ECB Tahan Suku Bunga di Tengah Ancaman Tarif AS

- Ancaman tarif AS tingkatkan kewaspadaan ECB terhadap ekspor.
- Ancaman tarif dari AS awalnya berada di angka 20 persen, namun kini meningkat ke potensi 30 persen terhadap barang-barang dari Uni Eropa.
- Zona euro mencatat pertumbuhan sebesar 0,6 persen pada kuartal I-2025, sebagian besar didorong oleh percepatan pengiriman barang sebelum tarif baru diberlakukan.
Jakarta, IDN Times – Bank Sentral Eropa (ECB) mempertahankan suku bunga utama di level 2 persen dan suku bunga deposito di 2,15 persen pada Kamis (24/7/2025). Keputusan ini tetap diambil meskipun ekonomi zona euro sedang melambat dan ancaman tarif dari Amerika Serikat (AS) semakin nyata. Banyak pihak sudah memprediksi jeda kebijakan ini, terutama setelah Presiden AS, Donald Trump, menetapkan ultimatum tarif 30 persen terhadap barang Uni Eropa dengan tenggat 1 Agustus 2025.
Dilansir dari The Guardian, Presiden ECB, Christine Lagarde, mengatakan zona euro kini dalam posisi yang baik usai krisis biaya hidup mulai mereda. Menurutnya, inflasi stabil pada 2 persen pada Juni 2025, naik dari 1,9 persen pada Mei. Ia menambahkan bahwa ECB masih percaya diri untuk memantau risiko lain seperti konflik di Ukraina dan Timur Tengah.
1. Ancaman tarif AS tingkatkan kewaspadaan ECB terhadap ekspor

Dilansir dari ABC News, ancaman tarif dari AS awalnya berada di angka 20 persen, namun kini meningkat ke potensi 30 persen terhadap barang-barang dari Uni Eropa. Meski begitu, pelaku pasar memperkirakan tarif akhir tidak akan setinggi itu, apalagi setelah AS dan Jepang menyepakati batas eskalasi tarif pada awal minggu ini. Di tengah ketidakpastian tersebut, ECB tetap waspada karena tarif tinggi bisa memukul ekspor, konsumsi, dan investasi kawasan euro.
Dalam laporan resminya, ECB menyebut ekonomi zona euro tetap tangguh meskipun menghadapi tekanan global yang besar. Namun, mereka juga menyoroti bahwa konflik dagang menjadi kekhawatiran utama yang belum menemukan solusi. Keputusan untuk mempertahankan suku bunga disebut sebagai langkah tidak kontroversial yang memberi waktu bagi ECB untuk menunggu hasil perundingan dagang antara Uni Eropa dan AS.
2. Ekonomi zona euro tetap tumbuh meski dua negara besar stagnan
Zona euro mencatat pertumbuhan sebesar 0,6 persen pada kuartal I-2025, sebagian besar didorong oleh percepatan pengiriman barang sebelum tarif baru diberlakukan. Kinerja ini memperlihatkan daya tahan ekonomi kawasan di tengah tekanan eksternal yang terus meningkat. Sejumlah indikator juga menunjukkan peningkatan output sektor swasta, meski lajunya belum signifikan.
Prancis dan Jerman, dua ekonomi terbesar di zona euro, masih berada dalam kondisi stagnan berkepanjangan. Kendati demikian, sebagian besar negara zona euro menikmati tingkat inflasi yang stabil serta pengangguran yang rendah. Situasi ini dipandang sebagai fondasi yang cukup kuat untuk mendorong pemulihan ekonomi jangka pendek di kawasan.
3. ECB siap pangkas bunga lagi jika konflik dagang terus berlanjut

Selama sembilan bulan terakhir, ECB telah memangkas suku bunga sebanyak delapan kali dari posisi tertinggi 4 persen sebagai upaya mendukung pertumbuhan ekonomi. Kebijakan ini membalikkan arah dari strategi sebelumnya saat ECB menaikkan bunga pada 2022 dan 2023 demi mengatasi inflasi yang dipicu oleh invasi Rusia ke Ukraina. Rapat ECB berikutnya dijadwalkan berlangsung pada September, dan pemangkasan tambahan bisa dilakukan pada Desember jika negosiasi dagang dengan AS menemui jalan buntu.
Risiko deflasi kini ikut mencuat seiring kemungkinan banjir barang murah dari China dan Asia Timur akibat efek lanjutan tarif AS. Nilai tukar euro juga mengalami penguatan signifikan hingga 13 persen sepanjang tahun ini, mencapai 1,17 dolar AS, yang bisa semakin menekan harga impor. Mathieu Savary dari BCA Research mengatakan keputusan ECB saat ini adalah jeda sebelum pemangkasan suku bunga yang lebih agresif untuk menghadapi risiko deflasi.