Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi suku bunga (freepik.com/rawpixel.com)

Intinya sih...

  • Floating rate adalah suku bunga kredit yang berubah mengikuti fluktuasi suku bunga acuan, seperti BI rate dari Bank Indonesia.

  • Keunggulan floating rate adalah peluang mendapatkan cicilan lebih rendah saat suku bunga pasar menurun, serta lebih realistis dalam mencerminkan kondisi pasar yang sesungguhnya.

Floating rate adalah istilah yang sering muncul saat kamu mengajukan pinjaman atau kredit, terutama Kredit Pemilikan Rumah (KPR). Sistem bunga ini dianggap lebih fleksibel karena nilainya bisa berubah tergantung kondisi pasar.

Kalau kamu baru pertama kali mendengar istilah ini, jangan buru-buru bingung, ya. Penting untuk memahami cara kerjanya agar kamu bisa mengambil keputusan finansial dengan lebih bijak.

Dalam artikel ini, kita akan membahas definisi, kelebihan, kekurangan, hingga cara menghitung floating rate. Yuk simak penjelasan lengkapnya di bawah ini!

1. Apa itu floating rate dan bagaimana cara kerjanya

ilustrasi suku bunga (freepik.com/Freepik)

Floating rate adalah jenis suku bunga kredit yang nilainya berubah mengikuti fluktuasi suku bunga acuan, seperti BI rate dari Bank Indonesia. Artinya, jumlah cicilan yang kamu bayar bisa naik atau turun tergantung situasi pasar. Sistem ini umumnya diterapkan pada pinjaman jangka panjang seperti KPR, kredit kendaraan, atau pinjaman usaha. Banyak bank menerapkan floating rate setelah periode bunga tetap berakhir, biasanya setelah 1–3 tahun masa kredit.

Perubahan suku bunga ini membuat pembayaran cicilan menjadi dinamis. Ketika suku bunga acuan turun, cicilan kamu bisa lebih ringan. Sebaliknya, saat suku bunga naik, cicilan juga ikut meningkat.

Inilah sebabnya kenapa sistem floating rate disebut bunga mengambang karena nilainya tidak pasti. Nasabah harus siap dengan risiko perubahan jumlah pembayaran bulanan yang sewaktu-waktu bisa berubah.

2. Kelebihan floating rate untuk nasabah berani ambil risiko

ilustrasi suku bunga (freepik.com/Freepik)

Salah satu keunggulan floating rate adalah peluang mendapatkan cicilan lebih rendah saat suku bunga pasar menurun. Ini tentu jadi keuntungan besar bagi kamu yang jeli memanfaatkan momentum. Dalam jangka panjang, total bunga yang dibayarkan bisa lebih kecil dibanding sistem fixed rate, terutama jika kondisi ekonomi stabil atau tren suku bunga sedang turun.

Floating rate juga lebih realistis dalam mencerminkan kondisi pasar yang sesungguhnya. Bagi kamu yang punya penghasilan tinggi atau fleksibel, sistem ini memungkinkan strategi keuangan yang lebih efisien.

Selain itu, bank biasanya menawarkan bunga awal lebih rendah untuk menarik minat, meskipun sifatnya hanya sementara. Jika kamu siap dengan perubahan, floating rate bisa jadi pilihan cerdas.

3. Kekurangan floating rate yang wajib diperhitungkan

ilustrasi suku bunga (freepik.com/Freepik)

Meskipun terdengar menguntungkan, floating rate juga punya risiko. Ketika suku bunga acuan naik, maka beban cicilan akan ikut meningkat. Ini bisa membebani keuangan, terutama jika kamu tidak menyiapkan dana cadangan. Untuk nasabah dengan penghasilan tetap dan terbatas, kondisi ini bisa cukup menyulitkan.

Ketidakpastian jumlah cicilan juga membuat perencanaan keuangan menjadi lebih rumit. Kamu harus terus memantau perubahan BI rate dan menyesuaikan bujet setiap kali terjadi kenaikan.

Selain itu, beberapa bank punya ketentuan sendiri soal batas minimum dan maksimum kenaikan bunga. Jadi, penting untuk membaca detail perjanjian pinjaman sebelum memilih sistem ini.

4. Cara menghitung floating rate secara sederhana

ilustrasi perhitungan (pexels.com/RDNE Stock project)

Menghitung cicilan dengan sistem floating rate sebenarnya tidak terlalu rumit. Sebagai contoh, jika pada tahun pertama kamu membayar cicilan sebesar Rp1,5 juta per bulan dengan bunga 10 persen, lalu suku bunga naik menjadi 12 persen, maka cicilan bisa naik jadi sekitar Rp1,7 juta. Perhitungannya mengacu pada sisa pokok pinjaman dan tingkat bunga baru yang berlaku saat itu.

Floating rate biasanya diterapkan setelah masa fixed rate berakhir. Misalnya, dua tahun pertama menggunakan bunga tetap 10 persen, lalu tahun ketiga dan seterusnya menggunakan bunga mengambang.

Saat suku bunga turun, misalnya menjadi 8 persen, maka cicilan bisa turun jadi sekitar Rp1,3 juta. Sistem ini membuat cicilan lebih fleksibel, tapi butuh kesiapan menghadapi perubahan.

5. Ini bedanya floating rate dan fixed rate

ilustrasi suku bunga (freepik.com/Freepik)

Perbedaan utama antara floating rate dan fixed rate terletak pada konsistensi bunga. Fixed rate menawarkan suku bunga tetap selama periode tertentu, biasanya di awal masa pinjaman. Cocok untuk kamu yang ingin kepastian jumlah cicilan setiap bulan. Sebaliknya, floating rate adalah sistem dengan bunga yang berubah-ubah mengikuti pasar.

Fixed rate biasanya memiliki cicilan lebih besar di awal, tapi kamu tidak perlu khawatir ada lonjakan tiba-tiba. Sementara itu, floating rate bisa lebih murah di awal, tapi berisiko meningkat saat suku bunga naik. Pilihan terbaik tergantung pada kemampuan finansial dan toleransi risiko kamu. Kalau kamu tipe yang siap menghadapi perubahan dan ingin peluang penghematan, floating rate patut dipertimbangkan.

Floating rate adalah sistem bunga yang memberikan fleksibilitas tapi juga menuntut kesiapan menghadapi risiko. Dengan memahami cara kerja, kelebihan, dan kekurangannya, kamu bisa menentukan jenis suku bunga yang paling cocok untuk kebutuhan finansial.

Baik floating maupun fixed, keduanya punya keunggulan masing-masing. Pilih yang paling sesuai dengan gaya hidup dan rencana jangka panjangmu!

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team