Ambil Untung dari Sentimen Eskternal, Rupiah Ditutup Mantul
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Selasa (3/11/2020) sore ditutup menguat. Rupiah naik 78 poin atau 0,53 persen menjadi Rp14.588 per dolar AS.
Gacornya rupiah pada penutupan sore ini, tidak terlepas karena 'ambil untung' dari faktor eksternal seperti Pemilu AS dan kasus COVID-19 di negara Eropa.
1. Pilpres AS kuatkan rupiah hari ini
Direktur PT TRFX Garuda Berjangka, Ibrahim Assuaibi mengatakan penguatan rupiah hari ini dipengaruhi oleh pemilu AS yang bergerak ke hari terakhir pemungutan suara secara langsung. Investor melihat segudang ketidakpastian yang berputar-putar tentang hasilnya. Ia menilai Joe Biden tampaknya paling mungkin memenangkan kursi kepresidenan, namun persaingan di negara bagian medan pertempuran masih jauh dari pasti.
"Jika Joe Biden dan Demokrat menang, pasar juga mempertimbangkan apa yang kemungkinan besar merupakan program stimulus COVID-19 yang substansial, yang melemahkan dolar dan meningkatkan nilai emas sebagai tanggapan. Potensi Demokrat menguasai DPR, Kongres, dan kursi kepresidenan juga menciptakan skenario positif untuk harga emas," kata Ibrahim dalam keterangan tertulisnya, Selasa (3/11/2020).
Baca Juga: Awal Pekan, Rupiah Ditutup Menguat Tipis terhadap Dolar
2. Kasus COVID di Eropa dan AS
Editor’s picks
Faktor kedua adalah tigginya kasus COVID-19 utama muncul di seluruh Eropa dan AS. Bahkan negara-negara anggota Uni Eropa melakukan lockdown selama satu bulan sejak November 2020.
"Dan ini menimbulkan kekhawatiran atas tekanan ekonomi yang akan berdampak terhadap konsumsi masyarakat dan stagnasi investasi sehingga akan berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi Kuartal Keempat kembali kontraksi," kata Ibrahim.
3. Dua faktor yang buat rupiah perkasa dari dalam
Sementara faktor eksternal yang membuat rupiah perkasa adalah data purchasing managers' index (PMI) manufaktur Indonesia membaik menjadi 47,8 di bulan Oktober, dari bulan sebelumnya 47,2.
"PMI menggunakan angka 50 sebagai ambang batas, di bawahnya berarti kontraksi, sementara di atasnya artinya ekspansi. Meski masih mengalami kontraksi, tetapi sektor manufaktur Indonesia kembali menunjukkan kemajuan," ujar Ibrahim.
Lalu data inflasi yang dirilis BPS Inflasi ini, kata Ibrahim memutus rantai deflasi selama tiga bulan beruntun. Pada Oktober, terjadi inflasi 0,07 persen secara bulanan. "Dengan kabar Inflasi di bulan Oktober tentunya menjadi kabar bagus, artinya roda perekonomian sudah mulai berjalan kembali," katanya.
Baca Juga: Rupiah Senin Pagi Stagnan karena Stimulus Amerika Serikat