Dampak COVID-19 terhadap Pola Industri Makanan Minuman Asia Tenggara

Konsumen banyak yang makan dan masak #DiRumajAja

Jakarta, IDN Times - Wabah virus corona (COVID-19) memberi banyak perubahan pada pola kehidupan. Pertemuan misalnya, biasanya dilakukan secara tatap muka di sebuah tempat, namun kini dilakukan secara virtual guna mencegah penyebaran virus corona.

Perubahan tidak hanya terjadi pada aktivitas sosial, melainkan juga terhadap kegiatan ekonominya. Hal itu dirasakan juga terhadap industri makanan dan minuman di Asia Tenggara.

Berdasarkan penelitian terbaru dari Mintel, para ahli mengungkapkan perubahan dalam sentimen dan perilaku konsumen di sektor makanan dan minuman akibat dampak COVID-19. Seperti apa perubahannya?

1. Konsumen menjadi lebih sering memasak di rumah

Dampak COVID-19 terhadap Pola Industri Makanan Minuman Asia TenggaraYummy App

Menurut Analis Makanan dan Minuman APAC, Tan Heng Hong mengatakan bahwa dampak COVID-19 memaksa konsumen di Asia Tenggara mengubah kebiasaan makan dan belanja mereka. Umumnya, konsumen makan di luar rumah dan belanja langsung di pasar tradisional maupun modern.

Namun, kini terjadi perubahan belanja. Sektor pasar online, kata Tan, melihat terjadi lonjakan aktivitas lantaran banyak konsumen yang berada di rumah

"Menjadi peluang besar bagi ritel untuk lebih terlibat dengan konsumen melalui langkah-langkah yang memberikan nilai tambah dan kenyamanan. Kami juga melihat meningkatnya minat konsumen dalam memasak di rumah," ujarnya seperti dikutip IDN Times dalam keterangan resminya, Kamis (16/4).

"Ini menjadi tantangan dan peluang bagi brand untuk bisa terlibat dengan mereka yang menyiapkan dan menikmati makanan lezatnya di rumah," lanjutnya.

Baca Juga: Jadi Hobi Masak, Jaz Bagikan Tips Mengusir Rasa Bosan Selama di Rumah

2. Meningkatkan konsumsi terhadap produk makanan dan minuman yang menunjang terjaganya imunitas

Dampak COVID-19 terhadap Pola Industri Makanan Minuman Asia TenggaraYummy.co.id

Tan menambahkan, sektor makanan dan minuman dengan klaim kekebalan yang baik, dapat mendorong pentingnya imunitas untuk konsumen.

Berdasarkan Global New Products Database (GNDP) Mintel, produk-produks seperti susu pertumbuhan (1-4 tahun) (16 persen), minuman pengganti makanan (6 persen), yogurt (6 persen) merupakan yang terbesar dalam peluncuran produk makanan dan minuman di Asia Tenggara yang membawa klaim kekebalan pda periode Maret 2017 dan Februari 2020.

"Produsen imunitas yang meningkatkan produk makanan dan minuman, secara aktif mempromosikan pentingnya kekebalan untuk memperkuat tubuh selama pandemi. Produk penambah kekebalan ini termasuk makanan dan minuman yang diperkaya vitamin, serta yogurt sesendok, yogurt minum/yogurt, dan minuman bernutrisi lengkap," tutur Tan.

3. E-commerce tumbuh subur karena banyak konsumen yang menghindari kegiatan di luar rumah

Dampak COVID-19 terhadap Pola Industri Makanan Minuman Asia TenggaraIDN Times/ Helmi Shemi

Hasil penelitian juga menunjukkan semakin banyak konsumen yang melakukan belanja online untuk menghindari terpapar virus corona. Akibatnya pasar online mengalami lonjakan pesanan.

"Pemain daring dapat memaksimalkan situasi saat ini dan mendapatkan konsumen baru dengan menunjukkan manfaat berbelanja bahan makanan secara online, termasuk memiliki stok barang-barang populer yang cukup selama masa pandemik, penanganan dan pengiriman paket yang aman, pengiriman gratis, promosi, dan penggunaan pembayaran secara elektronik," ujar Tan.

Baca Juga: Belanja Online Bisa Tekan Dampak Pelemahan Ekonomi akibat COVID-19

4. Peluang untuk membuat makanan yang enak dan bergizi di rumah

Dampak COVID-19 terhadap Pola Industri Makanan Minuman Asia Tenggarayummy.co.id

Pandemi COVID-19 juga membuat masyarakat menjadi punya waktu lebih untuk makanan yang enak dan bergizi saat di rumah. Hal itu juga menjadi tantangan bagi mereka yang baru belajar memasak.

Menurut penelitian Mintel, hampir tiga perempat (72 persen) konsumen di Vietnam memasak makanan dari awal hingga sepanjang waktu. Namun, 52 persen mengatakan sulit untuk menyiapkan makanan sehat yang rasanya enak.

Karena lebih banyak konsumen makan di rumah untuk menghindari keramaian, produsen makanan dapat mengambil langkah untuk memberi mereka solusi makanan yang lebih nyaman, enak dan sehat.

“Dengan meningkatnya kasus COVID-19, konsumen Asia Tenggara mengubah kebiasaan makanan dan minuman mereka. Perilaku kunci seperti kewaspadaan terhadap kekebalan dan kebersihan akan bertahan untuk jangka panjang, karena akan bergantung pada belanja bahan makanan online dan mungkin, bahkan kebiasaan memasak di rumah," ujarnya.

Baca Juga: Darurat Corona, Anies Siapkan Mekanisme Belanja di Pasar Secara Online

Topik:

  • Anata Siregar
  • Jumawan Syahrudin

Berita Terkini Lainnya