China Pangkas Suku Bunga dan Suntik Likuiditas Rp2,2 Kuadriliun

- China umumkan stimulus besar untuk pulihkan ekonomi yang terpukul akibat tarif AS.
- PBOC pangkas suku bunga dan RRR, alirkan dana segar sebesar 1 triliun yuan ke sistem keuangan.
Jakarta, IDN Times – China mengumumkan paket stimulus besar demi memacu pertumbuhan ekonomi yang lesu akibat tarif baru dari Amerika Serikat (AS). Bank Sentral China (PBOC) memangkas suku bunga reverse repo tujuh hari sebesar 10 basis poin menjadi 1,4 persen mulai Kamis (8/5/2025). Suku bunga pinjaman utama (loan prime rate) juga diperkirakan ikut turun sekitar 10 basis poin.
Langkah ini merupakan bagian dari strategi mendorong pinjaman dengan bunga lebih murah. Selain itu, suku bunga kredit rumah pertama dalam skema housing provident fund diturunkan 25 basis poin menjadi 2,6 persen. Penurunan tersebut diharapkan memberi ruang gerak baru bagi peminjam rumah tangga dan sektor properti.
“China akan menurunkan suku bunga reverse repo tujuh hari menjadi 1,4 persen dari 1,5 persen,” kata Gubernur PBOC Pan Gongsheng dalam konferensi pers, dikutip dari CNBC Internasional, Rabu (7/5/2025).
1. China suntik likuiditas besar lewat pemangkasan cadangan bank

PBOC juga menyiapkan pelonggaran likuiditas besar-besaran lewat pemangkasan rasio cadangan wajib (RRR) bank sebesar 50 basis poin mulai 15 Mei 2025. Kebijakan ini diperkirakan mengalirkan dana segar sebesar 1 triliun yuan China atau sekitar Rp2,2 kuadriliun ke sistem keuangan.
Selain itu, cadangan wajib untuk lembaga pembiayaan otomotif akan dikurangi bertahap hingga nol persen dari posisi saat ini 5 persen.
Pihak berwenang juga meluncurkan alat relending senilai 500 miliar yuan (sekitar Rp1,1 kuadriliun) yang ditujukan untuk sektor konsumsi dan perawatan lansia. Sektor teknologi dan real estat turut masuk dalam daftar prioritas pembiayaan baru ini. Fokus utama tampaknya adalah mendongkrak kredit bagi sektor-sektor kunci yang tengah kesulitan.
Langkah simultan ini mencerminkan urgensi tinggi untuk memulihkan ekonomi domestik yang sedang tertekan. Kombinasi antara pelonggaran moneter dan dukungan likuiditas ditujukan agar bank lebih berani menyalurkan kredit.
2. Nilai yuan mulai menguat usai pengumuman stimulus moneter

Setelah pengumuman stimulus, nilai tukar yuan offshore menguat dan bertahan di kisaran 7,22 per dolar AS. Mata uang tersebut sebelumnya sempat melemah ke rekor 7,4287 pada awal Mei. Tekanan depresiasi mulai mereda, seiring ekspektasi risiko arus keluar modal telah menurun.
Menurut Presiden Pinpoint Asset Management, Zhiwei Zhang, pemangkasan suku bunga dan RRR membuat yuan lebih stabil. Ia menyebut langkah ini tidak lagi membawa risiko signifikan terhadap arus modal keluar. Stabilitas nilai tukar memberi ruang lebih besar bagi bank sentral untuk bertindak agresif.
Sementara itu, imbal hasil obligasi pemerintah China tenor 10 tahun nyaris tak berubah, tetap di level 1,636 persen. Pasar obligasi tampaknya telah mengantisipasi langkah pelonggaran ini lebih dulu.
3. Dampak terhadap kredit diprediksi terbatas tanpa kebijakan fiskal

Meski stimulus moneter masif digulirkan, para ekonom menilai dampaknya terhadap permintaan kredit domestik bisa jadi terbatas. Tianchen Xu dari Economist Intelligence Unit menyebut peminjam di China kini tidak terlalu responsif terhadap pemangkasan bunga. Ia menilai permintaan kredit yang lemah bukan semata karena tingkat bunga, tapi juga karena prospek ekonomi yang suram.
Lynn Song dari ING memprediksi masih ada ruang pelonggaran tambahan. Ia memperkirakan PBOC akan kembali memangkas suku bunga sebesar 20 basis poin dan RRR sebanyak 50 basis poin lagi tahun ini. Namun, langkah itu kemungkinan dilakukan setelah The Fed mulai memangkas suku bunga acuan.
“Masih ada ruang untuk pelonggaran tambahan,” katanya.
Sementara itu, pemerintah China tengah menyiapkan dukungan lebih lanjut bagi UMKM dan sektor swasta. Rincian kebijakan baru akan diumumkan dalam waktu dekat, menurut Kepala Administrasi Regulasi Keuangan, Li Yunze.