Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Goolsbee Khawatir Trump Ganggu Independensi Bank Sentral AS

Gedung Marriner S. Eccles Federal Reserve, atau sering disebut Gedung Eccles, berada di Foggy Bottom, Washington, D.C., tepatnya di sudut 20th Street dan Constitution Avenue NW. Arsitek Paul Philippe Cret merancang bangunan bergaya Art Deco ini pada 1935, dan pembangunannya rampung dua tahun kemudian, pada 1937. (AgnosticPreachersKid, CC BY-SA 3.0,via Wikimedia Commons)
Gedung Marriner S. Eccles Federal Reserve, atau sering disebut Gedung Eccles, berada di Foggy Bottom, Washington, D.C., tepatnya di sudut 20th Street dan Constitution Avenue NW. Arsitek Paul Philippe Cret merancang bangunan bergaya Art Deco ini pada 1935, dan pembangunannya rampung dua tahun kemudian, pada 1937. (AgnosticPreachersKid, CC BY-SA 3.0,via Wikimedia Commons)
Intinya sih...
  • Austan Goolsbee khawatir desakan Trump terhadap The Fed dapat mengganggu independensi lembaga dalam mengatur suku bunga.
  • Trump intens menyerang Jerome Powell setelah The Fed menolak menurunkan suku bunga, memicu kekhawatiran intervensi langsung terhadap bank sentral.
  • Trump mengumumkan kebijakan tarif baru yang memicu kepanikan pasar dan lonjakan prediksi inflasi, meningkatkan tekanan terhadap kestabilan ekonomi.

Jakarta, IDN Times – Austan Goolsbee, Presiden dan CEO Federal Reserve Bank of Chicago, mengaku khawatir soal desakan Presiden Donald Trump terhadap Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed). Ia berharap tekanan semacam itu tak mengganggu independensi lembaga tersebut dalam mengatur suku bunga. Sebab, menurutnya, kredibilitas bank sentral sangat tergantung pada jaraknya dari tekanan politik.

Goolsbee menyampaikan hal itu dalam program Face the Nation di CBS News, yang tayang pada Minggu (20/4/2025). Ia merespons komentar Trump yang baru-baru ini meminta pemangkasan suku bunga untuk menghadapi tarif impor.

“Saya sangat berharap kita tidak berpindah ke lingkungan di mana independensi moneter dipertanyakan,” kata Goolsbee, dikutip dari The Hill, Senin (21/4/2025).

1. Trump terus tekan Powell dan ancam pemecatan

Serangan Trump terhadap Jerome Powell makin intens setelah The Fed menolak segera menurunkan suku bunga. Trump bahkan menyatakan bahwa pemecatan Powell “tidak bisa datang lebih cepat,” melalui unggahan di media sosial. Hal ini memicu kekhawatiran soal upaya intervensi langsung terhadap bank sentral.

Pada 16 April, Powell menyampaikan pidato yang menandakan The Fed belum ingin mengubah kebijakan. Ia menyebut ketidakpastian pasar masih terlalu tinggi untuk membuat keputusan drastis.

“Untuk sementara, kami dalam posisi yang baik untuk menunggu kejelasan lebih lanjut sebelum menyesuaikan kebijakan kami,” kata Powell, dikutip dari USA Today, Senin (21/4).

Keesokan harinya, Trump kembali menyindir Powell dalam unggahan baru, dan bahkan mengancam akan memecatnya secara langsung dalam acara resmi di Gedung Putih.

2. Posisi hukum Powell batasi langkah Trump

Ilustrasi hukum (Dok.IDN Times)
Ilustrasi hukum (Dok.IDN Times)

Meski Trump tampak ingin mengganti Powell sesegera mungkin, langkah itu secara hukum tidak mudah dilakukan. Powell diangkat pada 2017 dan masa jabatannya sebagai ketua baru berakhir tahun depan. Bahkan setelah itu, ia tetap menjadi anggota dewan gubernur The Fed hingga 2028.

The Fed didesain sebagai lembaga independen agar tidak tunduk pada siklus politik jangka pendek. Lembaga seperti Brookings Institution menjelaskan bahwa tekanan untuk menurunkan suku bunga demi kepentingan politik dapat menimbulkan inflasi. Powell pun menyatakan bahwa undang-undang menjamin posisi The Fed tetap independen.

3. Rencana tarif Trump picu ketidakpastian bisnis

Kekhawatiran Goolsbee juga mencuat karena kebijakan tarif baru yang diumumkan Trump awal bulan ini. Pengumuman tersebut memicu kepanikan pasar dan lonjakan prediksi inflasi. Menurut Goolsbee, pengusaha tidak siap menghadapi dampak secepat ini.

Trump awalnya mengumumkan tarif impor besar-besaran, namun kemudian mengubahnya dengan jeda negosiasi selama 90 hari untuk negara-negara tertentu. Tarif untuk selain China diturunkan menjadi 10 persen.

“Kami tidak tahu apa yang akan terjadi setelah 90 hari… ketika tarif ditinjau ulang, kami benar-benar tidak tahu seberapa besar dampaknya,” kata Goolsbee.

Ia mengakui bahwa langkah ini menciptakan lebih banyak tanda tanya di kalangan pelaku usaha dan menambah tekanan terhadap kestabilan ekonomi.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Anata Siregar
EditorAnata Siregar
Follow Us