Kebutuhan Energi Menurun 16 Persen Gara-gara COVID-19

Kebutuhan energi diperkirakan akan beralih ke EBT

Jakarta, IDN Times - Hasil penelitian Pertamina Energy Institute (PEI) yang tertuang dalam Pertamina Energy Outlook 2020 menyebut pandemik COVID-19 menyebabkan penurunan kebutuhan energi sebesar 16 presen di 2020.

"Selain itu terjadi penurunan kebutuhan energi sebesar 3 persen dalam jangka panjang," kata Vice President Pertamina Energi Institute Hery Haerudin dalam Pertamina Energy Webinar 2020, Selasa (8/12/2020).

1. Kapan kebutuhan energi bisa pulih?

Kebutuhan Energi Menurun 16 Persen Gara-gara COVID-19Ilustrasi (ANTARA FOTO/Rahmad)

Hery memprediksi, pulihnya kebutuhan energi akibat COVID-19 baru bisa terjadi paling cepat di 2022. Di sisi lain kebutuhan Energi Primer terus meningkat dengan pertumbuhan sekitar 3 persen per tahun.

"Energi terbarukan menjadi energi primer dengan tingkat pertumbuhan paling tinggi dengan porsi mencapai 29 persen di skenario market driven (MD) dan 47 persen di skenario green transition (GT) pada 2050," ujarnya.

Baca Juga: Siapkah Indonesia Beralih dari Energi Fosil ke Energi Terbarukan?

2. Batu bara dan minyak akan makin ditinggalkan

Kebutuhan Energi Menurun 16 Persen Gara-gara COVID-19Ilustrasi tambang batubara (IDN Times/Istimewa)

Pemanfaatan gas juga meningkat dengan porsi relatif stabil. Namun Hery mengatakan, masyarakat akan mulai meninggalkan penggunaan batu bara dan minyak sebagai sumber energi karena transisi energi.

Pada data Pertamina Energy Outlook 2020 memperlihatkan bauran energi primer batu bara dan minyak semakin menurun secara market driven (MD) dan di skenario green transition (GT).

Pada 2019 misalnya, bauran energi batu baru sebesar 38 persen dan minyak 33 persen. Lalu pada 2030, batu bara diprediksi menurun menjadi sekitar 36 persen untuk skenario MD dan 33 persen pada skenario GT.

Minyak turun menjadi 29 persen pada skenario MD dan 23 persen pada skenarip GT.

Angka ini kembali turun apda tahun 2050 di mana batu bari pada skenario MD hanya menyisakan 33 persen dan 20 persen di skenario GT. Minyak turun menjadi 19 persen pada skenario MD dan 12 persen pada skenario GT.

3. Memaksimalkan energi baru terbarukan (EBT)

Kebutuhan Energi Menurun 16 Persen Gara-gara COVID-19Ilustrasi Biofuel 30. Sumber: Antara/Aprillio Akbar

Hery mengatakan, untuk mencapai penurunan emisi sesuai skenario, diperlukan EBT paling sedikit 16 persen pada tahun 2030 yang didukung oleh disrupsi energi lainnya seperti EV, biofuel, dan peningkatan pemanfaatan gas.

"Transisi energi bukan hanya EBT tapi elektrifikasi dan lain-lain seperti ke pembangkit listrik yang perlu kebijakan pemerintah," ujarnya.

Baca Juga: Kembangkan Energi Alternatif, Pertamina Teruskan Kajian Gasifikasi Batubara

Topik:

  • Umi Kalsum

Berita Terkini Lainnya