Gates Donasikan Rp3,3 Kuadriliun, Kecam Musk atas Pemotongan Bantuan

Intinya sih...
- Bill Gates menyumbangkan hampir seluruh kekayaannya melalui Gates Foundation hingga 2045, dengan total donasi mencapai 200 miliar dolar AS (Rp3,3 kuadriliun) untuk mengatasi kemiskinan, penyakit menular, dan memperkuat pendidikan global.
- Gates berkomitmen menyumbangkan 99 persen kekayaannya yang saat ini bernilai sekitar 108 miliar dolar AS (Rp1,7 kuadriliun) melalui Gates Foundation untuk kesehatan global, pendidikan, dan pengentasan kemiskinan.
Jakarta, IDN Times - Bill Gates mengumumkan rencana besar untuk menyumbangkan hampir seluruh kekayaannya melalui Gates Foundation hingga 2045. Pendiri Microsoft ini akan menyalurkan dana sebesar 200 miliar dolar Amerika Serikat (AS) (Rp3,3 kuadriliun) untuk mengatasi kemiskinan, penyakit menular, dan memperkuat pendidikan global. Gates juga mengumumkan bahwa yayasan yang ia dirikan bersama Melinda French Gates akan berhenti beroperasi pada 31 Desember 2045.
Langkah ini disampaikan Gates dalam blog pribadinya pada Kamis (8/5/2025), bersamaan dengan kecamannya terhadap Elon Musk. Ia menuduh Musk terlibat dalam pemotongan dana bantuan global yang menyebabkan dampak besar terhadap anak-anak di negara miskin. Gates menyebut tindakan tersebut sebagai tragedi kemanusiaan yang tak bisa ditoleransi.
Pernyataan Gates memicu perhatian luas karena besarnya donasi serta konfrontasi terbuka dengan Musk. Keduanya telah lama berseteru, namun kali ini konflik mereka mencuat ke tingkat kebijakan global dan bantuan kemanusiaan. Pengumuman Gates menjadi titik penting dalam perdebatan tentang tanggung jawab sosial para miliarder.
1. Donasi 200 miliar kuadriliun untuk kesejahteraan global
Bill Gates berkomitmen menyumbangkan 99 persen kekayaannya yang saat ini bernilai sekitar 108 miliar dolar AS (Rp1,7 kuadriliun) melalui Gates Foundation. Dana itu akan digunakan untuk kesehatan global, pendidikan, dan pengentasan kemiskinan. Total donasi ditargetkan mencapai 200 miliar dolar AS (Rp3,3 kuadriliun) tergantung kondisi pasar dan inflasi.
“Saya ingin memastikan bahwa ketika saya meninggal, orang tidak mengatakan saya mati sebagai orang kaya,” tulis Gates dalam blog pribadinya, dilansir USA Today.
Keputusan untuk menutup Gates Foundation pada 2045 dipercepat karena meningkatnya urgensi masalah global seperti pandemi dan kelaparan. Yayasan ini juga telah menetapkan anggaran tahunan terbesar sebesar 9 miliar dolar AS (Rp148,6 triliun) mulai 2026 untuk mempercepat dampaknya.
Gates berharap langkah ini menginspirasi para dermawan lainnya agar mempercepat kontribusi mereka. Ia menekankan bahwa kekayaan yang besar harus dimanfaatkan secara maksimal selama hidup, bukan diwariskan begitu saja.
2. Kritik tajam terhadap Elon Musk
Gates mengecam Elon Musk atas keterlibatannya dalam pemangkasan dana US Agency for International Development (USAID), yang sebelumnya mengalokasikan 42,5 miliar dolar AS (Rp702,1 triliun) untuk bantuan kesehatan dan pangan global. Ia menilai keputusan ini berdampak langsung pada anak-anak di wilayah termiskin dunia.
“Musk memasukkan USAID ke dalam mesin penghancur hanya karena tidak hadir di pesta akhir pekan,” kata Gates dalam wawancara dengan Business Insider.
Gates menuding pemotongan sebesar 80 persen terhadap program USAID sebagai penyebab meningkatnya angka kematian akibat HIV, polio, dan campak, terutama di Afrika dan Gaza. Ia juga mengkritik kebingungan DOGE yang salah memahami lokasi geografis penerima bantuan, menyebabkan pembatalan hibah penting.
Kritik ini memperdalam ketegangan lama antara Gates dan Musk, yang dimulai sejak Musk menolak saran filantropi Gates pada 2022 dan membalasnya dengan sindiran publik. Kini, perseteruan mereka memasuki ranah kebijakan global yang menyangkut nyawa jutaan orang.
3. Tantangan filantropi di tengah pemotongan global
Gates Foundation menghadapi tantangan berat akibat pemotongan bantuan internasional oleh negara-negara maju seperti AS, Inggris, dan Prancis. Gates memperingatkan bahwa filantropi, meski besar, tidak bisa menggantikan tanggung jawab pemerintah.
“Sangat tidak jelas apakah negara-negara terkaya akan terus mendukung masyarakat termiskin,” ujar Gates, dikutip dari CNBC.
Gates juga mendesak Perdana Menteri Inggris Keir Starmer agar membatalkan kebijakan pemangkasan anggaran luar negeri Inggris yang dinilai memperparah krisis kesehatan global. Gates menyebut pemotongan ini menghambat pemberantasan penyakit dan melumpuhkan sistem kesehatan di negara miskin.
Meski begitu, Gates tetap optimistis yayasannya bisa memberi dampak signifikan hingga penutupannya pada 2045. Ia mengajak negara dan sektor swasta bekerja sama, karena tantangan global membutuhkan solusi kolektif dan pendanaan berkelanjutan.