Efisiensi Pemerintah Bikin Industri Hotel Berdarah

- Perlambatan kuartal pertama 2025.
- Aktivitas korporat dan pasar MICE mengalami penurunan.
- Kinerja hotel di Jakarta dan Bali diperkirakan membaik pada kuartal II-2025.
Jakarta, IDN Times - Kuartal pertama secara umum menjadi periode paling lambat bagi sektor perhotelan di Jakarta dan pada 2025, pola tersebut terulang. Perlambatan itu semakin diperparah dengan adanya kebijakan efisiensi pemerintah sehingga membuat pengeluaran anggaran daerah menjadi semakin ketat terutama untuk perjalanan dinas, kunjungan studi, dan diskusi kelompok terarah.
Hotel yang sangat bergantung pada pasar pemerintah pun harus rela berdarah-darah selama kuartal I-2025. Dampak dari kebijakan efisiensi pemerintah telah mendorong para pelaku industri perhotelan untuk menerapkan langkah efisiensi mereka sendiri agar tetap bisa beroperasi.
“Pekerja harian di hotel mengalami pengurangan jam kerja, dan karyawan diminta untuk mengambil cuti atau cuti tanpa dibayar guna menekan biaya operasional akibat tamu yang sepi. Tidak hanya di Jakarta, kebijakan efisiensi pemerintah juga berdampak pada hotel-hotel di Bali, khususnya yang bergantung pada pasar MICE,” ujar Head of Research Colliers Indonesia, Ferry Salanto dalam laporan Collier, dikutip Kamis (10/7/2025).
1. Aktivitas korporat juga alami penurunan

Berkurangnya kegiatan MICE, terutama yang berskala internasional, menjadi tantangan bagi hotel-hotel yang berfokus pada pasar ini. Sementara itu, aktivitas korporat juga mengalami penurunan akibat kebijakan efisiensi yang berkaitan dengan pemerintah.
“Sebagai dampak dari kebijakan efisiensi ini, para pelaku industri perhotelan juga harus efisien, menyesuaikan diri dengan kondisi pasar,” kata Ferry.
2 Kinerja hotel bakal membaik pada kuartal II-2025

Namun, Ferry memperkirakan kinerja hotel di Jakarta akan kembali normal pada pertengahan Juni, mengingat bulan April dan Mei dipenuhi oleh hari libur nasional. Kinerja hotel di Bali juga diperkirakan akan membaik pada kuartal II-2025. Namun, kebijakan efisiensi dan menurunnya daya beli masyarakat perlu menjadi perhatian.
"Selain itu, harga tiket pesawat domestik yang sering kali lebih mahal dibandingkan tiket internasional dapat mengurangi minat wisatawan domestik untuk berlibur," kata Ferry.
3. Alternatif lain selain pasar pemerintah

Oleh sebab itu, Ferry menyarankan agar pelaku industri perhotelan harus mencari pasar alternatif selain pasar pemerintah, karena belum ada tanda-tanda pelonggaran kebijakan efisiensi dari pemerintah.
“Jika kondisi ini terus berlanjut, peningkatan kinerja pada kuartal kedua mungkin tidak akan signifikan, sehingga semakin mempersulit para pelaku industri perhotelan di masa mendatang,” ujar Ferry.