Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi kapal (pexels.com/Thomas Parker)
ilustrasi kapal (pexels.com/Thomas Parker)

Intinya sih...

  • Ekspor China naik 8,1 persen pada April 2025 dalam dolar AS, melampaui proyeksi Reuters.
  • Impor China turun tipis 0,2 persen, jauh lebih baik dari perkiraan ekonom yang memproyeksikan penurunan 5,9 persen.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times – Kinerja ekspor China pada April 2025 tercatat melesat 8,1 persen secara tahunan dalam dolar Amerika Serikat (AS). Lonjakan ini jauh melampaui proyeksi survei Reuters yang hanya memperkirakan kenaikan 1,9 persen.

Sementara itu, impor China hanya turun tipis 0,2 persen dibandingkan April tahun lalu. Kinerja impor tersebut jauh lebih baik dibanding perkiraan para ekonom yang memproyeksikan penurunan 5,9 persen.

Data ini menunjukkan daya beli dalam negeri tetap kuat meski tertekan perang dagang. Analis menilai lonjakan ekspor didorong oleh kontrak lama dan pengiriman lewat negara ketiga.

Zhiwei Zhang dari Pinpoint Asset Management menyebut hal itu dalam catatannya.

“Lonjakan ekspor bisa jadi akibat transshipment lewat negara ketiga dan kontrak yang ditandatangani sebelum tarif diberlakukan,” katanya, dikutip dari CNBC International, Jumat (9/5/2025).

1. Perdagangan China dengan AS anjlok tajam

ilustrasi perang dagang antara China dan Amerika Serikat. (pexels.com/Photo By: Kaboompics.com)

Ekspor China ke AS anjlok lebih dari 21 persen pada April secara tahunan. Impor dari AS ke China juga menyusut hampir 14 persen pada periode yang sama. Ini menunjukkan dampak besar dari kebijakan tarif tinggi kedua negara.

Jika ditarik sejak awal tahun, ekspor China ke AS turun 2,5 persen dan impor turun 4,7 persen. Volume kapal kontainer dari China ke AS juga turun drastis di akhir April. Penurunan logistik ini turut mencerminkan berkurangnya permintaan lintas negara.

Raymond Yeung dari ANZ Bank menjelaskan hal itu dalam laporannya.

“Jumlah kapal kontainer dari China ke AS anjlok drastis di akhir April,” tulis Yeung.

2. Negara Asia Tenggara dan Eropa jadi penopang ekspor baru

ilustrasi ekspor-impor (IDN Times/Aditya Pratama)

Ekspor China ke kawasan ASEAN naik 20,8 persen pada April dibanding tahun lalu. Angka ini meningkat signifikan dari pertumbuhan 11,6 persen pada Maret. Vietnam dan Malaysia masih menjadi tujuan utama ekspor China di kawasan.

Namun, Indonesia dan Thailand mencatat lonjakan signifikan masing-masing sebesar 37 persen dan 28 persen. Di sisi lain, ekspor ke Uni Eropa juga meningkat 8,3 persen meski impornya turun tajam 16,5 persen. Kinerja ini menjadikan Asia Tenggara dan Eropa sebagai pasar penyelamat.

Kondisi ini berbanding terbalik dengan data bulan sebelumnya. Pada Maret, ekspor ke Uni Eropa tumbuh 10,3 persen dan impor turun 7,5 persen. Kini, tren ekspor tetap positif meski impor terkontraksi lebih dalam.

3. Tarif Trump picu stimulus dan tekanan deflasi di China

Ilustrasi Deflasi (IDN Times/Arief Rahmat)

Presiden AS Donald Trump menetapkan tarif 145 persen untuk seluruh barang dari China. Sebagai balasan, China menerapkan tarif 125 persen pada impor dari Amerika. Kedua negara memberikan pengecualian terbatas pada produk-produk kritikal.

Pemerintah China meningkatkan stimulus ekonomi untuk melindungi bisnis terdampak tarif. Langkah yang ditempuh mencakup pelonggaran kebijakan moneter dan insentif bagi sektor ekspor. Pemerintah daerah juga diminta membantu pelaku usaha mengalihkan penjualan ke pasar domestik.

Situasi ini mulai menekan pasar tenaga kerja. Aktivitas manufaktur turun ke level terendah dalam 16 bulan, dengan pesanan ekspor anjlok ke titik terendah sejak Desember 2022. Goldman Sachs bahkan memperkirakan sekitar 16 juta pekerjaan bisa terdampak dari produksi barang tujuan AS.

Hua Chunying dari Kementerian Luar Negeri China memberikan komentar.

“Kami tidak takut. Kami tidak ingin perang, tapi harus hadapi kenyataan,” kata Hua, dikutip dari The Guardian, Jumat (9/5/2025).

Ia menambahkan, warga AS pun mulai merasakan penderitaan dari perang tarif ini.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team