 2024, yakni IDX Basic yang naik 4,14 persen dalam seminggu terakhir lantaran kenaikan saham PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (TPIA) sebagai kontributor terbesar terhadap sektor basic materials. TPIA naik sebesar 22,19 persen dalam seminggu setelah penurunan yang signifikan dalam sebulan terakhir

Selain IDX Basic, IDX Industrials juga naik dalam sepekan terakhir, yakni sebesar 0,54 persen yang disebabkan kenaikan saham PT United Tractors Tbk (UNTR) sebesar 0,73 persen dalam seminggu terakhir dan 10,31 persen dalam sebulan terakhir.

1. Top losers pekan lalu

ilustrasi GoTo (IDN Times/Dok.GoTo)

Pelemahan IHSG disebabkan dua top losers pekan lalu. Pertama adalah IDX Health yang melemah 3,16 persen selama seminggu lantaran pelemahan saham-saham farmasi setelah naik seiring dengan sentimen peningkatan kasus COVID-19 beberapa pekan lalu.

"Saat ini saham-saham farmasi kembali turun seiring dengan penurunan kasus COVID-19," kata Dimas dalam keterangan resminya, Senin (22/1/2024)

IDX Techno juga tercatat menurun sebesar 2,65 persen dalam sepekan terakhir disebabkan oleh penurunan saham GOTO yang turun sebesar 5,49 persen dalam seminggu seiring dengan aksi distribusi yang dilakukan oleh broker RF.

2. Sentimen yang memengaruhi pasar modal pekan lalu

Konferensi Pers RDG BI Januari 2024. (IDN Times/Triyan)

Menurut Dimas, ada sejumlah sentimen yang memengaruhi pergerakan IHSG pada minggu lalu. Pertama adalah suku bunga Bank Indonesia (BI), kedua persetujuan anggaran Pemerintah AS untuk 2024, dan ketiga kenaikan US Treasury Yield yang kembali di atas 4 persen.

Terkait sentimen suku bunga BI, pada Rabu lalu BI melaksanakan Rapat Dewan Gubernur (RDG) dan memutuskan untuk mempertahankan tingkat suku bunga acuan di level yang sama yakni, 6 persen. Hal ini konsisten dengan fokus kebijakan moneter yang pro-stability, yaitu untuk penguatan stabilisasi nilai tukar rupiah serta langkah preemptive dan forward looking untuk memastikan inflasi tetap terkendali dalam sasaran 2,5±1% pada 2024.

Sentimen kedua terkait persetujuan anggaran Pemerintah AS untuk 2024. Pada Jumat lalu pemerintah dan DPR AS menyetujui anggaran pemerintah AS untuk tahun 2024 yang mencegah terjadinya government shutdown.

"Hal ini membuat ketiga indeks utama di bursa saham Wall Street kompak ditutup naik signifikan pada Jumat kemarin dan membuat indeks S&P 500 dan Dow Jones mencetak level tertinggi baru," kata Dimas.

Sementara itu, untuk konteks sentimen kenaikan US Treasury Yield yang kembali di atas 4 persen, Dimas mengatakan bahwa minggu lalu terjadi kenaikan imbal hasil pada 10 years US Treasury yang sempat berada di level 4,15 persen.

Pergerakan yield obligasi yang berkorelasi negatif dengan indeks saham membuat volatilitas yang cukup besar terjadi di pasar saham.

"Kenaikan imbal hasil 10 years US Treasury ini terjadi setelah data ekonomi AS yang kuat setelah rilisnya data penjualan ritel AS untuk Bulan Desember yang berada di level 0,6 persen MoM atau naik 0,3 persen jika dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Hal ini menimbulkan kekhawatiran bagi The Fed untuk bisa mencapai target inflasi di level 2 persen sehingga menciptakan ketidakpastian yang lebih tinggi bagi pelaku pasar," tutur Dimas.

3. Sentimen pekan ini

Google

Dimas menyebutkan ada tiga sentimen yang wajib diperhatikan trader pada minggu ini, yakni indeks harga belanja personal inti bulanan AS, data tenaga kerja mingguan AS, dan aliran dana asing ke IHSG.

"Berdasarkan konsensusnya kalau Indeks Harga Belanja Personal Inti bulanan AS (Core PCE) akan berada di level 0,2 persen atau naik dari bulan sebelumnya yang berada di level 0,1 persen. Indikator ini yang digunakan oleh The Fed dalam mendapatkan gambaran inflasi yang terjadi di sana dan memengaruhi keputusan suku bunga yang akan dilakukan oleh The Fed di bulan ini," tutur Dimas.

Kemudian pada Kamis besok, data tenaga kerja mingguan AS akan dirilis dan berdasarkan konsensusnya AS akan mencatatkan penambahan tenaga kerja sebesar 200 ribu atau meningkat dari minggu sebelumnya yang mencatatkan kenaikan tenaga kerja sebesar 187 ribu.

"Data ini juga sering digunakan The Fed dalam mempertimbangkan arah kebijakan suku bunganya. Apabila tenaga kerja terus mengalami pertumbuhan maka kondisi ekonomi AS berada dalam kondisi yang baik. Di sisi lain, hal ini memicu kekhawatiran bagi The Fed kalau mereka tidak dapat mencapai target inflasi 2 persen di 2024," kata Dimas.

Sementara itu, terkait sentimen aliran dana asing ke IHSG, apabila asing kembali mencatatkan pembelian ke saham-saham penting IHSG (big banks dan blue chip) maka semakin menimbulkan optimisme bagi pelaku pasar untuk 2024 ini.

Dalam seminggu terakhir investor asing mencatatkan pembelian sebesar Rp537 miliar di pasar reguler dan bahkan nominal pembelian mencapai Rp9,19 triliun dalam sebulan terakhir.

"Kenaikan harga saham blue chip seperti big banks dapat terjadi seiring dengan akumulasi pembelian yang dilakukan oleh investor asing. Apabila aliran dana asing masih akan terjadi hingga beberapa waktu kedepan, kita bisa mengharapkan kenaikan IHSG dapat terjadi lagi dan membentuk level tertinggi barunya dalam beberapa bulan kedepan," beber Dimas.

4. Tiga rekomendasi saham pekan ini

ilustrasi IHSG (IDN Times/Aditya Pratama)

Berkaca pada data-data ekonomi dan sejumlah sentimen di atas, Indo Premier merekomendasikan tiga saham untuk trading pada pekan ini. Berikut daftarnya:

  • PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS)
  • PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BBTN)
  • PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP)

Editorial Team